Tak sedikit orang yang memimpikan badan langsing bak model terkenal. Jadi, tak heran kalau banyak yang berlomba-lomba untuk mencoba berbagai macam diet. Diet ketogenik dan diet ketofastosis adalah beberapa jenis diet yang populer.
Diet ketogenik maupun ketofastosis sebenarnya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki riwayat epilepsi. Namun, diet tersebut kini telah diadopsi untuk program pemangkasan lemak dan penurunan berat badan.
Meski memiliki nama yang mirip, terdapat perbedaan antara diet ketogenik dan ketofastosis.
Apa Itu Diet Ketogenik dan Ketofastosis?
Istilah ‘keto’ diambil dari kata ketosis. Nah, ketosis sendiri adalah kondisi saat hati (liver) manusia memproduksi keton untuk digunakan sebagai energi tubuh, terutama otak. Jika tidak terdapat asupan karbohidrat atau glukosa sebagai sumber makanan, maka proses ketosis akan terjadi.
Diet ketogenik adalah diet dengan pola makan yang mengurangi asupan karbohidrat, tetapi tinggi asupan lemak. Berkurangnya karbohidrat dan tingginya kadar lemak membuat tubuh Anda akan berada dalam metabolisme yang disebut ketosis.
Artikel Lainnya: Ingin Memulai Diet, Perlukah Konsultasi ke Dokter Terlebih Dahulu?
Keadaan ketosis membuat tubuh Anda lebih banyak membakar lemak untuk diubah menjadi energi akibat kurangnya karbohidrat yang masuk. Lemak juga akan diubah menjadi keton di hati untuk pasokan energi otak.
Sementara, diet ketofastosis adalah gabungan antara ketogenik dan fastosis. Selain dengan membatasi asupan karbohidrat dan konsumsi tinggi lemak, keadaan ketosis dalam tubuh juga dapat dipicu dengan puasa.
Diet ini mengharuskan Anda menjalankan pola diet ketogenik dibarengi dengan puasa selama sekitar 6-12 jam.
Dengan menjalani diet ketofastosis, puasa Anda akan lebih mudah karena lemak akan membuat Anda kenyang lebih lama. Selain itu, tubuh juga akan lebih cepat berada dalam metabolisme ketosis.
Apa Efek dari Kedua Metode Diet Ini?
Perbedaan antara diet ketogenik dan diet ketofastosis dapat terlihat dari efeknya pada tubuh. Berikut penjelasannya.
-
Diet Ketogenik
Meski terdengar bermanfaat terhadap penurunan berat badan, terdapat efek samping diet ketogenik yang penting untung Anda ketahui. Dampaknya dapat berupa peningkatan kadar trigliserida dalam tubuh sehingga tubuh menjadi mudah lemas.
Artikel Lainnya: Bolehkah Penderita Diabetes Menjalani Diet Ketogenik?
Karena tubuh tidak memiliki kadar karbohidrat yang cukup untuk bahan bakar, lemak akan digunakan sebagai penggantinya. Jika lemak ini digunakan secara berlebihan, kolesterol atau trigliserida dapat meningkat.
Lalu, jika asupan karbohidrat dibatasi secara sembarangan, efek samping diet ketogenik yang terjadi, antara lain rasa lapar terus-menerus, pusing, lemas, dan mudah mengantuk.
-
Diet Ketofastosis
Sama halnya dengan diet ketogenik, diet ketofastosis juga memiliki dampak negatifnya pada tubuh karena tubuh beradaptasi dengan kebiasaan baru. Efek samping diet ketofastosis yang muncul sering disebut healing crisis.
Ini adalah kondisi ketika Anda mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan, seperti munculnya jerawat, kulit gatal-gatal, kulit kering, ketombe, mual, atau bahkan lemas.
Selain itu, tujuan diet ketofastosis adalah mengatur kembali pola makan. Jadi, seorang pelaku diet ketofastosis butuh komitmen seumur hidup. Dibutuhkan niat dan komitmen yang kuat karena diet ini berdampak penuh pada pola metabolisme tubuh.
Jika tidak dilakukan berkelanjutan (seumur hidup), efek samping diet ketofastosis mungkin saja terjadi.
Artikel Lainnya: Hindari 7 Kesalahan Ini Saat Melakukan Diet Keto
Jadi, Mana yang Lebih Baik?
Kedua metode diet yang sedang naik daun ini sebenarnya sama-sama memiliki manfaat yang baik bagi tubuh, seperti menurunkan berat badan, menyeimbangkan kadar gula darah, dan juga menurunkan risiko penyakit tertentu.
Namun, setelah mengetahui beda antara diet ketogenik dan ketofastosis, sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan akan memilih yang mana.
Pasalnya, tubuh tiap orang berbeda, jadi kebutuhan diet juga pasti akan berbeda pula. Selain itu, menjalani kedua diet ini tidak boleh sembarangan dan sebaiknya dilakukan pada orang yang memiliki riwayat kesehatan normal.
Pelajari juga terlebih dahulu mengenai cara-cara menjalankan dietnya. Karena baik ketogenik maupun ketofastosis, keduanya memiliki metode yang berbeda, mulai dari batasan jumlah asupan hingga waktu puasa. Pilihlah yang cocok dan mudah Anda lakukan agar diet tidak menjadi beban.
Itulah tadi perbedaan diet ketogenik dan ketofastosis yang perlu Anda tahu. Apa pun metode yang dipilih, baik diet ketogenik maupun diet ketofastosis, Anda harus tetap berolahraga secara rutin dan teratur. Sebab, tidak ada cara instan untuk menurunkan berat badan.
Untuk membaca artikel kesehatan tentang diet lainnya, Anda bisa mengunduh aplikasi KlikDokter.
[WA]