Penggemar sinetron “Lupus Milenia” pada era 90-an, tentu kenal dengan tokoh Gusur, yang diperankan aktor Fahmi Bo. Sosoknya yang bongsor memang tidak mudah dilupakan. Beberapa waktu belakangan, Fahmi Bo juga membintangi sinetron “Tukang Ojek Pengkolan”. Namun siapa sangka, Fahmi ternyata sudah dua bulan belakangan mengalami stroke. Kondisi ini memaksanya untuk istirahat dari aktivitas syuting.
Gejala sisa yang muncul setelah serangan stroke seperti yang dialami Fahmi, tergantung pada beberapa faktor, misalnya usia, letak pembuluh darah yang terkena, tipe stroke, seberapa luasnya bagian otak yang terkena, dan seberapa cepat penanganan awal terjadinya serangan.
Berikut ini merupakan beberapa gejala sisa yang memengaruhi fungsi tubuh setelah serangan stroke antara lain:
1. Kelemahan tubuh, kekakuan dan gangguan keseimbangan
Pasca stroke, tidak dipungkiri banyak penderita yang mengeluhkan anggota geraknya tersasa lemah dan masih sulit untuk digerakkan.Terjadinya sumbatan atau pecahnya pembuluh di otak yang tersering adalah pembuluh darah arteri serebral bagian tengah. Arteri serebral tengah pada otak memperdarahi mayoritas dari bagian otak, sehingga apabila ia mengalami gangguan akan memberikan gejala lebih dari satu.
Kekakuan pada anggota gerak juga terkadang dikeluhkan oleh penderita. Kekakuan ini berhubungan dengan lesi pada saraf motorik yang terkena. Selain itu, terkadang tremor pasca serangan juga terjadi pada beberapa orang. Gejala tremor umumnya akan mengganggu pergerakan dan keseimbangan tubuh penderita.
2. Gangguan sensorik
Gangguan sensorik seperti perabaan halus dan kasar, proprioseptif, serta menunjuk dua titik yang berbeda berhubungan dengan derajat kelemahan dan keparahan dari stroke. Hal ini juga nantinya akan berhubungan dengan proses pemulihan.
Gangguan sensorik dan motorik pada penderita stroke sangat berhubungan erat. Penderita stroke yang memiliki kedua gangguan tersebut, cenderung akan malas untuk bergerak karena merasa tidak mampu.
Apabila hal ini dibiarkan, maka akan meningkatkan terjadinya stroke related pain, dimana otot-otot yang kaku akan merangsang produksi nyeri melalui propioceptor. Sehingga akan menimbulkan sensasi nyeri, terbakar atau kesemutan pada anggota gerak tersebut.
3. Kejang
Penderita stroke bisa mengalami gejala kejang, terutama pada kasus stroke perdarahan. Kejang terjadi akibat adanya gangguan penghantaran listrik di otak. Pada kasus stroke perdarahan, adanya gumpalan darah di suatu bagian otak yang dianggap sebagai benda asing, akan memengaruhi hantaran listrik di otak.
Biasanya dengan teknik pembedahan (operasi) untuk mengevakuasi gumpalan darah, dapat membantu untuk mengurangi risiko terjadinya kejang. Penderita juga harus memakai obat antikejang sebagai pencegahan, lamanya pemberian obat antikejang juga tergantung kondisi penderita.
Selanjutnya
4. Gangguan kognitif
Stroke dan gangguan mengingat merupakan dua hal yang berhubungan. Stroke dapat menyebabkan demensia vaskular, yaitu kerusakan daya ingat yang disebabkan oleh adanya gangguan pada pembuluh darah otak. Gangguan kognitif ini tidak muncul secara tiba-tiba setelah serangan stroke, melainkan akan muncul di kemudian hari. Biasanya anggota keluarga akan mengeluhkan penderita mudah lupa, bingung dan sulit berkonsentrasi.
5. Gangguan mood
Tidak dipungkiri stroke dapat menyebabkan disabilitas dan gangguan fungsional. Beberapa manifestasi gejala neurobehavior yang umumnya terjadi pada paska serangan stroke salah satunya adalah depresi. Depresi yang terjadi pada penderita stroke dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya derajat disabilitas fisik yang terjadi, lokasi pembuluh darah yang terkena, dan ciri kepribadian pasien sebelumnya serta ada atau tidaknya riwayat depresi sebelumnya.
Depresi pasca stroke umumnya muncul pada 3 bulan di awal, setelah serangan stroke. Beberapa gejalanya seperti banyak diam, nafsu makan menurun, menarik diri dari lingkungan sekitar.
Apabila gejala depresi yang muncul tidak ditangani secara dini, akan menghambat proses rehabilitasinya dan akan menurunkan semangat penderita. Diperlukan dukungan moral dari keluarga dan lingkungan sekitar dalam proses rehabilitasi sehingga penderita stroke terhindar dari depresi dan memiliki semangatnya kembali.
6. Gangguan berbicara dan berbahasa
Gangguan berbicara dan berbahasa pada pasien stroke disebut dengan afasia. Afasia tidak hanya mencakup kemampuan berbicara dan berbahasa yang menurun, kemampuan untuk menulis dan membaca juga ikut terpengaruh.
Ada beberapa macam afasia yang umumnya terjadi pada pasien stroke. Pertama, afasia global, ini merupakan jenis afasia paling parah. Penderita tidak memahami pembicaraan serta sulit untuk membaca, menulis dan berbicara.
Jenis kedua adalah afasia broca, dimana penderita mengerti pembicaraan namun kesulitan untuk berbicara. Yang ketiga adalah afasia wernick, dimana pasien bisa berbicara dan berbahasa seperti orang pada umumnya. Tapi apa yang dikatakan sering tidak memiliki arti dan tidak menyambung dengan lawan bicara.
Terapi yang Diperlukan
Gejala sisa yang terjadi pada stroke memang tidak bisa hilang secara langsung, tetapi bisa dipulihkan dengan beberapa terapi yang bisa dilakukan, antara lain :
- Terapi fisik – berlatih berdiri, berjalan, duduk, menekuk anggota gerak, dan lain sebagainya. Terapi ini berfungsi untuk melatih menguatkan fisik penderita dan mencegah kekakuan pada otot.
- Terapi wicara – berlatih komunikasi dan berbahasa dapat dilakukan. Terapi ini membantu penderita berlatih mengucap huruf atau kata dengan jelas. Komunikasi non verbal seperti bahasa tubuh bisa digunakan, apabila belum dapat menggunakan komunikasi verbal.
- Terapi psikologi – terapi ini berguna untuk mengurangi stres akibat stroke yang dialami dan mencegah terjadinya depresi pada penderita.
Selain melakukan terapi, tentunya penderita wajib mengonsumsi obat-obatan yang sudah diberikan oleh dokter dan menerapkan pola makan sehat. Hal ini dilakukan untuk mendukung proses rehabilitasi penderita agar mendapatkan hasil yang baik dan mencegah terjadinya serangan stroke berikutnya.
[RVS]