Selama hamil, banyak pasangan “puasa” berhubungan seksual karena beberapa alasan. Salah satunya yaitu, khawatir terhadap orgasme yang dianggap dapat menyebabkan persalinan prematur. Namun benarkah hal itu, atau sebatas mitos belaka? Sebagai informasi, orgasme adalah istilah untuk menggambarkan puncak dari kenikmatan seksual. Hal ini dapat dialami oleh pria dan wanita.
Saat mengalami orgasme, terdapat beberapa perubahan pada tubuh, seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah, juga munculnya keringat. Pada wanita, orgasme dapat menyebabkan kontraksi dan relaksasi yang ritmis dari otot di rahim dan vagina.
Menurut American Pregnancy Association, persalinan prematur adalah persalinan yang mulai terjadi saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Hal ini dapat terjadi pada 12 persen kehamilan.
Beberapa faktor risiko terjadinya persalinan prematur adalah kehamilan multiple (seperti pada kehamilan kembar), riwayat persalinan prematur sebelumnya, serta kelainan pada rahim dan serviks.
Di masa lalu, orgasme diperkirakan menyebabkan persalinan prematur karena menyebabkan kontraksi rahim. Selain itu, berhubungan seksual juga menyebabkan pematangan serviks, sehingga umumnya disarankan untuk berhubungan menjelang masa persalinan.
Saat ini para ahli berpendapat kontraksi rahim yang disebabkan orgasme adalah normal. Orgasme pun tidak menyebabkan persalinan prematur pada wanita hamil yang sehat. Keluhan perut kram setelah orgasme pun dianggap normal, karena merupakan bagian dari kontraksi rahim, dan bisa berlangsung selama 30 menit hingga satu jam setelah orgasme.
Meski demikian, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai. Tanda-tanda ini antara lain kontraksi yang menyebabkan nyeri hebat, kontraksi rahim yang bertahan lebih dari satu jam, dan perdarahan vagina yang tidak biasa atau banyak.
Jika Anda mengalami tanda tersebut setelah orgasme, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.Kesimpulannya, selama kondisi kehamilan sehat dan tidak ada faktor risiko persalinan prematur, Anda dan pasangan dapat melakukan hubungan seksual hingga mencapai orgasme. Untuk memastikan adanya faktor risiko pada kehamilan, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter.
[BA/ RVS]