Seks

Zoofilia, Penyimpangan Seksual dengan Binatang

dr. Dyah Novita Anggraini, 27 Feb 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Berhubungan seksual dengan binatang merupakan salah satu penyimpangan seksual. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Zoofilia, Penyimpangan Seksual dengan Binatang

Kasus inses atau hubungan seksual sedarah di Lampung benar-benar bikin geger. Tiga terduga pelaku kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan terancam hukuman 15 tahun penjara. Ada satu fakta lagi yang diungkap oleh pihak kepolisian, bahwa salah satu pelaku diduga pernah berhubungan seksual dengan kambing dan sapi tetangga. Jika itu benar, maka bisa masuk ke dalam penyimpangan seksual zoofilia.  

Zoofilia adalah sebuah bentuk penyimpangan seksual ketika seseorang memiliki hasrat seksual terhadap binatang. Zoofilia terbagi atas tiga kategori, yakni:

  • Zooseksual

Hanya tertarik pada binatang dan tidak tertarik sama sekali dengan manusia.

  • Zoofilic fantasizer

Memiliki fantasi seksual dengan binatang, namun tidak pernah melakukan aktivitas seksual secara nyata dengan binatang.

  • Bestialitas

Melakukan hubungan seksual secara nyata dan langsung kepada binatang.

Jenis binatang yang biasanya dijadikan pilihan para pelaku zoofilia adalah binatang yang penurut dan jinak, seperti anjing, kucing, babi, kambing, kuda, angsa, atau bebek. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Sex & Marital Therapypresents telah menganalisis 958 pelaku zoofilia. Didapati bahwa jenis binatang yang paling disukai mereka adalah anjing, diikuti dengan kuda.

Rata-rata, para pelaku zoofilia berhubungan seksual dengan binatang 2-3 kali per minggu. Beberapa dari mereka hanya tertarik berhubungan seksual dengan binatang, sementara yang lainnya memiliki partner seksual manusia.

Lebih lanjut, 89 persen dari mereka mengatakan bahwa bau “musky” khas binatang adalah faktor kunci yang membuat mereka tertarik berhubungan seksual dengan binatang.

Hingga saat ini, belum ditemukan penyebab pasti dari zoofilia. Diduga ada kaitan dengan trauma atau kekerasan seksual saat kecil, faktor lingkungan, ataupun faktor genetik. Dorongan seksual yang tinggi namun tidak ada media yang tepat untuk menyalurkannya, juga bisa menjadi salah satu alasan.

Terapi untuk zoofilia

Selain melanggar norma sosial di masyarakat, zoofilia juga berdampak buruk pada pelaku dan binatang yang menjadi korban sebagai pasangan seksualnya. Berhubungan seksual dengan binatang dapat menyebabkan luka atau cedera pada tubuh binatang tersebut, bahkan kematian. Sedangkan pada pelaku, dapat menyebabkan tertularnya penyakit infeksi dari binatang seperti rabies, infeksi jamur, dan cacingan.

Seseorang yang mengidap zoofilia harus berkonsultasi dengan psikolog atau psikiatri untuk diterapi lebih lanjut. Penanganan pertama yang dilakukan adalah mengendalikan gairah seksualnya jika melihat binatang tertentu, setelah itu mencari faktor yang melatarbelakangi. Jika belum ditemukan penyebabnya, terapi akan dilanjutkan dengan mencari apakah ada faktor biologis yang mendasarinya.

Bila ada faktor biologis, pasien tersebut perlu terapi hormon untuk mengurangi dorongan seksual. Bagaimana bila semua terapi tidak membantu? Maka diperlukan intervensi obat dari psikiatri, seperti antidepresan dan antiandrogen.

Meski saat ini kasus zoofilia sangat jarang ditemukan, pendidikan seks tetap perlu diberikan di sekolah agar sejak dini anak mengetahui dan mempunyai sikap yang tepat terhadap seks. Mengobati kelainan seksual sangat penting untuk dilakukan. Sebab jika tidak segera ditangani, kelainan seksual dapat membahayakan diri sendiri, bahkan orang-orang di sekeliling. Bila Anda merasa memiliki kecenderungan zoofilia, segera lakukan konsultasi ke psikolog untuk didiagnosis dan diterapi.

[RS/ RVS]

penyimpangan seksual
Hubungan seks
Inses
Hubungan seksual sedarah
Zoofilia