Gaya hidup sedenter alias minim gerak dapat memicu sejumlah masalah kesehatan, salah satunya adalah penyakit stroke.
Stroke merupakan kondisi berkurangnya pasokan darah ke otak. Keadaan ini disebabkan adanya masalah pada pembuluh darah di organ vital tersebut.
Stroke akibat pecahnya pembuluh darah otak disebut sebagai stroke hemoragik. Sementara itu, stroke akibat tersumbatnya pembuluh darah di otak dinamakan sebagai stroke iskemik.
Lantas, bagaimana pola hidup sedenter meningkatkan risiko stroke? Yuk, cari tahu!
Gaya Hidup Sedenter Penyebab Stroke
Sebuah studi yang dimuat Journal of the American Heart Association mengungkapkan, orang yang memiliki gaya hidup sedenter berisiko lebih tinggi mengalami stroke. Hal ini bila dibandingkan dengan orang yang memiliki gaya hidup aktif.
Menurut dr. Reza Fahlevi Sp.A, setidaknya terdapat dua alasan mengapa gaya hidup sedenter dapat meningkatkan risiko penyakit stroke.
“Gaya hidup sedenter bisa meningkatkan risiko obesitas atau berat badan di atas normal. Gaya hidup tersebut pun dapat meningkatkan risiko hipertensi, yang merupakan faktor penyebab stroke,” jelas dr. Reza.
Artikel Lainnya: Terlalu Lama Duduk Tingkatkan Risiko Kanker, Kok Bisa?
Obesitas Akibat Gaya Hidup Sedenter Sebabkan Stroke
Mengutip National Health Service, ketika tubuh tidak terlalu aktif, energi yang diserap dan diubah dari gula darah (glukosa) akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak.
Jika kondisi tersebut berlangsung terus-menerus, gaya hidup minim gerak menyebabkan individu mengalami obesitas alias kelebihan berat badan.
Obesitas dapat meningkatkan risiko stroke melalui sejumlah mekanisme. Pertama, berat badan berlebih dapat menyebabkan jaringan tubuh meradang, termasuk pembuluh darah di otak.
Akibatnya, risiko penyumbatan pembuluh darah di otak kian besar. Kondisi ini, seperti diketahui, merupakan penyebab stroke iskemik.
Tidak hanya itu, berat badan di atas normal juga dapat meningkatkan risiko pembesaran sisi kiri jantung. Kondisi yang dinamakan hipertrofi ventrikel kiri ini pada gilirannya dapat meningkatkan risiko gangguan jantung dan stroke.
Artikel Lainnya: Turunkan Tekanan Darah Tinggi dengan Jalan Pagi
Hipertensi Akibat Gaya Hidup Sedenter Sebabkan Stroke
Menukil Medicine Net, individu dengan gaya hidup sedenter memiliki risiko 30–50 persen lebih tinggi untuk mengalami hipertensi alias penyakit tekanan darah tinggi.
Hipertensi alias tekanan darah tinggi merupakan kondisi meningkatnya tekanan darah melebihi ambang batas normal.
Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah di otak mengeras, menyempit, bocor, bahkan pecah. Karenanya, aliran darah di otak pun terhambat. Kondisi ini pada gilirannya dapat mencetuskan stroke.
Stroke terjadi karena sel-sel otak tidak memperoleh asupan oksigen yang didistribusikan oleh darah. Akibatnya, sel-sel dan jaringan otak mengalami kerusakan, bahkan mati dalam hitungan menit.
Kematian sel otak mengganggu fungsi bagian tubuh yang dikendalikan area otak tertentu.
Hal ini membuat penderita stroke mengalami gejala, berupa kesulitan bicara atau cadel, tidak bisa menggerakkan satu sisi tubuh, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, kelumpuhan, bahkan kejang.
Jika tidak ditangani dengan baik, stroke dapat menimbulkan kerusakan otak, kelumpuhan jangka panjang, hingga kematian.
Pola hidup minim gerak sangatlah berbahaya bagi kesehatan. Karena itu, biasakanlah untuk aktif bergerak dan berolahraga guna meminimalkan risiko penyakit stroke yang mematikan.
Imbangi pula dengan pola makan sehat dan bergizi seimbang, cukup tidur, kelola stres dengan baik, dan menghindari rokok maupun alkohol.
Apabila membutuhkan tips lanjutan terkait cara menurunkan risiko stroke, Anda bisa berkonsultasi lebih lanjut kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.
(NB/AYU)
Referensi:
- Journal of the American Heart Association. Diakses 2022. Physical Activity and Stroke Risk.
- Healthline. Diakses 2022. Everything You Need to Know About Stroke.
- NHS. Diakses 2022. Obesity.
- Medicine Net. Diakses 2022. High Blood Pressure and Exercise.