Terdapat kasus pelecehan seksual yang menimpa seorang selebgram saat ia menggunakan fasilitas toilet di salah satu gerai kopi.
Dilansir dari berbagai sumber, pegawai gerai kopi tersebut belum meminta maaf dan justru menertawakan korban.
Karena merasa malu diperlakukan seperti itu, korban pun menangis dan membuat pengakuan di media sosial.
Contoh kasus ini memperlihatkan bahwa pelaku pelecehan seksual seakan-akan tidak menyadari perbuatannya.
Lantas, apa yang membuatnya seperti itu?
Penyebab Pelaku Pelecehan Seksual Sangkal Perbuatannya
Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog berpendapat, mereka yang tidak sadar sudah melakukan pelecehan seksual pada dasarnya belum mendapatkan edukasi tentang hal itu.
Mereka tidak memiliki informasi atau patokan yang baik bahwa apa yang dilakukannya itu tergolong pelecehan seksual.
Biasanya, orang-orang ini hidup di lingkungan yang meremehkan kondisi mental dan fisik seseorang.
Karena terlalu sering melihat hal-hal buruk di dekatnya, ia menjadi tidak bisa membedakan mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan.
Ketika apa yang dilakukannya ternyata dinilai orang lain sebagai pelecehan, otomatis ia akan menyangkal.
Artikel Lainnya: Bentuk Pelecehan Seksual yang Perlu Anda Ketahui
Menyangkal sebenarnya bentuk pertahanan alami manusia ketika disalahkan atau mendapatkan tudingan miring.
Namun, bila ia sudah mendapatkan edukasi yang baik tentang bentuk pelecehan seksual, penyangkalan tak berlangsung lama. Pelaku bahkan akan menyesali perbuatannya karena telah merugikan orang lain.
Menyangkal tak mesti ditunjukkan dengan sikap penolakan kasar. Dengan menilai bahwa reaksi korban berlebihan sekaligus menertawakannya, hal ini juga termasuk bentuk penyangkalan dari kesalahan.
Selain karena tidak mendapatkan edukasi tentang pelecehan seksual, Psikolog Ikhsan juga menyinggung kemampuan berpikir abstrak dari pelaku.
“Pelaku pelecehan yang tidak sadar akan perbuatannya biasanya memiliki kemampuan berpikir abstrak yang belum berkembang baik. Alhasil, pemahaman pelaku terkait moral cenderung tidak baik juga,” jelas Ikhsan.
“Saat melakukan hal buruk, dalam hal ini pelecehan seksual, [ia] tidak mempertimbangkan dampak ke depannya,” tambahnya.
Artikel Lainnya: Cara Tepat Lindungi Anak dari Pelecehan Seksual
Perlukah Ekspos Pelaku di Media Sosial agar Ia Sadar?
Bila hanya 1 atau 2 orang saja yang menyatakan bahwa si X adalah pelaku pelecehan seksual, mungkin ia tidak akan sadar. Karena itulah, korban cenderung mencari dukungan lewat media sosial.
Pasalnya, apa yang diunggah di media sosial biasanya lebih menyita perhatian. Korban pun bisa mendapat dukungan lebih banyak, misalnya dengan petisi.
Menurut Ikhsan, tindakan menceritakan pengalaman pelecehan ke media sosial sah-sah saja dilakukan. Sebab, cara ini termasuk bentuk perlawanan atas tindakan tidak menyenangkan yang dialami korban.
Jika penyangkalan dan tawa merupakan bentuk perlawanan dari pelaku, maka membiarkan semua orang mengetahui kasus pelecehan seksual adalah bentuk perlawanan dari korban.
Ikhsan menambahkan, “Dengan membagikan pengalaman, Anda bisa meningkatkan awareness terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Korban lainnya juga akan berani speak up.”
“Bagi yang belum pernah mengalaminya, cara ini bisa meningkatkan kehati-hatian di mana pun mereka berada,” ujarnya.
Artikel Lainnya: 4 Tips Sederhana untuk Hindari Pelecehan Seksual
Bagaimana pun, tindakan pelecehan seksual tidak boleh dibiarkan atau dipendam sendiri.
Ketika orang lain mengetahui tindakan negatif yang Anda terima, Anda bisa lebih cepat pulih dari keterpurukan pascapelecehan.
Tekanan dari banyak pihak pun bisa menyudutkan pelaku untuk mengakui kesalahannya. Meski begitu, korban juga harus siap dengan konsekuensi lain.
Karena, tak sedikit juga komentar warganet yang buruk dan justru mempertanyakan keaslian cerita korban.
Selain media sosial, dukungan mental usai menjadi korban pelecehan seksual bisa didapatkan dari orang terdekat dan tenaga profesional seperti psikolog.
Bila ingin mengetahui lebih banyak seputar informasi dampak pelecehan seksual pada kesehatan mental, download aplikasi Klikdokter. Anda pun bisa langsung konsultasi ke ahli medis terkait lewat fitur LiveChat.
(FR/AYU)