Meniere adalah gangguan pendengaran kronis, yang mempengaruhi telinga bagian dalam. Penderita penyakit ini sangat rentan mengalami berbagai keluhan, seperti vertigo, tinnitus, hingga gangguan pendengaran.
Guna mengurangi kemungkinan munculnya gejala-gejala tersebut, penderita meniere dapat mengonsumsi betahistine. Obat ini bekerja dengan membuka pembuluh darah di telinga bagian dalam.
Kendati demikian, betahistine tergolong sebagai obat keras. Oleh karena itu, penggunaannya harus berdasarkan resep dokter.
Selain itu, orang dengan kondisi tertentu juga tidak direkomendasikan menggunakan betahistine, termasuk ibu hamil (bumil). Pasalnya, betahistine untuk ibu hamil konon dapat mempengaruhi kondisi kehamilan dan janin.
Lantas, apakah medis setuju dengan anggapan tersebut? Cari tahu faktanya di bawah ini!
Artikel Lainnya: Bolehkah Ibu Hamil Minum Obat Ciprofloxacin?
Obat Betahistine untuk Ibu Hamil, Bisa Membahayakan Kesehatan?
Menurut dr. Reza Fahlevi, Sp. A, terdapat beberapa aspek yang menyebabkan betahistine tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.
Aspek tersebut, seperti minimnya jumlah riset soal keamanan betahistine, serta dugaan efek samping yang ditimbulkannya.
“Ketika sebuah obat tidak direkomendasikan untuk ibu hamil, biasanya karena belum ada penelitian yang cukup untuk membuktikan keamanannya,” ucap dr. Reza.
Benar saja. Berdasarkan Medicines.org.uk, hingga saat ini belum ada studi yang memadai soal keamanan dan efek samping obat betahistine untuk ibu hamil.
Beberapa riset terbatas hanya dilakukan pada hewan. Karenanya, potensi risiko yang ditimbulkan betahistine pada manusia masih belum diketahui dengan pasti.
Sebagai langkah antisipasi, penggunaan betahistine selama kehamilan sebaiknya dihindari.
Hal ini guna mencegah efek samping betahistine, baik pada kehamilan, perkembangan embrio/janin, proses persalinan, atau tumbuh kembang anak di masa depan.
Betahistine Sebagai Antihistamin dan Efeknya Pada Bumil
Berdasarkan dr. Reza, betahistine pada dasarnya termasuk golongan antihistamin, obat untuk memblokir zat histamin agar tidak terjadi peradangan pada tubuh.
Zat histamin diproduksi tubuh untuk melawan virus maupun bakteri. Jika seseorang mengalami alergi, misalnya, kinerja zat histamin di dalam tubuh akan terganggu.
Pasalnya, histamin tidak dapat membedakan zat asing berbahaya dan yang tidak. Terganggunya respons histamin dapat membuat tubuh mengalami peradangan. Dalam kondisi inilah peran antihistamin diperlukan.
Artikel Lainnya: Ibu Hamil Sering Mual, Bolehkah Konsumsi Domperidone?
Terkait konsumsi betahistine sebagai antihistamin pada ibu hamil, dr. Reza mengungkapkan bahwa obat ini diduga bisa menimbulkan efek samping pada kehamilan dan tumbuh kembang anak kelak.
“Obat-obatan dengan antihistamin ini bisa menyebabkan efek mengantuk. Karena diduga bisa melewati sawar plasenta, dampaknya pun diyakini bisa sampai ke bayi,” jelas dr. Reza.
“Contohnya, bayi jadi kurang aktif bergerak dan sebagainya,” imbuhnya.
Potensi efek samping yang ditimbulkan betahistine pada kehamilan jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya.
Oleh karena itu, ibu hamil yang ingin menggunakan betahistine maupun obat lain sejenisnya sangat disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter.
Anda bisa melakukan konsultasi langsung kepada dokter dengan memanfaatkan layanan Tanya Dokter atau aplikasi Klikdokter.
(NB/AYU)