Salah satu hal yang bisa dibilang 'Indonesia banget' adalah kebiasaan makan dengan kerupuk. Apalagi kalau menyantap soto didampingi kerupuk uyel, rasanya niscaya jadi lebih nendang. Jika Anda penggemar kerupuk legendaris ini, pasti akan mengangguk-angguk tanda setuju.
Kerupuk uyel dikenal juga sebagai kerupuk putih. Dinamakan “uyel” karena bentuknya yang keriting menyerupai mi. Anda dapat menemui kerupuk ini di mana-mana: mulai dari warteg, pedagang kaki lima, hingga restoran. Biasanya makanan ringan ini dijual dalam kaleng seng berwarna biru, dengan kaca di bagian depan. Sangat khas.
Dilansir Panganpedia, komposisi bahan kerupuk uyel terdiri atas tepung terigu, tepung tapioka, air, dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, gula, garam, dan penyedap rasa. Kerupuk ini bisa mengembang saat digoreng karena terjadi gelatinisasi pati, atau keadaan membengkaknya granula pati saat dipanaskan.
Bila dilihat dari nilai gizi, kerupuk uyel ini sangat tinggi akan karbohidrat dan lemak yang didapat dari hasil penggorengan. Lalu, apa saja dampak kesehatan yang dapat timbul jika mengonsumsi makanan ini?
Artikel Lainnya: Fakta Sehat Kerupuk, si Renyah Peningkat Selera Makan
Efek kesehatan dari makan kerupuk uyel
Kerupuk uyel termasuk dalam makanan olahan. Artinya, makanan ini telah diubah bentuk dan rasanya dari bahan asli. Memang tak semua makanan olahan tidak sehat, tetapi beberapa sebaiknya dihindari karena mengandung kadar garam, gula, dan lemak tinggi. Ya, seperti kerupuk favorit Anda ini.
Pada kerupuk uyel, sesudah adonan bahan-bahannya dimasak, maka akan dimasukkan ke dalam mesin pencetak adonan. Usai proses percetakan, kerupuk kembali direbus. Setelah itu, kerupuk akan dijemur agar cepat kering sebelum digoreng dan dikemas dalam tempat kerupuk.
Belum lagi takaran dari komposisinya yang tidak jelas. Lebih jauh, kerupuk ini akan dibungkus di plastik, dibenamkan di kaleng, dan benda-benda lainnya saat didistribusikan sehingga sulit untuk menebak apa saja yang terkandung di dalamnya.
Proses penggorengan pada kerupuk uyel menjadikannya tidak termasuk dalam makanan olahan yang sehat. Sudah umum diketahui bahwa makanan yang digoreng cenderung tinggi kalori dan lemak trans. Jika dikonsumsi berlebihan, maka akan menimbulkan berbagai efek negatif terhadap kesehatan.
Dikutip dari Healthline, beberapa studi pada orang dewasa telah menemukan sebuah hubungan antara mengonsumsi makanan bergoreng dan risiko penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.
Selain itu, karena tergolong makanan ringan, kerupuk uyel tidak dapat digolongkan
Memilih kerupuk yang bergizi
Dikutip dari Liputan6, Prof. Dr. Hardinsyah, MS, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, mengatakan bahwa kerupuk bisa bergizi, tergantung dari jenisnya.
“Jika kerupuk mengandung campuran udang atau ikan-ikanan, maka akan mengandung protein yang menambah nilai gizi makanan tersebut. Tapi, kalau kerupuk putih sebenarnya untuk menggugah selera karena bunyinya yang kriuk,” jelasnya.
Bila Anda memang ragu akan kualitas kerupuk di pasaran, atau memiliki waktu lebih, Anda dapat menggoreng kerupuk sendiri di rumah dengan minyak yang lebih sehat. Salah satunya minyak jagung.
Minyak jagung tinggi akan vitamin E dan dapat memenuhi 15% kebutuhan harian vitamin E hanya dengan mengonsumsi satu sdm saja. Vitamin E ini merupakan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh.
Di samping itu, minyak jagung memiliki titik didih yang lebih tinggi sehingga cocok digunakan untuk menggoreng. Berbeda dengan minyak zaitun, yang dapat teroksidasi dan justru berbahaya untuk kesehatan jika dipakai untuk menggoreng.
Lalu, apakah Anda tidak boleh mengonsumsi kerupuk uyel lagi? Tentu saja boleh, asalkan tidak berlebihan. Namun, tetap lebih baik untuk membuat atau menggoreng kerupuk sendiri agar kualitasnya lebih terjaga.
[RVS]