Umumnya, ciri khas penyakit Parkinson berupa tremor atau gemetar yang terjadi di tangan, kaki, atau bagian tubuh lainnya. Akan tetapi, sekarang telah ditemukan bahwa deteksi penyakit saraf ini juga bisa lewat bau badan yang khas. Bagaimana cara kerjanya?
Sebelum membahasnya lebih lanjut, menurut dr. Nitish Basant Adnani, BMedSc, MSc, dari KlikDokter, penyakit Parkinson merupakan suatu kelainan pada sistem persarafan yang menyerang sekitar 1 persen dari orang yang berusia 65 tahun atau lebih. Tanda dan gejala sakit Parkinson pada umumnya timbul secara perlahan selama bertahun-tahun.
Ya, penyakit ini terkenal dengan gejala tremornya, seperti yang dialami oleh mantan petinju dunia Muhammad Ali.
Karena teknologi terus mengalami kemajuan, termasuk di bidang kesehatan, kini ditemukan alat “pencium super” yang dapat mengidentifikasi bagaimana penyakit Parkinson membuat penderitanya memiliki bau yang khas, khususnya di badan.
Penemuan ini diharapkan bisa membantu diagnosis dini. Pasalnya, meski sudah banyak dilakukan penelitian selama beberapa dekade, masih masih belum ada obat untuk kondisi ini dan tidak ada tes diagnostik yang dapat diandalkan. Akibatnya, pengobatan biasanya baru dilakukan ketika sudah muncul tanda-tanda motorik seperti tremor dan kekakuan. Padahal, kerusakan jaringan saraf biasanya terjadi sekitar 6 tahun sebelum tanda-tanda klinis terlihat.
Menemukan cara yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis penyakit Parkinson akan sangat berarti bahwa perawatan dapat dimulai lebih cepat. Salah satunya adalah dengan mengidentifikasi bau badan.
Membedakan Bau
Joy Milne adalah seorang "pencium super". Pada tahun 1986, suami Joy, Les Milne, terdiagnosis Parkinson. Sejak itu, Joy mampu membedakan bau tertentu yang terkait dengan Parkinson.
Sekelompok peneliti bekerja sama dengan Joy untuk mencoba dan membedakan bahan kimia apa yang mungkin menyebabkan bau khusus ini. Temuan tersebut baru-baru ini diterbitkan di jurnal “ACS Central Science”.
Pertama-tama, para ilmuwan perlu menemukan dari mana bau itu berasal. Mereka memperhatikan bahwa tersebut paling kuat bersumber di punggung dan dahi, tetapi bukan ketiak. Ini berarti, kemungkinan baunya bukan berasal dari keringat, tapi dari sebum, yaitu cairan berlemak yang dihasilkan oleh kelenjar di kulit.
Para ilmuwan sudah tahu bahwa produksi sebum meningkat saat seseorang menderita penyakit Parkinson, yang mana mereka menyebutnya seborrhea. Para peneliti mulai mencoba memahami bahan kimia apa dalam sebum yang mungkin menyebabkan perubahan bau.
Selanjutnya, tim mengumpulkan sampel sebum dari punggung atas pada 60 orang. Beberapa menderita penyakit Parkinson, sebagian lainnya tidak.
Identifikasi Bau Mungkinkan Pengobatan Dini
Menggunakan teknik yang disebut spektrometri massa, para ilmuwan menganalisis sampel sebum untuk mengidentifikasi bahan kimia yang meningkat pada penderita Parkinson. Para peneliti menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara bahan kimia yang mudah menguap di sebum orang dengan penyakit Parkinson dan pada mereka yang tidak.
Tiga senyawa tampaknya memainkan peran kunci dalam aroma yang berbeda: asam hippuric, eicosane, dan octadecanal. Hanya saja, tidak ada perbedaan yang signifikan antara orang-orang dengan Parkinson yang minum obat dan orang-orang dengan Parkinson yang tidak pernah minum obat untuk kondisi ini. Ini berarti, perubahan bau mungkin bukan karena obat.
Ketika tim mempresentasikan bahan kimia ini kepada Joy, ia dapat mengidentifikasi aroma “musky” dari penyakit Parkinson.
"Identifikasi dan kuantifikasi senyawa yang dikaitkan dengan bau khas (penyakit Parkinson) ini dapat memungkinkan pengobatan dini penyakit Parkinson serta memberikan wawasan tentang perubahan molekuler yang terjadi ketika penyakit berlanjut," tulis para peneliti seperti dilansir dari Medical News Today.
Mengapa Terjadi Perubahan Bau?
Para peneliti tidak merancang penelitian mereka untuk mencari tahu mengapa kadar asam hippuric, eicosane, dan octadecanal meningkat pada sebum orang dengan penyakit Parkinson. Namun, penulis membahas beberapa kemungkinan penyebabnya.
Misalnya, penelitian sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa ada hubungan antara berbagai kondisi kulit dan penyakit Parkinson. Para penulis menjelaskan bagaimana beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikroba tertentu lebih umum berkembang pada kulit penderita.
Mikroba Malassezia spp. adalah yang muncul dalam jumlah yang banyak pada orang dengan Parkinson. Menurut penulis penelitian, perubahan populasi bakteri ini dapat mengubah mikroba kulit dan fisiologi dengan cara yang sangat spesifik untuk penyakit Parkinson.
Temuan soal penderita penyakit Parkinson memiliki bau badan yang khas diharapkan bisa menjadi cara baru untuk deteksi penyakit saraf ini. Tetap diperlukan berbagai penelitian lanjutan untuk benar-benar membuktikan keakuratan metode tersebut.
(RN/ RVS)