Stroke merupakan penyakit yang memerlukan penanganan medis secara cepat untuk menghindari komplikasi seperti kecacatan atau kematian. Namun benarkah bahwa mengonsumsi aspirin dapat menyelamatkan seseorang yang terserang stroke?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Anda sebaiknya mengetahui terlebih dahulu tentang gejala dan jenis-jenis stroke. Gejala stroke antara lain kurang sempurna saat mengucapkan kata-kata, kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba, sulit berjalan, pingsan, dan kehilangan kesadaran.
Secara umum, terdapat dua jenis stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemorrhagic. Stroke iskemik disebabkan oleh penyumbatan di pembuluh darah otak. Sedangkan stroke hemorrhagic disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak.
Pada stroke hemorrhagic, pasien membutuhkan penanganan darurat untuk mengontrol perdarahan dan mengurangi tekanan di dalam otak. Tim medis perlu melakukan pembedahan untuk memperbaiki pembuluh darah yang pecah, agar tidak terjadi kerusakan otak lebih lanjut.
Sedangkan pada pasien stroke iskemik, terapi darurat harus dimulai dalam tiga jam pertama atau biasa disebut periode emas. Tujuannya untuk menghindari kerusakan otak lebih lanjut.
Terapi yang dapat dilakukan antara lain dengan penyuntikan obat tissue plasminogen activator. Hal ini bertujuan untuk menghancurkan bekuan darah. Nah, di sinilah pemberian aspirin diperlukan untuk mencegah serangan stroke yang kedua.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Oxford University, pemberian aspirin kepada pasien yang terserang stroke dapat menurunkan risiko serangan stroke berulang hingga 60 persen di enam minggu pertama.
Dalam 6–12 minggu setelah serangan stroke yang pertama, seseorang dapat berisiko mengalami serangan stroke berulang. Jadi mengonsumsi aspirin dianjurkan dalam periode ini. Pemberian aspirin bertujuan untuk mengencerkan darah guna mencegah penyumbatan di pembuluh darah.
Jadi, sudah jelas bahwa pemberian aspirin hanya untuk mencegah, bukan mengatasi serangan stroke. Sebaliknya, pemberian aspirin pada pasien yang mengalami stroke hemorrhagic atau perdarahan justru berisiko menyebabkan perdarahan semakin luas dan kerusakan otak yang bertambah parah.
[BA/ RH]