Bagi sebagian orang, kopi merupakan ‘syarat’ untuk memulai aktivitas. Tanpa asupan kafein, banyak orang yang merasa kurang produktif. Bicara soal kafein, masing-masing proses pembuatan kopi ternyata menghasilkan kandungan kafein yang berbeda-beda.
Mengapa penting untuk memahami kandungan kafein dalam kopi? Sebab, jika kopi dikonsumsi berlebihan, Anda dapat merasakan gelisah, cemas, insomnia, denyut nadi lebih cepat, hingga tangan gemetar.
Batas asupan kafein yang aman pada orang dewasa sehat adalah 200-300 mg/ hari atau setara 2-4 cangkir kopi.
Food and Drug Administration (FDA) memperkirakan bahwa secangkir kopi mengandung 80-100 mg kafein. Meski demikian, seperti dilansir dari Medical News Today, kandungan kafein bergantung pada beberapa faktor –seperti metode pembuatan hingga merek-merek tertentu.
-
Kopi seduh (brewed coffee)
Kopi yang diseduh, atau kerap disebut kopi saring, melibatkan pembuatan kopi bubuk dalam air panas.
Campuran ini biasanya memanfaatkan air mendidih dan filter kertas atau metal untuk memisahkan bubuk atau ampas dari kopi yang diseduh. Nah, dalam secangkir kopi seduh (237 ml) ini biasanya mengandung sekitar 95 mg kafein.
-
Kopi seduh decaf (decaffeinated brewed)
Menurut dr. Fiona Amelia, MPH dari KlikDokter, salah satu efek samping konsumsi kopi adalah naiknya asam lambung ke kerongkongan. Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar di dada dan nyeri setelah minum kopi.
“Bagi penggemar kopi yang kerap mengalami keadaan ini, kopi decaf dapat menjadi solusinya,” kata dr. Fiona.
Kopi decaf adalah kopi yang kadar kafeinnya telah dihilangkan dengan air, pelarut organik, atau karbon dioksida.
“Biji kopi mentah dicuci dengan pelarut hingga pori-porinya terbuka dan kafein terekstraksi ke dalamnya. Kemudian, pelarut dihilangkan. Alhasil, kandungan kafein dalam biji kopi pun berkurang sebelum dipanggang dan digiling,” kata dr. Fiona.
Sementara itu, dr. Sara Elise Wijono, M.Res dari KlikDokter mengatakan, dalam secangkir kopi seduh decaf (237 ml), terkandung 2-12 mg kafein saja. Sangat jauh berbeda dari kopi seduh biasa, bukan?
-
Kopi seduh dingin (cold brew coffee)
Ini bukanlah kopi seduh yang disajikan dengan air dingin atau es batu. Untuk membuat cold brew coffee, Anda perlu merendam bubuk kopi dalam air bersuhu ruang dengan durasi 8-24 jam.
Sebuah penelitian pada 2017 melaporkan, 354 ml kopi cold brew mengandung 153-238 mg kafein. Cukup tinggi, kan?
-
Kopi instan
Kopi instan biasanya mengandung lebih sedikit kafein dari pada brewed coffee. Menurut, dr. Sara, dalam secangkir kopi instan, biasanya mengandung 27-173 mg kafein.
Jika kopi instan tersebut termasuk jenis decaf, maka kandungan kafeinnya bisa lebih kecil lagi, yaitu 2-12 mg.
-
Espresso
Lalu, bagaimana dengan si hitam pekat nan pahit, espresso? Espresso sendiri adalah kopi yang dibuat dengan cara memberi tekanan pada bubuk kopi yang sangat halus dengan air panas atau uap yang sangat panas.
Ukuran penyajian espresso umumnya jauh lebih kecil dari pada kopi seduh karena kandungan kafeinnya yang tinggi. Satu cangkir espresso hanya berisi 30 ml kopi. Menurut dr. Sara, kandungan kafeinnya bisa mencapai 75 mg. Jika itu adalah espresso decaf, kandungan kafeinnya sekitar 0-15 mg.
-
Kopi yang dicampur susu atau cokelat
Secangkir kopi jenis latte atau mocha (237 ml) mengandung 63-175 mg kafein. Jika Anda membutuhkan tingkat fokus yang tinggi dan benar-benar ingin ‘melek’, kopi susu atau kopi dengan campuran cokelat bukanlah pilihan tepat.
Pilihan biji kopi juga memengaruhi
Sebenarnya, bukan cuma jenis penyajian kopi, pemilihan biji kopi juga turut memengaruhi. Seperti Anda tahu, ada dua biji kopi yang paling populer di dunia, yaitu Arabika dan Robusta.
Menurut studi pada 2016, biji kopi Robusta biasanya mengandung kafein dua kali lebih banyak dibandingkan Arabika. Para peneliti menemukan, biji Arabika mengandung 34,1-38,5 gr kafein per kilogram kopi kering. Ada pun, biji Robusta mengandung 68,6-81,6 g kafein per kg kopi kering.
Bagi Anda para pencinta kopi, tak ada salahnya mengetahui kandungan kafein pada masing-masing jenis kopi. di atas tentu sangat penting. Jangan sampai melampaui batas harian yang dapat ditoleransi tubuh.
[HNS/ RH]