Setiap orang ingin memiliki bentuk tubuh dan berat badan yang ideal. Berbagai cara rela dilakukan, salah satunya dengan mengonsumsi makanan kalori kosong.
Sebagian orang yang mengonsumsi makanan kalori kosong percaya, jenis makanan ini tidak akan menyebabkan pertambahan berat badan. Anggapan ini muncul, karena makanan tersebut memiliki predikat “kalori kosong” sehingga tidak akan menambah pasokan lemak di tubuh.
Waspada, anggapan tersebut ternyata benar-benar keliru. Bukannya bermanfaat, makanan yang kosong kalori malah dapat merugikan kesehatan Anda.
Mengenal Makanan dengan Kalori Kosong
Faktanya, makanan kalori kosong adalah jenis makanan yang mempunyai nilai gizi sangat sedikit. Meski disebut kalori kosong, jenis makanan ini ternyata tinggi akan kandungan kalori yang tersembunyi.
“Makanan kalori kosong adalah makanan yang sedikit mengandung nilai gizi. Tidak ada protein, vitamin, mineral, dan zat-zat gizi penting lainnya. Makanan kalori kosong justru punya kalori yang tinggi,” kata dr. Devia Irine Putri.
“Beberapa contoh makanan kalori kosong, misalnya mentega, pemanis buatan, makanan kemasan, keju, minuman kemasan, dan masih banyak lainnya,” sambungnya.
Lebih lanjut, dr. Devia juga menegaskan, makanan kalori kosong sebaiknya dihindari. Pasalnya, makanan ini tidak terbukti dapat membantu menurunkan berat badan dan malah bisa memicu berbagai masalah kesehatan, khususnya jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih.
“Prinsip menurunkan berat badan adalah mengatur jumlah kalori yang masuk dan melakukan olahraga. Kalori yang masuk ini harus diperhitungkan dan dilihat jenisnya, tidak bisa sembarangan,” ujar dr. Devia.
“Jika memang sedang menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan bergizi tetap menjadi sebuah keharusan,” lanjutnya.
Artikel Lainnya: Pentingnya Menghitung Jumlah Kalori yang Anda Konsumsi
Bahaya Makanan Kalori Kosong yang Harus Diwaspadai
Bukannya membantu menurunkan berat badan, makanan yang kosong kalori justru bisa membuat Anda mengalami berbagai kondisi merugikan, seperti:
Daya Tahan Tubuh Berkurang
Tubuh memerlukan pasokan gizi yang memadai untuk bisa berfungsi dengan optimal. Apabila kebutuhan gizi tidak terpenuhi, salah satu kondisi yang bisa terjadi adalah penurunan daya tahan (sistem imun).
“Tubuh yang kekurangan gizi penting akan mengalami penurunan daya tahan. Akibatnya, penyakit infeksi lebih mudah menjangkit,” tutur dr. Devia.
Obesitas
Seperti telah disinggung sebelumnya, makanan kalori kosong justru tinggi akan kandungan kalori. Semakin banyak kalori yang masuk ke tubuh, semakin besar pula risiko terjadinya penumpukan lemak.
Lemak yang terus menumpuk di tubuh akan meningkatkan risiko obesitas atau berat badan di atas normal.
Artikel Lainnya: Berapa Jumlah Kalori yang Dibutuhkan Setiap Hari?
Diabetes
Makanan nol kalori dapat menyebabkan obesitas. Jika kondisi tersebut terus terjadi alias tidak terkendali, beberapa organ di tubuh bisa mengalami gangguan.
Jika gangguan terjadi di organ pankreas, maka fungsinya untuk memproduksi insulin bisa terhambat. Akibatnya, gula darah di dalam tubuh akan cenderung tinggi. Ini adalah awal mula terjadinya penyakit diabetes tipe 2.
Penyakit Jantung
Sama halnya dengan diabetes, penyakit jantung juga dapat terjadi akibat obesitas yang mulanya tercipta akibat mengonsumsi makanan kalori kosong.
Penyakit jantung terjadi ketika pembuluh darah arteri mengalami penyempitan akibat adanya pembentukan plak lemak (aterosklerosis).
Stroke
Tidak jauh berbeda dengan diabetes dan penyakit jantung, konsumsi makanan kalori kosong yang pada akhirnya menyebabkan obesitas turut meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Dalam medis, stroke diartikan sebagai kematian jaringan otak yang terjadi akibat kurangnya pasokan darah dan oksigen ke otak.
Alih-alih membantu diet untuk menurunkan berat badan, makanan kalori kosong justru bisa mengundang berbagai dampak merugikan. Jadi, mulailah untuk membatasi atau menghindarinya. Ganti dengan makanan sehat dan bergizi, seperti buah dan sayuran.
Bila Anda ingin tahu lebih lanjut mengenai bahaya di balik makanan yang kosong kalori, silakan tanyakan langsung pada dokter melalui Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.
[ARM]