Afasia adalah gangguan yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan orang lain. Interaksi sosial dengan orang lain dapat menyebabkan orang dengan afasia mengalami stres.
Dijelaskan oleh dr. Devia Irine Putri, afasia terjadi karena kerusakan di satu atau lebih area otak, tepatnya di area otak yang mengatur kemampuan berbahasa.
“Kerusakan dapat diakibatkan karena cedera otak, stroke, infeksi otak. Afasia juga bisa disebabkan oleh penurunan fungsi sel otak misalnya pada orang demensia dan parkinson.” ucap dr. Devia.
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai faktor risiko atau penyebab afasia.
1. Stroke
Menurut National Aphasia Association, afasia dialami oleh 25 hingga 40 persen orang yang pernah mengalami stroke.
“Semua orang berisiko mengalami afasia. Terlebih pada orang yang punya masalah kesehatan yang tidak dikontrol dengan baik, misalnya hipertensi atau diabetes. Kalau tidak diobati, kondisi kesehatan tersebut bisa sebabkan komplikasi stroke,” ucap dr. Devia.
Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak juga dapat memicu kondisi afasia. Hilang atau berkurangnya aliran darah ke otak dapat menyebabkan kematian sel sel atau kerusakan di area otak yang mengontrol kemampuan bahasa.
Artikel Lainnya: Mengenal Developmental Expressive Language Disorder pada Anak
2. Cedera Otak
Kerusakan otak yang disebabkan oleh cedera kepala juga dapat menyebabkan masalah kognitif lainnya seperti gangguan mengingat atau kebingungan.
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan cedera kepala dan bisa berdampak ke bagian otak:
- Kecelakaan mobil atau motor
- Tertabrak atau menabrak suatu objek berupa benda keras
- Mengalami kekerasan fisik yang mencederai bagian kepala
- Cedera olahraga yang mengenai kepala juga dapat menyebabkan kerusakan otak
3. Infeksi Otak
Infeksi otak juga dapat menjadi penyebab afasia dan gangguan bahasa. Ada berbagai macam penyebab infeksi otak, salah satunya karena infeksi virus. Infeksi otak juga bisa dipicu oleh beberapa kondisi ini:
- Ensefalitis atau radang jaringan otak
- Meningitis atau radang selaput otak
- Abses yang ditandai dengan kantong berisi nanah dan sering disebabkan oleh bakteri
Infeksi otak lebih sering dialami anak-anak dan orang tua. Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS atau menggunakan obat imunosupresan juga berisiko mengalami infeksi otak.
Afasia akibat infeksi otak umumnya bersifat jangka pendek. Kondisi ini dapat membaik saat infeksi otak sembuh. Apabila mengalami infeksi otak parah atau telat diobati, maka afasia jangka panjang dapat terjadi.
Artikel Lainnya: Articulation Disorder pada Anak, Bisakah Diatasi?
Apa Saja Gejala Penyakit Afasia?
Dilansir dari Cleveland Clinic, tanda dan gejala afasia bervariasi, tergantung dari luas dan area otak yang terdampak, serta jenis afasia. Namun, gejala umum yang mungkin terjadi, antara lain:
- Kesulitan menyebutkan nama objek, tempat, peristiwa atau orang meskipun mereka mengenal orang atau tempat tersebut
- Kesulitan mengekspresikan diri atau menemukan kata-kata yang tepat ketika berbicara atau menulis
- Kesulitan memahami percakapan
- Kesulitan membaca
- Berbicara dengan kosakata yang tidak lengkap
- Menempatkan kata-kata dalam urutan yang salah
- Tidak menyadari kesalahan dalam bahasa lisan seseorang
- Berbicara hanya dalam frasa pendek
- Berbicara dalam satu kata
- Tidak dapat mengatur nada bicara
- Mengatakan kata yang salah atau mengganti kata yang tidak masuk akal, seperti mengatakan "bola" saat ingin menyebut "telepon"
- Tidak dapat berbicara di depan banyak orang atau hanya dapat berbicara dalam beberapa kata atau mengulang kata dan frasa yang sama berulang-ulang
- Kesulitan menyusun kata-kata untuk menulis kalimat
- Kesulitan menggunakan angka atau mengerjakan matematika
Kerusakan otak yang disebabkan oleh cedera kepala parah, tumor, infeksi atau proses degeneratif juga dapat menyebabkan masalah kognitif lainnya, seperti masalah memori atau kebingungan.
Afasia progresif primer adalah istilah yang digunakan untuk gangguan bahasa yang berkembang secara bertahap. Terkadang, afasia jenis ini berkembang menjadi kondisi demensia yang lebih umum.
Beberapa pasien juga dapat mengalami episode afasia sementara. Kondisi ini dapat disebabkan oleh migrain, kejang, atau serangan iskemik transien.
Serangan iskemik transien terjadi ketika aliran darah sementara diblokir ke area otak. Orang yang pernah mengalami serangan iskemik transien memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dalam waktu dekat.
Itu dia penyebab afasia. Apabila memiliki pertanyaan lain mengenai afasia, gunakan layanan Live Chat di aplikasi KlikDokter untuk berkonsultasi langsung dengan dokter.
(OVI/NM)
Referensi:
- Wawancara dr. Devia Irine Putri
- Healthline. Diakses 2022. Aphasia
- Cleveland Clinic. Diakses 2022. Aphasiaa
- Mayo Clinic. Diakses 2022. Aphasia