Menurut studi terkini yang dimuat dalam jurnal The Lancet, satu dari tiga kasus demensia dapat dicegah jika orang memperbaiki kebiasaan hidupnya. Dengan pencegahan di awal, risiko demensia pun bisa lebih diminimalisir.
Demensia bukanlah suatu penyakit, melainkan kumpulan gejala terkait dengan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir serta interaksi sosial, yang sangat mengganggu kualitas hidup dan fungsi sehari-hari. Gangguan ini muncul akibat interaksi kompleks dari berbagai faktor seperti usia, genetik, lingkungan, kebiasaan atau gaya hidup, dan riwayat penyakit yang dialami.
Faktor risiko seperti usia atau genetik memang tidak dapat diubah. Akan tetapi, faktor risiko lain yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup, sangat bisa diperbaiki untuk menurunkan risiko demensia.
Lantas, kebiasaan seperti apa yang bisa menurunkan risiko demensia?
Apa yang baik untuk jantung, baik pula untuk otak
Beberapa penyakit yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol tinggi, juga meningkatkan risiko demensia. Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan cara:
• Perbanyak makan buah dan sayur serta biji-bijian utuh yang tinggi serat dan rendah gula. Batasi konsumsi makanan berlemak jenuh tinggi seperti produk makanan siap saji, daging merah berlemak, santan, susu full cream, dan makanan yang mengandung asam lemak trans ( contoh: kue-kue kering, crackers, dan lain-lain).
• Batasi konsumsi garam tidak lebih dari 6 gram dalam sehari atau 1¼ sendok teh.
• Batasi konsumsi gula sederhana (gula pasir, makanan/minuman kemasan dan siap saji) tidak lebih dari 25 gram atau 6 sendok teh per hari.
• Menjaga berat badan di batas normal dengan memperhatikan asupan kalori dan rutin berolahraga. Olahraga membuat jantung dan peredaran pembuluh darah lebih efisien, dapat menurunkan kadar gula darah, tekanan darah dan meningkatkan kadar kolesterol baik.
Frekuensi olahraga dianjurkan paling sedikit 150 menit/minggu, berupa aktivitas aerobik intensitas sedang seperti bersepeda, berenang atau berjalan cepat.
• Batasi konsumsi alkohol sebanyak 2 unit untuk wanita dan 3 unit untuk pria. Satu unit alkohol setara dengan 250-275 mL bir standar, 175 mL anggur merah atau 25 mL vodka/wiski/gin.
• Berhentilah merokok.
Artikel Lainnya : Makan Anggur Bisa Cegah Demensia?
Jangan pernah berhenti belajar
Banyak studi menunjukkan bahwa orang yang terus belajar sepanjang hayatnya memiliki persambungan sel-sel saraf otak yang lebih banyak dan lebih kuat. Mengapa bisa? Belajar hal-hal baru akan memicu pembentukan sinaps baru yang merupakan persambungan sel-sel saraf otak.
Sinaps ini pun akan semakin kuat jika hal-hal yang dipelajari semakin diasah. Fungsi otak yang meliputi daya ingat, kemampuan berpikir dan berlogika tentunya menjadi lebih baik.
Miliki komunitas sosial yang positif dan suportif
Orang yang kurang bergaul dan terisolasi secara sosial lebih rentan mengalami depresi, yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko demensia. Oleh sebab itu, perluas pergaulan Anda, cari banyak teman dan miliki komunitas yang membangun, positif, dan suportif.
Cedera kepala
Ada hubungan erat antara cedera kepala dengan risiko demensia, khususnya jika cedera menimbulkan kehilangan kesadaran.
Untuk menurunkan risiko demensia akibat cedera kepala, selalu gunakan sabuk pengaman saat berkendara, gunakan helm saat mengendarai motor atau melakukan olahraga tertentu, serta ciptakan lingkungan tempat tinggal yang aman dari risiko jatuh dan cedera kepala.
Setiap orang berisiko mengalami demensia karena sejatinya semua orang akan mengalami masa tua. Namun dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan tersebut, orang akan memiliki cognitive reserve. Cognitive reserve merupakan penguatan jejaring saraf otak, sehingga fungsi kognitif tetap baik meski terdapat kerusakan.
Nah, agar risiko demensia dapat diperlambat bahkan dihindari, Anda bisa menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang diuraikan di atas.
[NP/ RVS]