Lesionektomi adalah operasi untuk mengangkat lesi, area yang tidak berfungsi normal, dan luka di otak.
Operasi lesionektomi dapat dilakukan ketika seseorang memiliki masalah kejang akibat kerusakan otak. Operasi ini juga menjadi pilihan bagi orang yang mengidap epilepsi.
Ketahui lebih lanjut tentang operasi lesionektomi dengan membaca ulasan di bawah ini.
Apa Itu Lesionektomi?
Dijelaskan oleh dr. Sepriani Timurtini Limbong, lesionektomi adalah operasi pengangkatan sebuah lesi (lesion) yang menyebabkan gangguan di otak.
Artikel Lainnya: Hati-Hati, Migralepsy Bisa Menyerang Penderita Migrain!
“Lesi tersebut termasuk tumor, luka pascacedera kepala, pembuluh darah yang tidak normal, dan sebagainya. Adanya lesi bisa menimbulkan gejala neurologis, salah satunya kejang,” jelas dr. Sepriani.
Dokter Sepriani juga menambahkan, “Diharapkan setelah dilakukan lesionektomi, frekuensi kejang bisa berkurang.”
Saat melakukan operasi ini, dokter dapat mengangkat lesi menggunakan metode kraniotomi atau membuka bagian tengkorak.
Pada beberapa kasus, dokter dapat menggunakan metode minimal invasif yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di kepala. Cara ini bisa mengurangi kekambuhan kejang pada penderitanya.
Operasi lesionektomi dapat diberikan jika lesi atau jaringan otak yang rusak tidak berisiko mengganggu fungsi gerak, sensasi, bahasa, dan memori pasien.
Persiapan Sebelum Lesionektomi
Melansir WebMD, pasien harus menjalani beberapa tes sebelum operasi lesionektomi. Tes tersebut termasuk pemantauan kejang, elektroensefalografi (EEG), dan pencitraan resonansi magnetik (MRI).
Tes tersebut dapat membantu menentukan lokasi lesi dan memastikan bahwa lesi merupakan sumber kejang epilepsi.
Dokter juga dapat menilai aktivitas listrik di otak dengan tes atau pemantauan video EEG. Metode ini berguna mengidentifikasi lebih lanjut jaringan yang bertanggung jawab menyebabkan kejang.
Dari hasil beberapa pemeriksaan tersebut, dokter dapat merencanakan pembedahan lesi di otak sesuai kondisi kesehatan pasien.
Prosedur Lesionektomi
Sebelum melakukan pembedahan, dokter akan memberikan bius total kepada pasien. Dengan obat bius, pasien tidak akan merasakan sensasi apa pun selama proses operasi.
Setelah pasien tertidur, dokter akan membuka sayatan di kulit kepala. Sayatan ini akan menjadi jalan untuk dokter melakukan kraniotomi. Setelahnya, dokter akan mencari lesi dan mengangkat lesi.
Apabila semua lesi atau jaringan abnormal sudah diangkat, dokter akan memasang kembali tulang tengkorak dan menutup luka sayatan dengan jahitan.
Umumnya operasi lesionektomi dilakukan dengan bius total. Namun pada beberapa kasus tertentu, dokter dapat membiarkan pasien tetap terjaga.
Artikel Lainnya: Mengenal Operasi Kanker Paru Segmentectomy Beserta Efek Sampingnya
Hasil Lesionektomi
Prosedur lesionektomi membutuhkan waktu beberapa jam. Jika sudah selesai, perawat akan memindahkan pasien ke ruang intensive care unit (ICU).
Hasil operasi akan berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan dan kondisi setiap pasien.
Meski begitu, pasien diminta untuk kontrol rutin ke rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Tujuan kontrol untuk memastikan kondisi kesehatan pasien sudah benar-benar pulih dan terbebas dari kejang.
Untuk tahu informasi kesehatan atau prosedur operasi lainnya, Anda bisa membaca artikel di aplikasi Klikdokter.
(OVI/JKT)