Secara medis, operasi ganti kelamin atau rekonstruksi genital bukan hal baru. Ada banyak alasan operasi ganti kelamin dilakukan atau mengapa seseorang memutuskan untuk melakukannya. Apa pun alasannya, ada beberapa hal yang perlu Anda tahu tentang prosedur yang kerap dijalani untuk menjadi transgender ini.
Transgender sendiri adalah sekumpulan orang yang telah mengubah identitas gendernya, misalnya dari pria menjadi wanita ataupun sebaliknya. Untuk mencapai perubahan ini, para transgender melalukan berbagai terapi seperti terapi hormonal, non hormonal, psikologi, dan operasi ganti kelamin.
Operasi ganti kelamin ditujukan untuk mengubah organ genitalia dari satu gender ke gender lain. Di Indonesia ini, prosedur ini dilakukan pertama kalinya pada Benny Runtuwene tahun 1975 (waktu itu ia berusia 23 tahun, yang lalu berganti nama menjadi Netty Herawaty) di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Meski demikian, pria Indonesia yang sebetulnya menjalani prosedur rekonstruksi genitalia pertama kali adalah Iwan Rubianto pada tahun 1972, tetapi operasi dilakukan di Singapura.
Hal-hal Seputar Operasi Kelamin yang Sering Dilakukan Transgender
Berikut ini adalah hal-hal yang menarik untuk diketahui seputar operasi ganti kelamin.
-
Dipicu oleh Disforia Gender
Dikatakan oleh dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter, keraguan atas identitas gender dikenal sebagai disforia gender.
“Misalnya, seorang pria yang terlahir dengan penis tetapi berperilaku layaknya wanita menganggap dirinya terperangkap dalam tubuh yang salah. Inilah yang kerap menjadi pemicu seorang pria akhirnya melakukan operasi kelamin,” jelas dr. Theresia.
-
Vaginoplasty sama dengan Operasi Ubah Kelamin
Vaginopasty adalah tindakan untuk merekonstruksi vagina. Rekonstruksi ini dapat dilakukan secara sebagian atau total, tergantung tujuan masing-masing.
“Biasanya vaginoplasty dilakukan dengan alasan memperbaiki bentuk vagina. Sedangkan SRS (sex reassignment surgery) merupakan jenis operasi vaginoplasty yang biasa dilakukan oleh male-to-female (MTF),” ujar dr. Theresia.
-
Tindakan yang Dilakukan Dalam Operasi Perubahan Kelamin Wanita ke Pria
Dilansir dari Medical News Today, operasi ganti kelamin dari wanita menjadi pria dilakukan dengan cara mengambil atau melakukan pengangkatan payudara atau mastektomi, serta mengubah daerah genital yang dikenal sebagai operasi “bawah”. Adapun yang termasuk ke dalam bagian operasi “bawah” yaitu:
- Pengangkatan rahim atau histerektomi
- Pengangkatan vagina atau vaginektomi
- Mengonstruksi penis melalui metoidioplasty atau phallosplasty
Sebelum menjalani operasi, pasien akan menerima terapi hormon testosteron terlebih dulu. Dari KlikDokter, dr. Astrid Wulan Kusumoastuti mengatakan, terapi hormon testosteron juga diberikan kepada penderita sindrom Klinefelter (penyakit kelainan genetik yang gejala utamanya adalah kemandulan dan ukuran testis yang kecil).
Setelah mendapatkan terapi hormon, langkah selanjutnya adalah:
- Rekonstruksi Dada
Jaringan payudara akan diangkat. Dokter bedah akan membuat perubahan pada bagian dada dan mengubah posisi puting. Nah, terapi hormon testosteron akan merangsang pertumbuhan bulu dada.
- Pengangkatan Rahim, Indung Telur, dan Saluran Tuba
Terapi hormon sebenarnya bisa menghentikan menstruasi, tetapi beberapa orang tetap ingin menghilangkan ketiga aspek tersebut secara total.
Pada histerektomi parsial, ahli bedah hanya akan mengangkat rahim. Sedangkan pada histerektomi total, tim dokter juga akan mengangkat leher rahim. Bilateral salpingo-oophorectomy (BSO) juga dilakukan untuk mengangkat saluran tuba indung telur kanan maupun kiri.
- Membuat Penis
Prosedur selanjutnya adalah konstruksi penis. Terapi hormon yang sudah dilakukan sebelumnya akan memperbesar ukuran klitoris. Hal itulah yang selanjutnya membantu dokter untuk mengubah klitoris menjadi penis.
Selama prosedur ini, vagina juga akan diangkat. Tim dokter bedah akan memperpanjang uretra (saluran kemih). Untuk memanjangkan saluran tersebut, dokter akan menggunakan jaringan di pipi, labia minor (bibir kelamin dalam), dan bagian lainnya dari vagina. Golnya adalah agar para trans pria dapat buang air kecil seperti layaknya pria, yaitu berdiri.
Untuk meningkatkan ketebalan penis, diperlukan prosedur centurion, yaitu mereposisi ligamen bulat di bawah klitoris. Proses konstruksi penis memakan waktu 2-5 jam, sedangkan prosedur centurion sendiri memakan waktu 2,5 jam.
Penis yang dikonstruksi ini tentu saja bisa ereksi. Namun, sering kali ukurannya terlalu kecil untuk melakukan penetrasi seks.
- Membuas Testis
Proses ini disebut dengan scrotoplasty. Ahli bedah akan membuat kantong dari labia dan diisi dengan implan silikon.
-
Proses Pemulihan Pascaoperasi Kelamin
Pasien harus beristirahat di rumah sakit selama beberapa hari pascaoperasi. Cepat atau lambatnya proses pemulihan bergantung dari gaya hidup yang sebelumnya dijalani.
Misalnya jika pasien adalah seorang perokok, maka pemulihan akan berlangsung lebih lama. Risiko komplikasi operasi pun akan lebih tinggi.
Setelah diizinkan pulang oleh dokter, pasien tetap perlu berisitirahat dan hanya boleh melakukan aktivitas ringan selama 6 minggu atau lebih. Jika perlu, penggunaan kateter (pipa karet yang dimasukkan ke dalam saluran kencing) bisa dilakukan selama 3-4 minggu
-
Bisakah Mengalami Orgasme?
Banyak yang menganggap ketika penis “dipangkas”, maka setelah operasi individu trans wanita tidak akan bisa mencapai orgasme. Faktanya, menurut pengalaman seorang trans wanita yang menjalani operasi ganti kelamin, ia masih mampu memperoleh orgasme saat berhubungan intim.
“Mereka bahkan juga mengaku tetap dapat menikmati kepuasan seksual, baik melalui vagina ataupun melalui dubur. Klitoris dan labia pada vagina hasil operasi memiliki tingkat sensitivitas, sehingga dapat menciptakan orgasme,” kata dr. Theresia menambahkan.
-
Kemandulan Setelah Operasi
Seorang transgender pria ke wanita tak lagi dapat memproduksi sperma akibat dibuangnya testis saat operasi. Begitu pula wanita yang mengubah kelaminnya menjadi penis, karena umumnya rahim dan organ reproduksi lainnya juga diangkat. Demikian diungkapkan oleh dr. Theresia.
-
Risiko Kanker
Akibat diberikannya terapi hormon untuk menunjang perubahan fisik, misalnya estrogen untuk memperbesar payudara dan membentuk lekuk tubuh khas wanita. Namun jika hormon tersebut distimulasi, justru bisa memicu kanker.
-
Memicu Gangguan Mental
Mengganti kelamin sesuai yang diinginkan hanyalah satu hal, tetapi tak lantas menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh transgender. Pasalnya, salah satunya di Indonesia, mereka harus dihadapkan dengan banyak orang yang belum bisa menerima perbedaan tersebut.
Apabila kondisi tersebut tidak diantisipasi, maka bisa berujung pada munculnya masalah kejiwaan hingga percobaan bunuh diri.
Itulah beberapa hal yang perlu Anda tahu tentang operasi ganti kelamin yang kerap dijalani oleh para transgender. Sebelum memutuskan untuk melakukannya, pasien harus benar-benar berpikir matang akan konsekuensi dan potensi risikonya. Konsultasi dengan tim dokter, tak hanya dokter bedah tetapi juga dukungan secara psikis oleh profesional juga mungkin diperlukan.
(RN)