Pemanis merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam makanan maupun minuman yang kita konsumsi untuk memperkuat rasa manis. Saat ini pemanis dianggap sesuatu yang berbahaya jika dikonsumsi terlalu banyak, terlebih bagi penderita kencing manis atau diabetes.
Secara umum, pemanis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pemanis yang memiliki kandungan nutrisi (nutritive sweetener) dan tidak mengandung nutrisi (non-nutritive sweetener).
Pemanis Bernutrisi
Selain dapat meningkatkan atau memperkuat rasa manis pada makanan dan minuman, pemanis bernutrisi juga mengandung karbohidrat di dalamnya. Jenis pemanis ini sering disebut dengan "gula" atau "gula tambahan".
Nutritive sweetener dapat ditemukan dalam bentuk gula alkohol maupun pemanis alami. Pada label kemasan makanan maupun minuman, pemanis bernutrisi biasanya tertulis sebagai glukosa, fruktosa, sukrosa (gula pasir, gula aren, gula jawa), maltosa, madu, atau corn syrup.
Artikel lainnya: 5 Alternatif Pemanis sebagai Pengganti Gula
Pemanis bernutrisi yang berasal dari gula alkohol dapat diproduksi secara alami maupun buatan. Meski mengandung karbohidrat dan kalori, kadarnya jauh lebih rendah daripada gula pasir sehingga kurang berefek pada kadar gula darah.
Selain itu, tubuh tidak dapat menyerapnya secara penuh. Oleh karena itu, jenis pemanis ini aman digunakan untuk penderita diabetes dan tidak menyebabkan gigi berlubang.
Contoh dari pemanis bernutrisi yang sering digunakan, misalnya erythritol, isomaltosa, maltitol, mannitol, xylitol, dan sorbitol.
Pemanis Tidak Bernutrisi
Kelompok pemanis tidak bernutrisi disebut juga dengan pemanis rendah kalori atau pemanis buatan. Karena rendah kalori, jenis pemanis ini dapat digunakan sebagai pengganti gula.
Pemanis rendah kalori biasa ditemukan dalam makanan dan minuman diet atau "bebas gula" atau "sugar-free", jus buah, agar-agar, yoghurt, dan permen karet.
Artikel lainnya: Pemanis Stevia dan Truvia, Apa Bedanya?
Contoh dari pemanis tidak bernutrisi adalah sakarin, aspartam, kalium asesulfam (acesulfame K), sukralosa, siklamat dan stevia.
-
Sakarin
Jenis pemanis ini dapat digunakan pada makanan panas maupun dingin. Sebaiknya, sakarin dihindari ketika sedang hamil.
-
Aspartam
Pemanis ini juga dapat digunakan pada makanan panas maupun dingin, namun pada suhu yang tinggi rasa manis yang ditimbulkan dapat berkurang. Orang yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti fenilketonuria, tidak disarankan menggunakan pemanis jenis ini.
-
Kalium Asesulfam
Pemanis buatan ini dapat digunakan pada makanan panas maupun dingin, termasuk untuk memasak maupun membuat kue.
-
Sukralosa
Pemanis ini dapat digunakan pada makanan panas maupun dingin, untuk memasak maupun membuat kue. Sukralosa juga sering ditemukan pada makanan olahan.
Artikel lainnya: Awas, Ini Bahaya Pemanis Buatan bagi Kesehatan
Stevia merupakan pemanis baru yang sedang populer. Stevia berasal dari ekstrak daun stevia dan merupakan satu-satunya pemanis alami yang tidak berkalori.
Selain untuk menambah rasa manis pada minuman dan makanan, stevia juga bisa dipakai untuk memasak dan membuat kue. Rasanya 200-300 kali lebih manis daripada gula pasir, dan merupakan satu-satunya pemanis rendah kalori yang memiliki manfaat langsung dalam menurunkan kadar gula dan tekanan darah.
Di pasaran sering ditemukan pemanis rendah kalori yang dikombinasikan dengan pemanis berkalori agar tidak menimbulkan aftertaste yang kurang enak di lidah. Jika Anda sedang berusaha diet atau memiliki diabetes, pemanis kombinasi seperti ini sebaiknya dihindari.
Aneka pemanis, baik yang alami maupun buatan, telah melalui berbagai tahap pengujian dan pengkajian ulang sebelum dipasarkan sehingga aman untuk dikonsumsi. Efek sampingnya juga jarang ditemukan, selama dikonsumsi dalam jumlah wajar.
Bagi Anda yang punya pertanyaan seputar pemanis buatan, Anda dapat bertanya langsung kepada dokter kami. Gunakan layanan Live Chat dengan mengunduh aplikasi KlikDokter.
[NWS/ RS]