Mudah lupa mungkin menjadi suatu kondisi umum yang dialami banyak orang. Jika kondisi ini sering terjadi, maka masuk dalam tahap tidak bisa mengingat kejadian atau nama-nama orang yang dekat. Sebaiknya Anda berhati-hati karena mungkin orang tersebut mengidap ensefalitis.
Apa Itu Penyakit Ensefalitis?
Ensefalitis atau radang otak merupakan sebuah peradangan yang terjadi pada jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan gejala-gejala gangguan saraf. Penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, jamur, parasit atau penyakit autoimun. Namun, umumnya penyakit ini paling sering disebabkan oleh infeksi virus pada otak.
Ensefalitis bisa menyerang siapa saja, mulai dari usia muda hingga tua. Dilansir dari Dailymail UK, remaja berusia 17 tahun bernama Rafaela Domingos didiagnosis mengidap ensefalitis setelah menunjukan gejala-gejala penyakit tersebut. Ia mengalami gejala sleepwalking dan sering melamun. Ternyata, didiagnosis memiliki ensefalitis.
Tidak hanya itu, dirinya pun mengalami kejang-kejang saat berada di sekolah. Rafaela juga mendadak lupa siapa orang tuanya dan cara menulis. Bahkan, setelah dibawa ke rumah sakit, ia pun lupa akan kejadian yang baru saja menimpanya.
Artikel Menarik: Cara Atasi Radang Tenggorokan dengan Pengobatan Alami
Gejala Penyakit Ensefalitis
Menurut dr. Ferdilla Nanda dari KlikDokter, hilangnya memori dalam otak memang menjadi salah satu gejala dari ensefalitis yang sudah masuk dalam tahapan berat.
“Ensefalitis merupakan sebuah kondisi peradangan dalam otak. Gejalanya beragam, seperti gangguan fungsi indera, sering berhalusinasi, sering melamun, sering lupa, sakit kepala, dan sering muntah,” tukas dr. Ferdilla.
Dr. Ferdilla menambahkan jika sudah berat, maka penyakit ini bisa menyebabkan pengidap kehilangan memori dalam otak. Hal ini juga disertai dengan gejala lain, seperti sakit kepala hebat, kejang, bahkan sampai koma.
Bila dialami oleh anak-anak, gejalanya pun lebih sulit dikenali karena mereka belum mampu menyampaikan keluhannya dengan baik. Radang otak pada anak umumnya akan ditandai dengan muntah, ubun-ubun menonjol, sering rewel karena merasa sakit di bagian kepala, dan badan yang kaku.
Pemeriksaan Penyakit Ensefalitis
Untuk mendiagnosis gejala penyakit ini, dr. Ferdilla mengatakan bahwa selain melihat dari gejala, pemeriksaan CT scan atau MRI otak umumnya juga dibutuhkan untuk melihat adanya perubahan struktur otak akibat radang yang dialami.
Cara lain untuk mendeteksi ada tidaknya ensefalitis pada tubuh seseorang adalah dengan melakukan lumbal pungsi. Prosedur pemeriksaan tersebut dilakukan oleh dokter dengan cara memasukkan jarum ke tulang belakang. Ini untuk mengambil sampel cairan serebrospinal untuk nantinya diperiksa di laboratorium.
Selain itu, biopsi otak juga bisa dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus penyebab ensefalitis melalui pengambilan sampel jaringan pada otak. Namun, prosedur ini hanya dilakukan jika gejala yang dialami semakin buruk dan pengobatan tidak lagi efektif.
Artikel lainnya: 7 Penyakit Selain Virus Zika yang Ditularkan oleh Nyamuk
Pengobatan Penyakit Ensefalitis
Dijelaskan oleh dr. Ferdilla, pengobatan ensefalitis hanya bisa dilakukan oleh dokter dan harus dilakukan secara rutin sampai gejalanya membaik. Metode pengobatan yang diberikan pun tidak bisa mematikan virus yang sudah menyerang otak.
Namun, pengobatan dilakukan untuk meredakan gejala-gejala yang timbul, termasuk ketika seseorang kehilangan memorinya.
“Bila terjadi penurunan kesadaran yang berat atau gangguan pernapasan, penderita akan membutuhkan alat bantuan napas (ventilasi mekanik) untuk menunjang pernapasannya. Jika terjadi kejang, pengobatan anti kejang akan diperlukan. Selain itu, istirahat, mendapatkan cairan yang cukup, dan obat penurun panas juga merupakan pengobatan yang penting,” ujarnya.
Terapi khusus seperti terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasi, dan psikoterapi juga bisa dilakukan untuk membantu meredakan gejala-gejala yang ada.
Radang otak atau ensefalitis memang berbahaya dan bisa mengancam nyawa jika gejala yang ditimbulkan terus memburuk. Karenanya, Anda perlu waspadai gejalanya dan lakukan pencegahan dengan melakukan imunisasi Japanese encephalitis.
(FR/AYU)