Bagi masyarakat awam, penyakit ataksia atau ataxia mungkin masih terdengar asing di telinga. Penyakit ini memang salah satu penyakit langka sehingga jarang ditemukan.
Penyakit ataksia adalah penyakit yang menyerang fungsi saraf. Gangguan kesehatan ini paling sering disebabkan oleh proses degeneratif atau penuaan. Kenali lebih jauh tentang penyakit ini agar Anda bisa melakuan pencegahan sejak dini.
Kenali gejala ataksia
Gejala penyakit ataksia biasanya akan muncul saat sebagian sistem saraf yang bertugas mengatur gerakan mengalami kerusakan. Pada kondisi tersebut penderita ataksia umumnya akan mengalami kegagalan pengendalian otot, terutama otot tangan dan kaki. Penderita juga kerap terkesan mengalami hilang keseimbangan tubuh dan gaya berjalan yang terlihat tidak normal.
Gejala penyakit ataksia dapat juga terjadi pada penderita yang mengalami gangguan kesehatan lain, seperti stroke, sklerosis multipel, tumor, kerusakan saraf, gangguan metabolik, dan defisiensi vitamin tertentu. Dalam kondisi-kondisi ini, gejala ataksia umumnya dapat diredakan dengan mengatasi kondisi atau penyakit lain yang menjadi penyebab.
Selain itu, istilah ataksia juga kerap digunakan untuk menyebut sekelompok gangguan sistem saraf akibat penuaan, yang terbagi menjadi dua, yaitu ataksia herediter atau keturunan dan ataksia sporadik.
Ataksia herediter merupakan ataksia akibat adanya gangguan pada genetik seseorang. Karena itu, kemungkinan seseorang mengalami gejala ataksia saat berusia lanjut meningkat jika ada riwayat keluarga yang juga mengalami ataksia. Sementara itu, ataksia sporadik adalah ataksia yang dialami sejak usia dewasa tanpa adanya riwayat keluarga atau genetik.
Dampak dan bahaya ataksia
Pada kasus yang parah, ataksia dapat menyebabkan penderitanya mengalami kekakuan yang tidak dapat diobati, gangguan pernapasan, atau tersedak yang dapat menyebabkan kematian. Pada kasus-kasus ataksia dengan kesulitan bernapas yang parah, pasien dapat membutuhkan alternatif jalur pernapasan seperti trakeostomi.
Kondisi lain akibat ataksia adalah tidak mampu beraktivitas atau lumpuh dan hanya bisa berbaring. Kondisi ini menyebabkan timbulnya berbagai komplikasi akibat gerak tubuh yang minim. Seperti risiko jatuh, luka kulit akibat gravitas dan tekanan, infeksi, dan penggumpalan darah.
Selain itu, penanganan pasien dengan ataksia juga dapat dipersulit oleh kondisi penyerta lainnya yang kerap muncul, seperti demensia, gangguan perilaku, dan depresi. Tremor pada tangan dan kaki, kelelahan, rasa nyeri, dan disfungsi seksual juga merupakan beberapa kondisi lain yang dapat diakibatkan oleh ataksia.
Mencurigai gejala ataksia
Yang utama, waspadalah akan kemungkinan terjadinya ataksia jika ada riwayat keluarga yang juga terserang penyakit ini, terutama di usia senjanya. Orang yang didiagnosis dengan ataksia biasanya diawali dengan kesulitan berjalan atau sering kehilangan keseimbangan, serta hilangnya kekuatan tangan dan atau kaki.
Selain tangan dan kaki, ataksia juga dapat menyerang kelompok otot lainnya, seperti jari-jemari, otot mulut dan berbicara, bahkan otot mata. Tak jarang pasien ataksia juga mengalami gejala yang diawali dengan kesulitan berbicara atau bicara yang terdengar seperti menggumam, dan kesulitan makan atau menulis.
Jadi, ketika keluarga Anda punya riwayat penyakit ataksia, pastikan Anda lebih waspada. Terapkan kontrol rutin ke dokter saraf serta menjaga gaya hidup sehat. Namun, saat seseorang sudah terdiagnosis ataksia, diperlukan dukungan penuh dari keluarga melalui pendampingan dan perawatan. Selain terapi, konsultasi dengan konselor atau bergabung dalam support group dapat membantu penderita lebih termotivasi.
[HNS/ RVS]