Terapi trombolitik alias trombolisis merupakan metode pengobatan yang bertujuan melarutkan gumpalan darah berbahaya. Pasalnya, gumpalan darah tersebut dapat menyumbat pembuluh darah arteri dan vena.
Kondisi demikian meningkatkan risiko gangguan kesehatan serius yang mengancam jiwa, salah satunya adalah stroke iskemik. Ini adalah jenis stroke yang terjadi karena gumpalan darah menyumbat pembuluh di otak.
Stroke iskemik menyebabkan aliran darah yang mendistribusikan oksigen ke otak terhambat. Karenanya, sel-sel dan jaringan otak mengalami kerusakan, bahkan mati dalam hitungan menit. Keadaan ini dapat mencetuskan sederet gejala stroke berbahaya, seperti kelumpuhan, kejang, bahkan kematian.
Lantas, seperti apa mekanisme terapi trombolitik pada stroke iskemik? Yuk, cari tahu.
Prosedur Terapi Trombolitik untuk Mengatasi Stroke Iskemik
Untuk meminimalkan dampak buruk stroke iskemik, gumpalan darah di otak harus dipecahkan. Hal ini bertujuan untuk melancarkan kembali pasokan darah ke otak.
Untuk melarutkan gumpalan darah, trombolisis dilakukan menggunakan obat khusus bernama recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA) alias alteplase.
Artikel Lainnya: Jenis-Jenis Terapi untuk Penderita Stroke yang Perlu Anda Tahu
Disampaikan dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, obat ini dapat diberikan melalui dua cara, yaitu suntikan pada saluran intravena (IV) dan lewat kateter panjang yang menyalurkannya langsung ke lokasi penyumbatan.
Selanjutnya, obat akan bekerja dengan cepat melarutkan gumpalan darah di otak.
“Dengan demikian, aliran darah di otak bisa kembali lancar. Risiko kerusakan jaringan dan organ di masa depan pun dapat diminimalkan,” kata dr. M. Iqbal.
Kendati begitu, terapi trombolitik hanya ditujukan untuk pasien stroke iskemik. Pengobatan ini tidak boleh dilakukan untuk penderita stroke hemoragik, yaitu jenis stroke akibat perdarahan di otak.
Pasalnya, trombolisis dapat meningkatkan perdarahan sehingga malah memperburuk kondisi stroke hemoragik.
Risiko Terapi Trombolitik
Tidak semua pasien menuai manfaat trombolitik dalam pengobatan stroke iskemik. Terapi ini juga dapat menimbulkan risiko.
Perdarahan di otak merupakan salah satu risiko umum trombolisis. Berdasarkan Medlineplus, sekitar 1 persen pasien stroke iskemik mengalami perdarahan otak. Sementara itu, 25 persen pasien stroke mengembangkan perdarahan kecil di gusi dan hidung selama menjalani terapi.
Artikel Lainnya: Mengungkap Efektivitas Terapi Robotik pada Penderita Stroke
Waktu Terbaik untuk Terapi Trombolitik
Kapan waktu terbaik untuk trombolitik? Menurut dr. Efthymios Avgerinos dari Society for Vascular Surgery, terapi ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, sebelum terjadi kerusakan permanen pada jaringan dan organ.
Kembali melansir Medlineplus, trombolisis yang diberikan dalam kurun 3 jam setelah munculnya gejala stroke pertama dapat mengurangi kerusakan dan kelumpuhan.
Beberapa dokter menilai pengobatan ini masih bermanfaat dalam kurun 6 jam setelah gejala stroke pertama kali muncul.
Makin lama waktu yang terlewatkan, makin berkurang juga efektivitas terapi trombolitik dalam mengatasi stroke iskemik.
Maka dari itu, penting untuk sesegera mungkin memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat apabila Anda mengalami gejala stroke.
Demikian serba-serbi terapi trombolitik untuk pasien stroke iskemik. Terapi ini sebenarnya juga bisa digunakan untuk meminimalkan dampak buruk serangan jantung, emboli paru, deep vein thrombosis, maupun trombosis arteri akut.
Atas dasar itu, apabila Anda mengalami gejala salah satu kondisi medis berbahaya tersebut, jangan ragu untuk segera berkonsultasi kepada dokter.
Ingin bertanya lebih lanjut seputar prosedur medis lain? Penasaran dengan fakta di balik anggapan seputar kesehatan yang Anda temukan di lingkungan sekitar? Agar tak salah kaprah, lebih baik konsultasikan kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)
Referensi:
Society for Vascular Surgery. Diakses 2021. Thrombolytic Therapy.
MedlinePlus. Diakses 2021. Thrombolytic Therapy.
Ditinjau oleh dr. Muhammad Iqbal Ramadhan