Salah satu jenis penyakit autoimun kembali terungkap. Namanya Addison’s disease atau penyakit Addison. Mungkin Anda belum cukup familiar dengan penyakit ini. Oleh karenanya, dengan mengenali gejala dan kondisi yang mungkin timbul saat terkena penyakit ini, akan membuat Anda lebih waspada.
Addison’s disease atau penyakit Addison muncul ketika kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan cukup hormon tertentu, yang membuat semua bagian tubuh Anda tetap bekerja.
Penyakit Addison yang juga disebut insufisiensi adrenal primer secara khusus memengaruhi korteks luar dari dua kelenjar adrenal yang terletak tepat di atas ginjal. Selain itu, orang dengan penyakit Addison tidak mampu memproduksi hormon kortisol dan aldosterone yang dibutuhkan oleh tubuh.
Adrenal insufficiency juga dapat terjadi ketika kelenjar pituitari rusak dan tidak melepaskan cukup hormon adrenocorticotropic (ACTH). Hormon ini seharusnya bekerja menginstruksikan kelenjar adrenal untuk melakukan pekerjaan mereka melepaskan kortisol dan aldosteron.
Jika terjadi masalah di kelenjar pituitari, berarti seseorang tidak memiliki ACTH yang cukup. Kondisi ini disebut insufisiensi adrenal sekunder.
Artikel Lainnya: 3 Penyebab Penyakit Autoimun yang harus Diwaspadai
Gejala Penyakit Addison
Kortisol dan aldosteron memiliki tanggung jawab besar dalam tubuh. Keduanya terlibat dalam segala hal, mulai dari menstabilkan tekanan darah dan metabolisme, hingga membantu pencernaan dan merespons stres. Bagaimana jika kadar kortisol dan aldosteron di dalam tubuh kurang?
Nah, beberapa tanda umum dari penyakit Addison adalah:
- Kelelahan
- Penurunan berat badan
- Nafsu makan hilang
- Sakit perut
- Kadar gula darah rendah
- Tekanan darah rendah (terutama ketika berdiri)
- Mual dan muntah
- Diare
- Nyeri otot
- Nyeri sendi
- Depresi
Meski terdapat daftar panjang hal-hal yang dapat menyebabkan gejala-gejala penyakit Addison, ada juga tanda-tanda yang lebih spesifik bisa didiagnosis sebagai penyakit ini.
"Gula darah rendah, kadar natrium rendah, dan kadar kalium tinggi adalah tanda-tanda nyata," ujar Josefina Farra, MD, asisten profesor bedah di University of Miami Miller School of Medicine. Tanda lain dari penyakit Addison adalah terjadinya kondisi hiperpigmentasi, atau penggelapan kulit.
Artikel Lainnya: Hidup Sehat Meski dengan Penyakit Autoimun
Penyebab dan Diagnosis Penyakit Addison
Mendiagnosis penyakit Addison cenderung sulit, bukan hanya karena banyak gejala yang tidak jelas, tetapi juga karena gejala penyakit ini biasanya datang secara bertahap. Terkadang penyakit Addison bisa dicurigai sebagai penyakit lain karena gejalanya yang sama. Oleh sebab itu, diperlukan tes darah rutin untuk menunjukkan tanda merah kadar kalium tinggi dan natrium rendah.
Diagnosis yang lebih pasti dapat dilakukan melalui serangkaian tes laboratorium. Misalnya saja pada tes stimulasi ACTH, dokter akan merangsang produksi hormon kortisol. Jika perubahan tidak terjadi, mungkin ada yang salah dengan kelenjar adrenalin Anda.
Pada kondisi normal, kadar kortisol biasanya tinggi pada pagi hari. Jadi, ketika kadar kortisol rendah, maka harus dicurigai adanya penyakit Addison. Hal ini dijelaskan oleh Deborah Merke, MD, kepala layanan pediatrik di National Institutes of Health Clinical Center di Bethesda, Maryland.
Hampir semua kasus penyakit Addison pada orang dewasa di negara maju berhubungan dengan autoimun atau menyerang sistem kekebalan tubuh sendiri. Di negara berkembang, infeksi seperti tuberkulosis adalah penyebab umum penyakit Addison. Pada anak-anak di seluruh dunia, biasanya penyakit Addison disebabkan oleh faktor genetik.
Artikel Lainnya: 5 Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Perempuan
Perawatan Penyakit Addison
Penyakit Addison cukup mudah diobati dengan memberikan hormon pengganti untuk kortisol dan aldosteron yang hilang. Hormon pengganti didapatkan dengan mengonsumsi obat pil hidrokortison.
“Kortisol biasanya digantikan oleh hidrokortison. Pasien meminum pil hidrokortison dua hingga tiga kali sehari,” ungkap Dr. Merke.
Sedangkan aldosteron diganti dengan fludrocortisone, yakni steroid sintetis. Obat berbentuk pil ini diminum satu per hari. Jika memiliki penyakit Addison, Anda harus bergantung pada obat ini selama sisa hidup Anda.
"Biasanya kelenjar adrenal berfungsi pada saat-saat stres untuk meningkatkan produksi steroid karena tubuh membutuhkannya. Namun, untuk kasus penderita penyakit Addison, obat dapat membantu memproduksi steroid tersebut," sambung Dr. Farra.
Konsumsi obat ini sebenarnya tidak memberikan efek tertentu selama dikonsumsi dengan dosis yang tepat. Namun, pada beberapa kondisi, konsumsi obat tersebut memerlukan penyesuaian, misalnya pada saat akan melahirkan, menjalani operasi, atau bahkan sedang sakit demam, mual dan muntah.
Artikel Lainnya: Benarkah Supermoon Berdampak pada Pasien Autoimun?
Dampak Pengobatan yang Tidak Maksimal
Jika tidak mendapatkan perawatan yang cukup, biasanya penderita akan mengalami kegagalan adrenal akut. Dr. Merke mengatakan, keadaan ini juga disebut krisis adrenal atau Addisonian.
Krisis Addisonian dapat dipicu oleh operasi serta penyakit lain, terutama jika terdapat demam, muntah dan diare. "Hal ini terjadi karena kedua kondisi tersebut adalah saat-saat tubuh Anda biasanya meningkatkan produksi hormon," kata Dr Farra.
Terapi standar untuk krisis Addisonian termasuk pemberian kortikosteroid dan cairan intravena. Kebanyakan orang dengan penyakit Addison mencari pengobatan sebelum mereka mencapai keadaan krisis, sehingga mereka akan mendapat suntikan kortikosteroid sepanjang waktu.
Kini Anda telah mengetahui berbagai hal seputar penyakit Addison atau Addison’s disease yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Meski masih terdengar baru, tidak ada salahnya Anda lebih mawas diri. Jika sudah mengalami tanda-tanda seperti di atas, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
[NP/RVS]