Alzheimer merupakan kondisi menurunnya kemampuan otak, yang disertai oleh berkurangnya sel-sel otak. Penyakit ini sering dikaitkan dengan proses penuaan, sehingga umumnya dialami oleh kelompok lansia.
Banyak informasi simpang siur seputar penyakit alzheimer yang beredar di masyarakat. Sebagian informasi tersebut hanyalah mitos menyesatkan, dan tidak perlu Anda percaya.
Agar tidak salah langkah, berikut ini adalah beberapa mitos alzheimer beserta fakta medis yang sebenarnya:
1. Alzheimer Sama dengan Demensia
Salah satu mitos Alzheimer yang kerap dipercaya adalah penyakit ini sama dengan demensia.
Sebetulnya, ini tak sepenuhnya salah. Pasalnya, demensia adalah bagian dari penyakit Alzheimer.
Namun, kedua penyakit tersebut memiliki klasifikasi masing-masing. Artinya, tidak bisa dianggap sama.
2. Risiko Alzheimer Tidak Bisa Diminimalkan
Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit alzheimer. Hal ini hanyalah mitos!
Faktanya, alzheimer bisa dicegah dan ditangani sejak dini. Menerapkan gaya hidup sehat, seperti aktivitas fisik teratur, diet seimbang, serta keterlibatan kognitif dan sosial memiliki efek yang baik pada otak Anda.
Upaya ini dapat meningkatkan harapan hidup serta meminimalkan dampak buruk Alzheimer.
Artikel Lainnya: Inilah 9 Gejala Awal Alzheimer pada Lansia
3. Penderita Alzheimer Sering Bersikap Kasar
Penderita alzheimer rentan mengalami perubahan kepribadian dan suasana hati. Namun, hal tersebut tidak termasuk dengan kemunculan perilaku kasar (violent).
Justru, kebanyakan pasien alzheimer tampak frustasi akibat kemampuan kognitif yang kian terkikis dari hari ke hari.
Jika orang yang Anda cintai mengalami perubahan kepribadian akibat Alzheimer, tetaplah tenang.
Usahakan untuk tetap terlibat dalam setiap tahap pengobatan. Jadilah pendengar yang baik untuk segala keluhannya.
4. Alzheimer Bukan Penyakit Bawaan
Ada berbagai penyebab dan faktor risiko yang membuat seseorang terkena alzheimer. Salah satu risiko tersebut adalah genetik alias keturunan.
Anda lebih berisiko mengalami Alzheimer apabila memiliki keluarga derajat pertama (orang tua atau saudara kandung) yang mengalami penyakit tersebut sebelumnya.
5. Alzheimer Dapat Dicegah dengan Suplemen
Hingga kini, belum ada penelitian yang membuktikan kemampuan vitamin, produk herbal, atau obat-obatan lain untuk mencegah penyakit Alzheimer.
Namun, risiko penyakit tersebut dapat diturunkan dengan penerapan gaya hidup aktif dan sehat.
Ini artinya, Anda mesti melakukan aktivitas fisik rutin; diet seimbang hingga kontrol kondisi kronis, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes untuk menurunkan risiko alzheimer di kemudian hari.
6. Alzheimer Dapat Dicegah dengan Latihan Otak
Terdapat beberapa permainan untuk melatih kemampuan otak. Memang, permainan semacam itu dapat mencegah demensia.
Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa latihan atau permainan yang melibatkan otak dapat dijadikan sebagai pencegahan Alzheimer.
7. Alzheimer Hanya Menyerang Lansia
Satu mitos alzheimer yang mungkin Anda percaya adalah tentang kondisinya yang hanya mempengaruhi populasi lansia.
Alzheimer memang identik dengan lansia. Namun, ada sebagian kecil orang yang terkena Alzheimer sejak usia 30-an. Penting untuk dicatat bahwa genetik dapat berperan dalam meningkatkan risiko tersebut.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penyakit Alzheimer memang paling sering ditemukan pada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun.
Namun faktanya, Alzheimer juga bisa menyerang usia sekitar 40 tahun atau lebih muda.
Artikel Lainnya: Awas, Sering Stres Bisa Picu Alzheimer!
8. Alzheimer Tidak Berhubungan dengan Kematian
Alzheimer adalah penyebab kematian keenam di Amerika Serikat. Rata-rata orang dapat hidup sampai 8 hingga 10 tahun setelah didiagnosis mengalami penyakit tersebut.
Penderita Alzheimer dapat lupa makan, minum, dan cenderung sulit menelan. Hal tersebut membuatnya rentan kekurangan gizi.
Selain itu, orang dengan Alzheimer juga dapat mengalami masalah pernapasan. Semuanya dapat meningkatkan risiko kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
9. Alzheimer Adalah Bagian Normal dari Proses Penuaan
Kehilangan ingatan adalah proses yang normal dari penuaan. Akan tetapi, gejala alzheimer bukan hanya masalah kelupaan biasa.
Hilang ingatan pada Alzheimer dapat terjadi lebih serius, seperti lupa cara mengemudi, tidak dapat mengenali orang terdekat, dan lain-lain.
Seiring dengan memburuknya kondisi, Alzheimer dapat menghilangkan kemampuan berpikir, makan, berbicara, dan hal-hal penting lainnya. Jadi, Alzheimer bukanlah bagian normal dari proses penuaan!
Artikel Lainnya: Pola Makan Tepat untuk Penderita Alzheimer
10. Terdapat Obat untuk Alzheimer
Sampai saat ini belum ada obat pasti untuk mengatasi penyakit Alzheimer. Beberapa obat yang disetujui oleh Food and Drugs Administration (FDA), Amerika Serikat, untuk penyakit Alzheimer adalah donepezil, galantamine, memantine dan lain-lain.
Obat-obatan tersebut hanya membantu menangani masalah ingatan, keterampilan berbahasa, dan perilaku. Obat tersebut pun tidak selalu efektif untuk semua pasien Alzheimer.
11. Konsumsi Pemanis Buatan dan Vaksin Influenza Bisa Sebabkan Alzheimer
Beberapa orang berpikir bahwa pemanis buatan seperti aspartame yang sering ditemukan pada permen atau minuman kemasan dapat meningkatkan risiko Alzheimer.
Anggapan lainnya menyatakan, suntikan vaksin influenza dapat menyebabkan penyakit tersebut.
Kedua hal tersebut adalah mitos Alzheimer yang tidak benar. Penelitian justru menunjukan, vaksinasi dapat menurunkan risiko suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan Anda.
Itu dia sebagian mitos alzheimer yang tak perlu lagi Anda percaya. Sikapi segala informasi dengan bijak, agar Anda tak lagi terjebak.
Jika punya pertanyaan atau ingin tahu lebih detail mengenai mitos alzheimer, Anda dapat berkonsultasi pada dokter menggunakan layanan LiveChat 24 jam atau dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
(NB/AYU)