Selain penyakit jantung dan diabetes, stroke juga termasuk penyakit yang paling sering menyerang masyarakat Indonesia. Kendati begitu, tak semua orang tahu soal golden hour penanganan stroke agar penderita bisa terhindar dari komplikasi dan dampak yang fatal.
Waktu dan tindakan yang tepat untuk menangani stroke
Komplikasi atau kematian akibat serangan stroke sebenarnya bisa dicegah apabila penderita segera mendapat penanganan yang tepat.
Menurut Sekretaris Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), Al Rasyid, waktu 4,5 jam merupakan golden hour untuk mengurangi risiko kematian atau cacat permanen saat serangan stroke terjadi.
Orang yang mendapat serangan stroke membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk mengatasi jaringan yang rusak. Jika terlambat 1 detik saja, itu bisa berakibat fatal.
Sementara itu, Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), dr. Mursyid Bustomi, Sp.S(K) mengatakan, pasien harus segera ditangani kurang dari 4,5 jam. Ada yang namanya door to middle, yaitu saat pasien dibawa masuk dari rumah sakit sampai obat dimasukkan ke dalam tubuh.
“Itu harus kurang dari 60 menit,” dr. Mursyid menegaskan.
Bahkan, jika ingin hasilnya maksimal, rumah sakit harus mengikuti standar penanganan internasional, yaitu kurang dari 30 menit. Semakin cepat diberikan obat, hasilnya akan semakin baik.
Dalam jangka waktu 4,5 jam, penderita harus segera mendapat obat stroke yang disuntikkan ke dalam tubuh. Jika suntikan obat belum memberikan efek yang maksimal, maka akan dilakukan trombektomi.
Terapi stroke trombektomi adalah pengobatan penyakit stroke melalui tindakan kateterisasi pembuluh darah.
Tindakan tersebut dapat mengeluarkan bekuan darah dari pembuluh darah otak yang tersumbat sehingga aliran darah menjadi lancar kembali. Umumnya, tindakan ini memakan waktu kurang lebih 60-90 menit.
Trombektomi wajib dilakukan secepatnya, sebab hasil tindakan tersebut tidak akan maksimal jika sudah lewat dari 8-12 jam.
Trombektomi dianggap menjadi terapi yang baik untuk penderita stroke sebab tindakan tersebut tidak membutuhkan obat pengencer darah dosis tinggi. Penderita stroke pun akan terhindar dari risiko perdarahan.
Cara mudah mengenali gejala stroke
Ada cara mudah untuk mengenali gejala apakah orang tersebut berpotensi terkena stroke atau tidak. “Cara mudah itu adalah FAST,” kata dr. Alvin Nursalim, Sp.PD dari KlikDokter.
-
F atau Face (wajah)
Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Apakah ada sisi sebelah wajah yang tertinggal? Apakah wajah atau matanya terlihat jereng atau tidak simetris? Jika iya, orang tersebut mungkin saja sedang mengalami stroke.
-
A atau Arms (tangan)
Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangan. Apakah ia mengalami kesulitan untuk mengangkat salah satu atau kedua tangannya? Apakah salah satu atau kedua tangannya dapat ditekuk?
-
S atau Speech (perkataan)
Mintalah orang tersebut untuk berbicara atau mengulangi suatu kalimat. Apakah bicaranya terdengar tidak jelas atau pelo? Apakah dia kesulitan atau tidak berbicara? Apakah dia memiliki kesulitan untuk memahami yang Anda katakan?
-
T atau Time (waktu)
Jika ia memiliki seluruh gejala yang disebutkan di atas, orang tersebut mungkin mengalami stroke. Ingatlah bahwa stroke merupakan kasus darurat. Anda harus segera membawa orang tersebut ke rumah sakit.
Agar stroke tidak terjadi kembali, dr. Nadia Octavia dari KlikDokter mengatakan, penderita stroke wajib menjaga tekanan darah, gula darah, dan kolesterol di angka yang ideal. Misalnya:
- Tekanan darah <120/80 mmHg
- Gula darah puasa
- Kolesterol LDL
Kini, Anda sudah mengetahui tentang golden hour penanganan stroke. Dengan demikian, saat Anda mendapati diri atau orang lain mengalami gejala stroke, segera minta bantuan dokter. Ingatlah bahwa stroke lebih sering terjadi di pagi hari (saat bangun tidur). Sebab, saat Anda tidur, tekanan darah akan bertambah tinggi karena terjadi pengecilan diameter pembuluh darah.
[HNS/ RH]