Adil dalam hal apa pun kerap sulit diwujudkan. Dalam pola asuh misalnya, banyak terjadi orang tua pilih kasih terhadap salah satu anak. Mungkin disadari atau tidak lebih sayang terhadap salah satu anak daripada yang lainnya. Padahal, pilih kasih ini bisa berdampak buruk pada perkembangan anak-anaknya.
Umumnya, banyak orang tua yang mengaku bahwa mereka tak memiliki anak yang paling difavoritkan. Namun, apa yang dirasakan anak bisa berbeda, dan ini bisa menjadi perbincangan anak dengan saudara-saudara kandungnya di masa mendatang.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di “The Role of Perceived Maternal Favoritism in Sibling Relations in Midlife” tahun 2009, para peneliti bertanya pada orang dewasa apakah ibunya punya anak yang lebih disayang ketika masih kecil. Hampir 85 persen responden menjawab “ya”.
Mungkin setelah dewasa anak bisa melupakan hal tersebut. Namun, nyatanya tidak juga. Rasa kecewa terhadap orang tua yang pilih kasih bisa berefek panjang. Tertuang di jurnal “Current Directions in Psychological Science” tahun 2008, sangat mungkin anak yang merasa tidak difavoritkan atau merasakan ketidakadilan masih merasa kecewa terhadap anak kandung yang menjadi anak kesayangan.
Selain itu, ada pula studi dalam “Journal of Family Psychology” tahun 2014 menyebut, anak-anak yang menganggap diri mereka kurang disukai lebih mungkin menggunakan narkoba, minum minuman beralkohol, dan merokok saat remaja. Ini terjadi utamanya pada keluarga yang anggotanya antara satu sama lain tidak terlalu dekat.
Artikel Lainnya: Kiat Menghadapi Orang Tua dengan Karakter Toxic Parents
Terjalinnya Kedekatan
Dilansir dari Healthline, Michele Levin, terapis keluarga dan pemilik Blueprint Mental Health, Amerika Serikat mengatakan, “Sangat umum bagi orang untuk “menyukai” atau “lebih nyambung” dengan salah satu anak dibanding yang lainnya.
Setiap anak memiliki kepribadian, minat, kebutuhan, dan cara mengekspresikan keinginannya dengan berbeda. Anak yang punya masalah seperti depresi atau gangguan kecemasan, bisa membuatnya tidak mudah berada di sekitar saudara kandung lainnya. Jadi, ini tak melulu orang tua pilih kasih pada satu anak dibanding lainnya. Bisa jadi ada satu anak yang mampu untuk lebih dekat lebih mudah dengan orang tua atau saudara lainnya.
Ada pula kasus anak dengan kondisi medis tertentu. Dikatakan oleh Michael, anak seperti ini membutuhkan waktu dan energi lebih dari orang tua. Mungkin anak ini bukan anak favorit. Namun, bagi saudara kandung lainnya yang tidak mendapatkan waktu dan energi yang sama, ini bisa dianggap sebagai pilih kasih.
Atau, ada juga kasus misalnya seorang ayah yang menyukai olahraga bisa bergaul lebih mudah dengan anaknya yang juga penyuka atau penggiat olahraga, dibanding dengan anak lainnya yang punya preferensi lain. Dinamika yang seperti ini bisa berujung rumit, kata Michael.
Artikel Lainnya: Ciri Orang Tua Permisif
Efek Negatif Pilih Kasih
Dikatakan oleh dokter anak Dr. Shelly Vaziri Flais kepada Healthline, sesuatu yang harus dihindari orang tua adalah membandingkan satu anak dengan anak lainnya.
“Orang tua harus menghindari melabeli anak seperti ‘yang paling pintar’ atau ‘yang paling atletis’. Jika Anda bukan anak yang difavoritkan, kekhawatirannya adalah Anda merasa dikesampingkan dan dianggap sebagai anak yang lebih sulit,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa anak yang merasa kurang disayang lebih “berulah” saat remaja. Memiliki tingkat kepercayaan diri pada masa-masa itu sangat penting. Jika anak sudah merasa dirinya sebagai anak yang nakal atau bermasalah, ini bisa berdampak buruk.
“Ini bisa berdampak pada kepercayaan diri mereka dan bagaimana perasaan mereka dalam keluarga, khususnya saat acara keluarga dan liburan,” tambahnya.
Tak cuma hubungan dengan orang tua, hubungan antar saudara kandung juga bisa terganggu. Beberapa saudara kandung bisa merasakan bahwa mereka adalah anak favorit, lalu mengasihani saudara lainnya. Namun, ada juga yang menyimpan dendam dan menjadi kompetitif.
Dr. Vaziri khawatir bahwa dampak buruk akibat adanya anak favorit bisa terbawa hingga anak dewasa, menjadikan hubungan anak yang sudah dewasa dan anggota keluarga lainnya.
Jika Anda merasakan ini, Dr. Vaziri mengingatkan bahwa “teman-teman terdekat adalah adalah keluarga yang bisa Anda pilih sendiri.”
Untuk orang tua yang tak mau anak-anaknya tumbuh dewasa dan menjadi jauh antara satu sama lain, hentikan segera persepsi adanya anak favorit di rumah mulai sekarang.
Artikel Lainnya: Anak Tidak Punya Teman? Orang Tua Mesti Lakukan Ini
Apa yang Bisa Orang Tua Lakukan?
Hal yang paling penting untuk orang tua lakukan jika anak merasa saudaranya lebih diperhatikan, adalah dengan membicarakan perasaan anak. Jangan cuma bilang, “Ibu tidak punya anak favorit, kok!”
Jika memang itu yang mereka rasakan, jangan sampai diabaikan. Tanya apa yang ia rasakan lalu berusahalah untuk memecahkan masalah tersebut.
Mungkin selanjutnya, Anda bisa menjadwalkan kegiatan bersama dengan anak yang merasa kurang diperhatikan, kegiatan yang disukainya.
Jika anak sudah remaja, jangan abaikan anak yang pada masa tersebut cenderung meledak-ledak. Yang terpenting, dengarkan apa yang ingin anak sampaikan pada Anda.
Sebagai tambahan, dr. Fiona Amelia, MPH, dari KlikDokter turut menambahkan prinsip pola asuh yang harus dikuasai orang tua, yaitu:
-
Apa yang Anda lakukan berarti bagi anak
“Bagi anak, orang tua adalah guru pertama dan sepanjang masa. Anak-anak memperhatikan, belajar, dan meniru Anda. Mereka bagaikan spons yang menyerap semua yang dilihat dan didengarnya. Apa yang Anda lakukan berarti. Oleh sebab itu, jadilah panutan terbaik bagi anak melalui tindakan dan ucapan Anda,” kata dr. Fiona.
-
Mencintai tidak sama dengan memanjakan anak
Ikatan batin dan rasa cinta orang tua akan menumbuhkan kedekatan serta rasa aman yang membuat anak percaya diri dan memiliki harga diri yang baik. Ini beda dengan memanjakannya.
“Jika Anda sungguh-sungguh mencintai anak, ada kalanya Anda harus tega membiarkannya menderita atau bersusah payah agar karakternya terbentuk,” jelas dr. Fiona.
-
Terlibat dalam kehidupannya
Berikan perhatian yang tak terbagi paling sedikit 15 menit per hari. Berbicaralah pada setiap anak dan berikan telinga untuk mendengar. Orang tua perlu ada baik secara fisik maupun mental.
-
Hindari mendisiplinkan anak dengan cara-cara yang kasar
“Anak-anak yang kerap dipukul atau ditampar akan lebih rentan berkelahi dengan anak lain. Mereka akan cenderung menjadi anak yang suka mem-bully temannya dan cenderung menyelesaikan masalah dengan kekerasan atau berperilaku agresif.”
-
Perlakukan anak dengan hormat
Intinya, perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan, termasuk kepada anak. Cara terbaik untuk mendapatkan respek atau rasa hormat dari anak adalah dengan memperlakukannya juga dengan hormat.
Saran dari dr. Fiona, bicaralah dengan sopan, hormati pendapatnya, dan perhatikan saat ia sedang berbicara. Perlakukan anak dengan baik sebab ia akan memperlakukan orang lain sebagaimana Anda memperlakukan dirinya. Hubungan Anda dengan anak adalah fondasi dari hubungannya dengan orang lain.
Nyatanya, orang tua bisa pilih kasih, baik disadari maupun tidak. Ini perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada perkembangan anak-anak di rumah. Jika ada yang merasakan perasaan seperti ini, yaitu merasa kurang diperhatikan, segera ajak ia bicara hati ke hati dan perbaiki persepsinya tersebut. Jangan didiamkan, karena dampak buruk orang tua pilih kasih bisa dibawa anak hingga ia dewasa nanti.
(RN/ RVS)