Saraf

Kecanduan Melamun, Hati-hati Kamu Kena Maladaptive Daydreaming!

Ayu Maharani, 10 Apr 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sesekali memang nyaman. Tapi, kalau terlalu sering melamun sampai tak dengar kalau dipanggil orang? Jangan-jangan itu tanda maladaptive daydreaming, lho!

Kecanduan Melamun, Hati-hati Kamu Kena Maladaptive Daydreaming!

Melamun merupakan momen yang secara sadar atau tanpa sadar suka kita lakukan di tengah-tengah kegiatan. Beberapa orang ada melamun untuk mencari ide baru dan ada juga yang tujuannya  untuk beristirahat sejenak dari realita yang mesti dihadapi.

Lantas, bagaimana kalau ada orang yang melamun sepanjang waktu? Sampai-sampai, dia sering nggak ngeh atau kerap tak menanggapi sapaan lawan bicaranya karena terlalu asyik berada di dunia lain?

Dalam dunia psikologis, kecanduan melamun seperti itu dinamakan maladaptive daydreaming.

Apa Itu Maladaptive Daydreaming?

Maladaptive daydreaming adalah kondisi di mana seseorang terjebak dalam khayalan atau imajinasinya selama berjam-jam dengan cara melamun. Sehingga, ia mengabaikan hubungan dan kewajibannya di dunia nyata.

Artikel Lainnya: Sering Bengong Bisa Jadi Tanda Epilepsi, Lho!

Maladaptive daydreaming tidak termasuk ke dalam kategori gangguan mental. Akan tetapi, banyak ahli kejiwaan yang berpendapat, orang yang kecanduan melamun tetap memerlukan bantuan atau perawatan tertentu untuk mengurangi kebiasaan tersebut.

Khayalan yang dibuat oleh orang yang terlalu sering melamun biasanya memiliki ikatan kuat dengan perasaannya. Ia bisa benar-benar merasa sedih, senang, tertawa, bahkan menangis, saat masuk ke dalam dunia imajinasinya.

Orang yang kecanduan melamun masih bisa membedakan mana dunia nyata dan dunia khayal, berbeda dengan orang skizofrenia yang sama sekali tak bisa membedakan.

Hanya saja, karena dunia khayalnya lebih menyenangkan, mereka suka berlama-lama “di sana” dan refleks mengulanginya terus-menerus!

Tokoh utama di dalam lamunan biasanya adalah diri sendiri dan masih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Tak hanya itu, saat melamun, tanpa sadar mereka juga sering berbicara dengan suara pelan dan menunjukkan beberapa ekspresi pada wajahnya.

Artikel Lainnya: Anak Sering Bengong, Perlukah Khawatir?

1 dari 2

Mengapa Ada Orang yang Mengalami Maladaptive Daydreaming?

Sementara itu, menurut Zarra Dwi Monica, M.Psi., Psikolog, perilaku terlalu sering melamun ini merupakan bentuk coping atau cara orang untuk mengatur stres mereka.

“Kenapa bisa begitu? Karena orang tersebut mau ‘kabur’ dari realita yang ada. Jadi, semacam pelarian dari dunia nyata. Si pelaku menggunakan fantasinya dan membayangkan hal-hal yang tidak bisa dia lakukan atau capai di dunia nyata,” jelas Zarra.

Dengan kata lain, penyebab dari sering melamun adalah seseorang ingin melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan di dunia nyata dan untuk meminimalkan tekanan hidupnya. Sesimpel dan se-manusiawi itu alasannya.

Artikel Lainnya: Anak Punya Teman Khayalan, Orang Tua Juga Perlu ‘Berkenalan’

Berbahayakah Maladaptive Daydreaming?

Zarra mengatakan, perilaku sering melamun ini bersifat paradoks. Di satu sisi, melamun memang menjanjikan kondisi yang nyaman dan bikin nagih.

Tapi di sisi lain, pelaku maladaptive daydreaming ini sebenarnya juga tertekan karena tidak bisa mengendalikan serta tidak berhasil membatasi fantasinya itu.

“Jadi, apakah termasuk kebiasaan buruk? Nah, melamun sendiri sebenarnya nggak masalah, ya, kalau sesekali. Tapi kalau sudah berlebihan dan jadi ketagihan, sudah pasti buruk, sih,” pungkasnya.

Di awal, dampak sering melamun ini mungkin tidak terlalu terasa. Dikhawatirkan, jika dilakukan dalam jangka waktu lama, orang tersebut akan mengembangkan perilaku yang lebih parah.

Efek buruknya, ia tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang hanya imajinasi. Selain itu, kehidupan sehari-hari bisa jadi berantakan, perhatian kepada orang di sekitar pun jadi berkurang.

Alhasil, itu justru semakin memperburuk realitas atau kenyataan yang sudah ada. Ujung-ujungnya, ia bisa mengalami depresi dan gangguan mental lain.

Artikel Lainnya: Phubbing, Berkaitan dengan Gangguan Mental?

2 dari 2

Cara Mencegah dan Mengatasi Maladaptive Daydreaming

Untuk kasus yang sudah parah, dalam hal ini sudah sampai mengganggu aspek hidup, baik dari sisi sosial, pekerjaan, maupun kesehatan, Zarra menganjurkan untuk segera menemui psikolog klinis.

Biasanya, untuk menghadapi kasus semacam ini, terapi kognitif perilaku bisa membantu.

Selain itu, jelaskan pula kondisi Anda kepada orang yang bisa dipercaya. Sehingga, kalau Anda sudah mulai berimajinasi, orang tersebut bisa segera membangunkan Anda!

Pastikan juga Anda punya waktu tidur yang cukup. Pasalnya, kurang tidur dan lelah bisa meningkatkan kemungkinan seseorang untuk sering melamun!

Artikel Lainnya: Manfaat Melamun untuk Meningkatkan Kesehatan Mental

Kenali juga pola-pola kemunculan kebiasaan melamun. Perilaku sering melamun kerap muncul sehabis menonton film, drama, atau habis bertemu dengan seseorang.

Jika sudah kenal dengan faktor pemicunya, pasti Anda jadi lebih bisa menahan. Minimal, Anda bisa mengurangi durasi dan frekuensi mengkhayal.

Itu dia penjelasan soal maladaptive daydreaming atau kebiasaan sering melamun yang parah. Jika masih punya pertanyaan lain seputar gangguan psikologis atau penyakit medis, segera konsultasikan hal tersebut kepada dokter dan psikolog kami melalui fitur Live Chat yang tersedia di aplikasi KlikDokter.

(OVI/AYU)

Gangguan Mental
Kecanduan
melamun
maladaptive daydreaming
Skizofrenia