Kasus gizi buruk, atau malnutrisi, masih banyak terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Pada 2017 kemarin misalnya, Papua dilanda malnutrisi sehingga menyebabkan anak-anak dan orang dewasa meninggal dunia. Jika demikian, balita atau lansia, yang lebih rawan mengalami gizi buruk?
Malnutrisi memiliki berbagai tanda dan gejala yang bergantung dari tipenya. Kondisi ini mencakup gizi kurang, kekurangan vitamin atau mineral, kelebihan berat badan, serta penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat.
Malnutrisi berarti adanya defisiensi, kelebihan, atau ketidakseimbangan asupan nutrisi dan pengeluaran energi pada tubuh seseorang. Istilah malnutrisi terdiri atas tiga kelompok besar, yakni:
- Gizi kurang, yang meliputi wasting (berat badan kurang untuk tinggi badan), stunting (tinggi badan kurang untuk usia), dan underweight (berat badan kurang untuk usia).
- Malnutrisi terkait mikronutrien, yang meliputi defisiensi mikronutrien (kurangnya asupan vitamin dan mineral penting) atau kelebihan mikronutrien.
- Berat badan berlebih, obesitas, dan penyakit tidak menular yang timbul akibat pola makan yang kurang baik.
Data mengenai malnutrisi
Menurut data dari WHO pada tahun 2017, terdapat sekitar 1,9 miliar orang dewasa di seluruh dunia yang mengalami berat badan berlebih dan obesitas, sedangkan 462 juta lainnya menderita berat badan kurang.
Pada anak-anak, diperkirakan 52 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami berat badan yang tidak sesuai dengan tinggi badan. Sejumlah 155 juta anak mengalami tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia dan 41 juta anak mengalami berat badan berlebih dan obesitas.
Sekitar 45% dari kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun dikaitkan dengan gizi kurang, dan ini paling sering terjadi di negara berkembang. Pada waktu yang bersamaan, di negara berkembang juga tampak adanya peningkatan angka kejadian berat badan berlebih dan obesitas pada anak-anak.
Malnutrisi, terutama pada populasi anak, menyebabkan berbagai dampak kesehatan, ekonomi, serta sosial. Dampak dari beban global akibat malnutrisi dapat serius dan berkepanjangan, baik bagi individu tersebut maupun anggota keluarga, komunitas, dan negaranya.
Siapa saja yang rentan?
Setiap negara di dunia memiliki satu atau lebih jenis beban malnutrisi yang ditangani. Melawan berbagai jenis dari malnutrisi merupakan salah satu tantangan kesehatan global yang sulit untuk ditanggulangi. Wanita, bayi, anak-anak, dan remaja merupakan kelompok populasi yang lebih rentan mengalami malnutrisi.
Hal ini memperlihatkan bahwa sangat penting untuk mengoptimalkan asupan nutrisi pada awal kehidupan. Terutama pada 1,000 hari pertama kehidupan sejak konsepsi hingga anak mencapai usia 2 tahun.
Lalu, apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah malnutrisi? WHO memiliki target untuk membebaskan beban malnutrisi dari seluruh penjuru dunia. Sesuai dengan strategi nutrisi 2016–2025 yang direncanakan, WHO akan bekerja sama dengan berbagai mitra untuk memastikan adanya akses universal terhadap intervensi nutrisi serta diet sehat dari sistem pangan yang berkelanjutan.
Selain itu, WHO juga akan mengembangkan kebijakan yang memajukan kesehatan melalui nutrisi memadai, menciptakan panduan pemberian nutrisi berbasis bukti dari kerangka ilmiah dan etik yang kuat, serta melakukan evaluasi terhadap hasil program yang telah ditetapkan. Dengan demikian, gizi buruk atau malnutrisi dapat ditangani dengan baik di seluruh penjuru dunia.
Dengan demikian, pertanyaan mengenai siapa yang paling rentan mengalami gizi buruk – balita atau lansia – tampaknya terjawab. Siapa pun harus dicegah dari kondisi malnutrisi. Tujuannya tentu agar terwujud kondisi dunia yang bebas dari malnutrisi, seperti yang telah dicanangkan WHO.
[RS/ RVS]