Plasenta menjadi salah satu organ yang berperan penting untuk menjaga bayi agar tetap hidup selama berada dalam kandungan.
Meski organ ini bersifat sementara, tetapi plasenta dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin. Apa itu plasenta dan bagaimana cara menjaga plasenta? Mari simak penjelasan lengkapnya di sini.
Fungsi Plasenta
Cleveland Clinic mengungkapkan bahwa plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan bayi dengan rahim selama kehamilan.
Pembentukan plasenta terjadi segera setelah pembuahan, umumnya 7-10 hari. Lambat laun, plasenta akan terus tumbuh dan menempel pada dinding rahim.
Pada dasarnya, plasenta mengandung sebagian besar pembuluh darah. Nantinya, pembuluh darah ini yang akan menghubungkan plasenta dengan tali pusar bayi.
Baik plasenta dan tali pusar, keduanya memiliki peran penting dalam menjaga bayi agar tetap hidup di dalam kandungan. Berikut fungsi plasenta untuk kehidupan bayi:
- Memberi bayi oksigen dan nutrisi
- Menghilangkan kotoran berbahaya dan karbondioksida dari bayi
- Menghasilkan hormon untuk membantu pertumbuhan bayi
- Mewariskan kekebalan tubuh Mama ke bayi
- Membantu melindungi bayi
Artikel Lainnya: 7 Fakta Menarik tentang Ari-ari Bayi
Ciri-Ciri Plasenta Sehat
Pada dasarnya, plasenta memiliki dua sisi. Pertama, sisi yang menempel pada rahim yang berwarna biru kemerahan. Kedua, sisi yang paling dekat dengan bayi dan berwarna abu-abu.
Ada beberapa cara untuk Mama mengenali ciri plasenta yang sehat seperti berikut:
- Struktur dan Letak Plasenta
Struktur plasenta bermula dari kapiler kecil, dan lambat laun akan berubah menjadi pembuluh darah yang lebih besar.
Sementara itu, letak plasenta yang bagus umumnya berada di bagian atas rahim. Namun, terkadang plasenta juga bisa menempel lebih rendah di dalam rahim atau di dinding depan rahim.
- Ukuran Plasenta
Menurut dr. Adeline Jaclyn, rata-rata ketebalan ukuran plasenta di trimester 1 adalah 16,5 millimeter (mm).
Di sepanjang trimester 2, plasenta akan terus tumbuh bersama rahim. Bahkan tebal plasenta dapat mencapai ukuran 23,78 mm.
Pada kebanyakan wanita, pertumbuhan plasenta akan melambat di trimester 3. Hal ini berkaitan dengan bayi yang telah berkembang dan tumbuh secara maksimal di dalam rahim.
Ketika kehamilan mencapai cukup bulan atau 39 minggu, berat plasenta mencapai sekitar 24 ons atau 680 gram.
Artikel Lainnya: Mengenal Insufisiensi Plasenta Pada Ibu Hamil dengan Diabetes
Masalah Plasenta yang Umum Terjadi
Selama kehamilan, ada sejumlah masalah yang bisa terjadi pada plasenta. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kesehatan plasenta, termasuk usia ibu, tekanan darah tinggi, riwayat operasi, hingga genetik.
1. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan. Hal tersebut dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen dan nutrisi.
Selain itu, solusio plasenta juga dapat membuat Mama mengalami perdarahan hebat dan mungkin membutuhkan persalinan dini.
2. Plasenta Previa
Saat plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks yang menjadi jalan keluar untuk rahim, kondisi ini disebut dengan istilah plasenta previa.
Biasanya, masalah plasenta ini lebih sering terjadi di awal kehamilan dan kemungkinan akan hilang ketika rahim mulai tumbuh.
Plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan vagina yang parah selama kehamilan atau persalinan. Apabila kondisi ini berlanjut sampai akhir trimester ketiga, biasanya dokter akan menyarankan operasi caesar.
3. Plasenta Akreta
Setelah melahirkan, biasanya plasenta akan terlepas dari dinding rahim. Akan tetapi, ada kondisi di mana sebagian atau seluruh plasenta tetap menempel erat di dalam rahim.
Masalah plasenta yang dikenal dengan istilah plasenta akreta ini biasanya disebabkan pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim.
Dalam kasus yang parah, plasenta akan menyerang otot-otot rahim atau tumbuh melalui dinding rahim.
4. Plasenta Tertahan
Jika plasenta tidak ikut keluar 30 menit usai melahirkan, gangguan ini disebut dengan retensi plasenta.
Retensi plasenta disebabkan plasenta terperangkap di belakang serviks yang tertutup sebagian. Mama mesti waspada karena plasenta yang tertinggal bisa memicu infeksi parah atau kehilangan darah yang mengancam jiwa.
Artikel Lainnya: Waspadai Gejala Plasenta Previa dan Faktor Risikonya
Cara Menjaga Plasenta
Umumnya, sebagian besar masalah plasenta tidak dapat dicegah secara langsung. Akan tetapi, Mama bisa mengurangi risikonya dengan menjaga kehamilan agar tetap sehat.
- Rutin Cek Kandungan
Untuk mendeteksi lebih dini masalah pada plasenta, Mama bisa mengunjungi penyedia layanan kesehatan secara rutin untuk memeriksakan kehamilan.
Nantinya, Mama bisa memantau kondisi tubuh dan perkembangan bayi agar tetap aman.
- Hindari Rokok dan Alkohol
Mengingat semua yang dimakan Mama juga akan dirasakan bayi, ada baiknya untuk memperhatikan segala sesuatu yang akan dikonsumsi.
Penting untuk tidak mengonsumsi alkohol selama hamil. Selain itu, hindari merokok dan menggunakan obat-obat terlarang.
- Hindari Aktivitas yang Berat
Selama hamil, sebaiknya Mama tidak melakukan aktivitas yang berat, seperti melakukan seks, olahraga, atau aktivitas lain yang bisa menyebabkan perdarahan.
Artikel Lainnya: Kiat Mudah agar Janin Tetap Sehat
Penting untuk tetap #JagaSehatmu selama hamil. Sebab, hal tersebut akan memengaruhi tumbuh kembang janin di dalam kandungan.
Jika Mama memiliki pertanyaan lain seputar plasenta selama kehamilan, segera tanyakan dengan dokter kandungan. Bisa juga berkonsultasi secara online lewat fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter!
Yuk, unduh aplikasi KlikDokter dan dapatkan informasi lengkap seputar kehamilan hingga persalinan.
(DA/JKT)