Saraf

Tips Memenuhi Asupan Makanan pada Penderita Stroke

dr. Fiona Amelia MPH, 05 Feb 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penderita stroke dapat mengalami gangguan menelan sehingga berisiko alami dehidrasi dan kurang gizi. Ini tips agar asupan gizinya tetap terpenuhi.

Tips Memenuhi Asupan Makanan pada Penderita Stroke

Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak berkurang atau terputus. Sebagai konsekuensi, jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan zat gizi. Hanya dalam hitungan menit, sel-sel otak mulai kehilangan fungsi, hingga akhirnya mati.

Selanjutnya, muncullah gejala-gejala khas penderita stroke. Mulai dari kelemahan atau mati rasa pada satu sisi tubuh, bicara pelo, gangguan penglihatan (misalnya, pandangan kabur dan penglihatan ganda), nyeri kepala hebat tiba-tiba, serta rasa melayang atau seperti ingin jatuh.

Penyebab Stroke

Kejadian stroke bisa disebabkan oleh salah satu dari dua hal ini, yaitu pembuluh darah yang tersumbat (stroke iskemik) atau pembuluh darah yang pecah (stroke hemoragik).

Kedua kondisi ini dapat terjadi apabila seseorang memiliki faktor risiko berikut:

  • Berusia 55 tahun ke atas
  • Jenis kelamin pria
  • Berat badan berlebih atau obes
  • Kurang bergerak
  • Konsumsi alkohol berlebihan
  • Menggunakan narkoba, khususnya kokain dan metamfetamin
  • Merokok atau perokok pasif
  • Memiliki riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau diabetes
  • Menggunakan pil KB hormonal atau terapi hormon yang mengandung estrogen

Di lain sisi, lebih dari setengah penyintas stroke dapat mengalami gangguan menelan atau disfagia. Kondisi ini membuat penderitanya lebih sulit untuk mengunyah, menelan makanan dan minuman, serta mengontrol ludah.

Sebagai konsekuensi, mereka berisiko terkena dehidrasi dan kekurangan nutrisi (malnutrisi). Ujung-ujungnya, ini akan mengganggu proses pemulihan pasca stroke serta meningkatkan risiko infeksi berulang.

Itu sebabnya, asupan nutrisi penderita stroke harus selalu terpenuhi setiap hari. Caranya dengan mengatur pola makan yang sesuai untuk penderita stroke. Ini tak cuma komposisi atau jenis makanan, tapi juga memilih tekstur, porsi dan frekuensi pemberian makanan.

Tips Pola Makan bagi Penderita Stroke

Jadi, bagaimana pola makan yang tepat agar nutrisi penderita stroke tetap terpenuhi? Simak beberapa cara di bawah ini:

  • Evaluasi gangguan menelan yang terjadi

Setiap penderita stroke perlu mendapatkan pemeriksaan untuk menilai derajat gangguan menelan. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui seberapa berat derajat gangguan menelan yang terjadi serta seberapa besar risiko aspirasi yang bisa terjadi saat makan.

Aspirasi adalah kejadian di mana makanan yang seharusnya masuk ke lambung, malah masuk ke saluran napas (paru-paru).

  • Modifikasi bentuk atau tekstur makanan sesuai derajat gangguan menelan

Tekstur makanan perlu disesuaikan dengan beratnya gangguan menelan. Secara umum, dikenal dua jenis makanan, yakni bentuk cair dan padat.

Sesuai dengan pedoman National Dysphagia Diet (NDD), ada empat tingkat kekentalan untuk makanan yang berbentuk cair, yaitu:

  • Thin, dengan tingkat kekentalan seperti air putih, nutrisi enteral cair, jus buah, kopi, teh, kuah kaldu
  • Nectar thick, dengan tingkat kekentalan seperti sirup atau sup dengan bahan dasar krim
  • Honey thick, dengan tingkat kekentalan seperti madu atau sup krim kental
  • Spoon thick, dengan tingkat kekentalan seperti yogurt atau puding

Untuk makanan yang berbentuk padat, ada tiga tingkatan, yaitu:

  • Dysphagia puree. Bentuk ini diperuntukkan bagi individu dengan disfagia sedang hingga berat serta berisiko tinggi mengalami aspirasi. Semua makanan dibuat dalam bentuk puree (bubur) dengan konsistensi seperti puding halus.

Makanan ini tidak perlu dikunyah atau hanya perlu sedikit sekali dikunyah. Contohnya puree alpukat, puree kentang, dan bubur beras.

  • Dysphagia mechanically altered. Bentuk ini diperuntukkan bagi pasien dengan disfagia ringan sampai berat, tapi masih mampu mengunyah. Makanan bertekstur lembut, agak basah, dan mudah dikunyah. Contohnya daging cincang, sayuran kukus, dan nasi tim.
  • Dysphagia advanced. Bentuk ini diperuntukkan bagi pasien dengan disfagia ringan yang masih bisa mengunyah dengan baik dan berisiko rendah mengalami aspirasi.
  • Bentuk ini mencakup semua makanan kecuali yang garing, kering, lengket atau Makanan harus agak basah dan dipotong kecil-kecil. Contohnya, daging yang diiris tipis atau daging suwir, ikan, telur, buah potong, dan perkedel.

Dalam kondisi gangguan menelan, modifikasi rute makanan menggunakan selang makan juga bisa dilakukan.

Untuk selang makan, penggunaan nutrisi cair komersial lebih dianjurkan dibandingkan nutrisi homemade (bubur rumahan) karena komposisinya mengikuti pedoman khusus. Kandungan zat gizinya menjadi lebih terukur.

  • Komposisi makanan harus bergizi seimbang

Salah satu pemicu stroke adalah aterosklerosis, yakni penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak lemak dan kolesterol. Karena itu, penderita stroke perlu menghindari makanan tinggi lemak jenuh.

Asupan protein perlu ditingkatkan karena kebutuhan yang meningkat. Alasan pertama akibat serangan stroke itu sendiri, di mana cadangan protein di otot dipecah untuk menambah sumber energi tubuh. Kedua, protein diperlukan untuk menunjang proses pemulihan stroke.

Di sisi lain, meski merupakan sumber protein, konsumsi daging merah dan produk susu full fat harus diperhatikan. Batasi pula konsumsi gula dan garam tambahan. Makanan tinggi garam dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan terlalu banyak gula dapat merusak pembuluh darah.

Sebaliknya, perbanyak makanan kaya serat, seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, serta daging tanpa lemak (lean meat).

Untuk mencegah penurunan daya ingat dan meningkatkan daya pikir, asupan nutrisi yang mengandung choline dan phosphatidylserine juga diperlukan.

  • Perhatikan frekuensi dan porsi makanan

Agar tak mudah tersedak dan muntah, penderita stroke dianjurkan untuk makan sedikit-sedikit dengan frekuensi yang lebih sering. Dengan demikian, total asupan makanannya dalam sehari akan lebih banyak.

Untuk porsi makanan, dapat menggunakan aturan tangan sesuai ukuran tangan penderita stroke berikut:

    • Makanan pokok sumber karbohidrat: 1 kepal tangan penderita
    • Makanan sumber protein: 1 telapak tangan penderita
    • Makanan sumber lemak: 1 ruas ibu jari tangan penderita
    • Makanan sumber serat (sayur-sayuran): 2 tangkup tangan penderita
  • Perhatikan hal-hal yang membantu proses menelan

Agar proses menelan lebih aman dan mudah, penderita stroke perlu duduk tegak saat makan atau minum. Bila perlu, berikan sokongan dengan bantal agar posisinya pas.

Di samping itu, berikan makanan padat dengan kuah atau cairan secara bergantian untuk membantu proses menelan. Suhu makanan yang hangat hingga dingin juga memudahkan proses menelan, karena lebih bisa ditoleransi oleh penderita.

Setelah makan, posisikan tubuh tetap tegak selama 30 menit untuk mengurangi risiko aspirasi. Bersihkan pula mulut dari sisa-sisa makanan. Ini mencegah timbunan bakteri yang kemudian dapat memicu gigi berlubang dan infeksi pada mulut.

Saat proses makan, perhatikan beberapa gejala yang timbul. Misalnya, apakah muncul batuk atau mengi selama atau segera setelah makan, ludah berlebihan, sesak napas, suara serak selama atau setelah makan dan minum, atau demam 30-60 menit setelah makan. Bila ya, ini tanda bahwa penderita stroke mengalami aspirasi.

Memenuhi asupan makanan penderita stroke adalah suatu keharusan. Bila tidak, kualitas hidup penderitanya akan terganggu. Selain cara-cara di atas, penderita stroke juga dapat mengonsumsi suplemen gizi tambahan yang diformulasikan spesifik untuk perlindungan saraf. Dengan begini, kecukupan nutrisiakan terus terjaga.

[HNS/ RH]

makanan
Penderita Stroke
Stroke