Studi terkini yang dimuat dalam “Journal of the Americal Medical Association” menyebut, risiko demensia dikurangi hingga sepertiganya bila seseorang menjalani gaya hidup yang sehat.
Demensia adalah sekumpulan gejala yang berkaitan dengan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, serta interaksi sosial. Gangguan-gangguan ini pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup dan fungsi hariannya.
Kemunculannya merupakan hasil interaksi yang kompleks antara berbagai faktor, seperti usia, genetik, lingkungan, kebiasaan atau gaya hidup, dan riwayat penyakit yang dialami. Faktor risiko seperti usia atau genetik memang tidak dapat diubah, akan tetapi faktor risiko lain – seperti gaya hidup – ternyata amat berperan dalam perkembangan demensia.
Gaya hidup sehat cegah demensia
Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Exeter, Britania Raya, pada tahun 2018 ini telah dipresentasikan dalam Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer. Temuannya menyebutkan bahwa individu yang berisiko tinggi demensia sekalipun, bisa tidak mengalaminya jika menjalani gaya hidup yang sehat.
Sebanyak 196,383 partisipan yang berusia 64 tahun ke atas diikuti selama 8 tahun. Mereka menjalani analisis DNA untuk dilihat risiko genetiknya terhadap demensia. Gaya hidup partisipan pun dinilai selama rentang waktu ini. Gaya hidup yang dimaksud mencakup rutinitas berolahraga, pola makan, kebiasaan merokok, dan minum alkohol.
Gaya hidup dianggap sehat ketika partisipan mendapat nilai yang tinggi, yakni dengan tidak merokok, bersepeda dalam laju yang normal selama 2,5 jam per minggu, mengonsumsi diet bergizi seimbang (>3 porsi buah dan sayur per hari, ikan 2 kali per minggu serta jarang memakan daging olahan), serta mengonsumsi bir maksimum 500 mL per hari.
Gaya hidup yang dianggap buruk dan bernilai rendah adalah ketika partisipan merokok, tidak rutin berolahraga, memiliki pola makan yang buruk (2 porsi daging olahan dan daging merah per minggu), dan mengonsumsi bir paling sedikit 1.500 mL per hari.
Hasil analisis lebih lanjut menyebutkan bahwa risiko demensia sebesar 18 per 1.000 individu pada mereka yang mewariskan gen demensia dan menjalani gaya hidup yang tidak sehat. Namun, risiko ini dapat berkurang hingga 11 per 1.000 invidu bila mereka menjalani gaya hidup yang sehat. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa risiko demensia dapat berkurang hingga sepertiganya oleh perubahan gaya hidup.
Meski demikian, hasil studi ini tidak berlaku pada mereka yang mengalami demensia awitan dini (early onset demensia), yang dimulai saat berusia 40-an atau 50-an. Hasil studi juga tidak berlaku bagi mereka yang mengalami demensia yang spesifik, misalnya karena penyakit Alzheimer atau demensia vaskular karena penyakit stroke.
Kesehatan otak dan mental juga perlu dipelihara
Selain gaya hidup yang telah dijelaskan sebelumnya, risiko demensia juga dapat dikurangi dengan selalu mengasah otak. Sudah banyak studi yang menunjukkan bahwa mereka yang mau terus belajar memiliki persambungan sel-sel saraf otak yang lebih banyak dan lebih kuat.
Mempelajari hal-hal baru akan memicu pembentukan sinaps atau persambungan sel-sel saraf otak yang baru. Sinaps ini akan semakin kuat bila hal-hal yang dipelajari semakin diasah. Fungsi otak yang meliputi daya ingat, kemampuan berpikir, dan berlogika tentunya menjadi lebih baik.
Faktor lain yang juga berperan yakni adanya sosialiasi atau interaksi dengan orang lain. Orang yang kurang bergaul atau terisolasi secara sosial cenderung lebih rentan mengalami depresi. Selanjutnya, kondisi ini akan meningkatkan risiko demensia. Oleh sebab itu, semua individu lanjut usia tetap harus bergaul, bersosialiasi, serta memiliki komunitas yang membangun, positif, dan suportif.
Jadi, bisakah demensia dihindari sepenuhnya?
Menjadi tua itu pasti, sehingga setiap orang sesungguhnya berisiko mengalami demensia. Namun, Anda yang memiliki riwayat keluarga atau mewariskan gen demensia jauh lebih tinggi risikonya.
Hasil studi ini memberi harapan bahwa sekalipun Anda berisiko tinggi mengalami demensia, perkembangannya dapat diperlambat, bahkan sepenuhnya dihindari dengan menjalani gaya hidup yang sehat. Di sisi lain, karena sifatnya peluang, bisa saja Anda telah mengubah gaya hidup tetapi tetap mengalami demensia.
Apa pun itu, mengusahakan gaya hidup sehat tetap lebih baik ketimbang tidak melakukan apa-apa. Pada dasarnya, gaya hidup yang disarankan untuk kurangi risiko demensia juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker.
(RN/ RVS)