Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ada sekitar 400.000 orang menderita skizofrenia, atau setara dengan 1,7 kasus per 1.000 penduduk. Meski merupakan gangguan jiwa terbesar ketiga di Indonesia setelah bipolar dan depresi, ironisnya masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang familier dengan skizofrenia, serta cara menghadapi penderitanya.
Lebih menyedihkan lagi, menurut laporan Human Rights Watch (HRW), ada sekitar 19 ribu orang pengidap skizofrenia di Indonesia yang dipasung. Padahal, pemasungan sendiri sudah dilarang oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1977.
Skizofrenia perlu mendapat perhatian khusus karena penderitanya akan kesulitan untuk menjalani hidup dengan normal dan produktif. Selain pengobatan medis, penderita skizofrenia juga sangat membutuhkan dampingan dan dukungan dari keluarga atau orang-orang terdekat mereka untuk bisa sembuh.
Apa itu skizofrenia?
Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid dari KlikDokter, skizofrenia adalah gangguan pada cara berpikir dan berperilaku para penderitanya. Sebagian besar dari mereka mengalami waham atau halusinasi.
Waham sendiri adalah suatu keyakinan yang salah atau tidak sesuai fakta. Pada penderita skizofrenia waham itu dipertahankan dengan begitu kuat meskipun telah dijelaskan mengenai realita yang sebenarnya terjadi.
Waham yang sering dialami penderita skizofrenia ada beberapa jenis, antara lain adalah:
-
Waham kejar atau persekusi
Keyakinan bahwa ada orang atau kelompok yang ingin membahayakan si penderita. Misalnya merasa selalu diikuti seseorang yang ingin membunuhnya, atau merasa jika pemerintah dan badan intelijen berkonspirasi untuk menangkapnya.
-
Waham rujukan
Keyakinan bahwa orang-orang di sekitar dan seluruh alam semesta punya hubungan dekat dengan si penderita. Misalnya saat ada orang lain berkumpul di sekitarnya, penderita meyakini jika orang-orang tersebut sedang membicarakannya.
-
Waham kebesaran
Keyakinan penderita bahwa dirinya adalah orang yang terkenal atau sangat hebat. Misalnya saat penderita meyakini dirinya adalah seorang nabi, atau bahkan tuhan.
-
Waham kendali
Penderita meyakini bahwa dirinya dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Misalnya saat penderita meyakini jika semua pikiran di kepalanya dikendalikan oleh makhluk asing dari luar angkasa.
Sementara untuk halusinasi, yang paling sering terjadi pada penderita skizofrenia adalah halusinasi auditorik. Halusinasi ini biasanya dirasakan oleh penderita seakan mendengar suara yang sebenarnya tidak ada. Salah satu kasus yang paling sering terjadi adalah penderita skizofrenia merasa mendengar suara yang membisiki dirinya untuk melakukan bunuh diri.
Cara menghadapi penderita skizofrenia
Dengan gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas, penderita skizofrenia tidak hanya bisa berlaku aneh, tapi juga sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan-tindakan khusus untuk menghadapi sekaligus merawat penderita skizofrenia.
Jika ada orang-orang terdekat atau keluarga Anda yang menderita skizofrenia, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan:
1. Beri mereka jarak yang cukup
Penderita skizofrenia sering kali merasa paranoid, yang membuatnya selalu merasa curiga jika orang-orang di sekitarnya akan membahayakan dirinya. Mereka bisa saja tiba-tiba menjadi agresif untuk menjaga diri, maka untuk menghindari hal tersebut, sebisa mungkin Anda memberi jarak yang cukup. Contoh sederhana yang dapat Anda lakukan adalah dengan membiarkan saat mereka ingin sendirian di kamar.
2. Hindari stimulasi yang membuat mereka makin paranoid
Jauhkan benda-benda yang dapat memicu semakin tingginya perasaan paranoid para penderita skizofrenia. Contohnya adalah televisi. Penderita paranoid dapat merasa jika berita atau film yang diputar sedang membicarakan dirinya.
3. Jauhkan benda-benda berbahaya
Saat penderita skizofrenia sudah terlalu paranoid, mereka akan melakukan apa saja untuk membela diri dari ancaman yang sebenarnya tidak nyata. Mereka akan mengumpulkan benda apa pun yang dapat dijadikan senjata. Oleh karena itu, demi menjaga keselamatan orang-orang di sekitar penderita skizofrenia, segera amankan dan jauhkan benda-benda berbahaya dari mereka.
4. Selamatkan penderita skizofrenia dari keinginan bunuh diri
Penderita skizofrenia yang mengalami waham atau halusinasi parah tak lagi sekadar paranoid dengan sekitarnya, tapi juga memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Maka dari itu, selalu awasi apa yang mereka lakukan dan jauhkan benda-benda berbahaya di sekitarnya.
5. Terhubung dengan layanan kesehatan
Pastikan penderita skizofrenia mendapat perawatan yang tepat dari dokter spesialis kesehatan jiwa atau psikiater. Kini, tidak hanya di rumah sakit besar, beberapa Puskesmas pun telah memiliki layanan untuk masalah kejiwaan.
Penyebab munculnya skizofrenia memang belum diketahui secara pasti. Meski begitu para peneliti telah menyebut bahwa kombinasi dari faktor genetik, sistem kimiawi otak, dan faktor lingkungan turut berkontribusi terhadap perkembangan gangguan mental ini.
Namun, dr. Resthie juga menyebut jika bisa ditangani sejak dini, peluang kesembuhan skizofrenia sebenarnya cukup besar. Oleh sebab itu, jika Anda menemukan gejala-gejala skizofrenia pada orang-orang di sekitar Anda, segera bawa ke dokter spesialis kesehatan jiwa agar kemungkinannya untuk sembuh semakin besar.
[RVS]