Mi instan menduduki peringkat kedua setelah roti sebagai makanan yang dikonsumsi orang di seluruh dunia. Hal itu tak mengherankan, karena mi instan bisa dikonsumsi oleh semua golongan usia, termasuk anak.
Faktanya, sebuah studi yang dimuat di British Medical Journal pada tahun 2015 menyebutkan bahwa mi instan adalah salah satu makanan siap saji yang menjadi favorit anak usia 5–10 tahun. Hal ini diduga karena orang tua mereka membiarkan anaknya mengonsumsi mi instan, tanpa mengetahui dampak buruk yang bisa terjadi di kemudian hari.
Nah, jika Anda adalah orang tua yang masih membiarkan anak mengonsumsi mi instan setiap hari, sebaiknya segera hentikan kebiasaan ini. Sebab, berbagai penelitian di dunia kesehatan menyebutkan bahwa anak yang mengonsumsi mi instan secara terus-menerus atau terlalu sering dapat mengalami dampak buruk berikut ini:
1. Kebutuhan gizi tidak tercukupi
Sebuah studi yang dimuat di Nutrition Research and Practice tahun 2011 menyebutkan bahwa orang dewasa dan anak yang sering mengonsumsi mi instan cenderung lebih banyak mendapatkan nutrisi seperti lemak dan garam. Sebaliknya, mereka justru kekurangan asupan protein, kalsium, zat besi, vitamin A, dan vitamin C, yang lebih penting untuk menunjang fungsi tubuh.
2. Obesitas atau berat badan berlebih
Nutrition Research and Practice tahun 2013 menyebutkan, jenis makanan yang dikonsumsi pada masa anak-anak sangat mungkin untuk terus dikonsumsi hingga dewasa.
Bukannya baik, hal itu justru dapat berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Pasalnya, mi instan masih dikategorikan sebagai jenis makanan yang mengandung tinggi kalori dan rendah variasi nutrisi. Itu berarti, konsumsi mi instan terlalu sering atau secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas.
3. Risiko kanker
Sebuah studi yang dimuat di Jurnal Environmental Science and Pollution Research International menyebutkan, beberapa merk mi instan yang beredar di Nigeria memiliki kandungan logam berat. Jika mi instan yang seperti ini dikonsumsi secara berkelanjutan, risiko terjadinya penyakit kanker bisa semakin tinggi.
4. Luka bakar
Sebuah studi yang dimuat di jurnal Burns pada tahun 2013 menyatakan bahwa proses pembuatan mi instan menggunakan air panas di dalam mangkok berisiko tinggi menyebabkan terjadinya kulit terbakar akibat air panas yang tumpah.
Parahnya, penanganan dari kasus tersebut umumnya tidak berlangsung baik sehingga luka bakar yang terjadi menjadi lebih parah daripada sebelumnya.
Mengetahui adanya dampak buruk seperti di atas, para orang tua sebaiknya segera mengambil tindakan dengan membatasi konsumsi mi instan pada anak. Sebagai upaya tambahan, orang tua juga dapat memberikan pengetahuan lebih mendalam mengenai mi instan dan dampak buruk yang dapat ditimbulkannya, jika dikonsumsi secara berlebihan.
Tak ada kata terlambat untuk membatasi keinginan anak mengonsumsi mi instan. Lakukanlah yang terbaik agar si Kecil tidak mengalami gangguan tumbuh kembang atau masalah kesehatan lain di kemudian hari. Salam sehat!
[NB/ RVS]