Saraf

Fakta Seputar Alzheimer di Indonesia

dr. Fiona Amelia MPH, 21 Sep 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Mungkin Anda salah satu orang yang tidak memahami atau mengetahui hanya sedikit tentang penyakit Alzheimer. Sebenarnya, apa itu penyakit Alzheimer dan bagaimana prevalensinya di Indonesia?

Fakta Seputar Alzheimer di Indonesia

Anggapan umum bahwa pikun itu lumrah di usia tua, cenderung membuat orang lupa memahami upaya-upaya pencegahannya. Padahal, deteksi dini penting bagi penderita demensia agar tidak begitu saja kehilangan produktivitasnya.

Faktanya, setiap tiga detik seseorang di dunia mengalami demensia. Demensia sebenarnya merupakan istilah untuk sekumpulan gejala di mana terdapat penurunan daya ingat, pola berpikir dan kemampuan berlogika, serta kemampuan berinteraksi sosial. Orang mengenal demensia sebagai pikun. Penyebabnya sangat beragam, ada yang bisa disembuhkan dan ada yang tidak. Namun, sebagian besar kasus disebabkan oleh penyakit Alzheimer, cenderung memburuk seiring bertambahnya waktu.

Artikel Lainnya : Lansia Ngompol di Malam Hari, Tanda Serangan Alzheimer?

Laporan Alzheimer’s Disease International (ADI) menyebutkan bahwa pada tahun 2015, terdapat 46.8 juta orang penderita demensia. Angka ini akan bertambah menjadi dua kali lipatnya setiap 20 tahun sekali. Diperkirakan pada tahun 2050, terdapat 131.5 juta orang dengan demensia dan sekitar 68%-nya berasal dari negara dengan pendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, penyakit Alzheimer merupakan masalah yang serius, sebab:

1. Jumlah penderita terus bertambah

Pada tahun 2015, terdapat 1.2 juta orang Indonesia yang hidup dengan demensia. Angka ini akan menjadi dua kali lipatnya pada tahun 2030, dan mencapai 4 juta orang pada 2050.

2. Beban ekonomi tinggi

Di dunia, total biaya yang dikeluarkan untuk pasien Alzheimer sebesar Rp 10.675 triliun per tahun. Sedangkan di Indonesia, biaya ini mencapai Rp 23 triliun. Biaya ini mencakup ongkos perawatan dan pengasuh, kebutuhan pasien, serta kerugian akibat kehilangan mata pencaharian.

3. Jarang terdeteksi secara dini

Penyakit Alzheimer umumnya terjadi pada orangtua di atas usia 65 tahun (lansia). Akibat kurangnya informasi, gejala demensia pada penyakit Alzheimer kerap dianggap lazim bagi lansia.

4. Belum ada obatnya

Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan demensia maupun penyakit Alzheimer. Karena itu, yang terbaik adalah melakukan pencegahan dan promosi kesehatan.

Meningkatnya angka harapan hidup orang Indonesia, yaitu 72 tahun,akan beriringan dengan berkembangnya risiko demensia dan penyakit Alzheimer. Karena itu, pada bulan Maret 2016, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan Alzheimer dan Demensia. Ini menempatkan Indonesia sebagai negara ke-24 secara global dan negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki strategi nasional untuk penanganan penyakit Alzheimer dan demensia.

Dua dari tiga orang di dunia mengaku tidak memahami atau mengetahui sedikit saja tentang demensia maupun penyakit Alzheimer. Peningkatan pemahaman masyarakat serta deteksi dini penting agar lansia tidak kehilangan produktivitasnya di masa depan.

Jadi, jangan memaklumi pikun!

(TT/RH)

Pikun
Demensia
Alzheimer