Bagi wanita yang gemar olahraga lari, pasti saat hamil ia akan patuh pada pantangan “tidak boleh olahraga kecapekan”. Walaupun kehamilannya dinilai tidak bermasalah, namun pantangan ini pasti akan menyiksa dirinya. Bagaimana tidak, yang tadinya bisa ke sana-sini untuk olahraga lari, sekarang justru disuruh diem alias banyak istirahat!
Namun, dengar-dengar dari beberapa orang, ada yang mengatakan bahwa sebenarnya ibu hamil masih bisa melakukan olahraga kardio tersebut, lho. Benar atau tidaknya informasi tersebut, sebaiknya simak dulu penjelasan dari dr. Valda Garcia dari KlikDokter.
Ibu Hamil Tidak Boleh Olahraga Lari di Trimester Berapapun
Meski manfaat olahraga lari banyak, mulai dari menyehatkan jantung hingga menurunkan berat badan, kenyataannya, olahraga lari tidak menjadi olahraga yang dianjurkan untuk ibu hamil, terutama ibu hamil trimester pertama.
“Pada usia kehamilan 3 bulan pertama, kondisi janin itu masih lemah. Sangat penting bagi ibu untuk menjaga kondisi fisiknya agar tidak terlalu lelah,” kata dr. Valda.
Beberapa nasihat medis memang menganjurkan ibu hamil untuk tetap bergerak aktif. Namun, aktivitas yang dilakukan tidak dengan olahraga lari. Aktivitas lari memberikan guncangan yang cukup kuat kepada janin atau bayi yang dikandung, sekalipun kehamilan ibu sudah masuk trimester ketiga.
Efek lari pada ibu hamil bisa membuat tubuh merasakan berat yang luar biasa di bagian perut, pinggang, dan punggung. Kelelahan yang dialami juga dapat membuat kondisi tubuh bumil melemah, lalu mulai sempoyongan. Kalau sudah sempoyongan, bumil rentan terjatuh!
Ibu hamil tidak boleh sampai terjatuh. Sebab, perut yang mendapat tekanan hebat akan berisiko mengalami keguguran, sementara tulang ekor yang mendapat benturan keras akan berpotensi menimbulkan gangguan saraf, sehingga ibu sulit berjalan dan beraktivitas.
Artikel lainnya: 6 Aktivitas Seru dan Sehat yang Bisa Ibu Hamil Lakukan
Bagaimana Jika Nyeri Perut Muncul setelah Lari?
Beberapa ibu hamil ada yang tetap melakukan olahraga lari karena kurangnya informasi akurat. Di awal-awal sesi, mungkin efek yang dirasakan belum parah, hanya lelah-lelah biasa. Makin lama, ibu hamil pun pasti akan mengalami nyeri pada perutnya.
Kalau sudah begitu, segeralah hentikan aktivitas olahraga tersebut. “Minggirlah di tempat yang sejuk dan aman, lalu duduk selonjoran dan atur napas. Istirahat terlebih dulu sebelum Anda kembali ke rumah,” tutur dr. Valda. Akan lebih baik, jika bumil pulang dengan kendaraan mobil untuk meminimalisir adanya guncangan.
Selama istirahat, cek juga apakah ada flek atau bercak darah? Jika muncul flek darah dan rasa nyeri justru makin parah, lebih baik segera ke rumah sakit terdekat. Jangan segan minta bantuan orang lain untuk membawa ibu hamil ke dokter.
“Saat terjadi kondisi seperti itu, dokter akan melakukan tes kandungan dengan USG untuk menilai keadaan janin. Tindakan selanjutnya, sangat tergantung dari kondisi ibu dan bayinya,” dr. Valda melengkapi.
Demi mencegah kondisi gawat darurat seperti itu, lebih baik sedari awal ibu hamil tidak melakukan olahraga lari. Masih banyak aktivitas lain yang tetap bisa dilakukan bumil dan minim risiko. Untuk tahu apa saja olahraga apa yang dianjurkan dokter untuk ibu hamil, simak penjelasan selanjutnya.
Artikel lainnya: Manfaat Berenang untuk Ibu Hamil
Olahraga untuk Ibu Hamil
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan ibu hamil untuk berolahraga setidaknya 150 menit setiap minggunya dengan intensitas sedang. Anda dapat membaginya menjadi 3-4 kali setiap minggu, dengan masing-masing sesi berdurasi 30 menit.
Adapun beberapa manfaat yang bisa dirasakan si ibu jika rutin berolahraga ringan. Antara lain, melancarkan aliran darah sehingga mencegah bengkak pada tungkai, mencegah penyakit preeklampsia, dan diabetes selama kehamilan
Selain itu, jenis olahraga yang tepat, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini, juga dapat mengurangi masalah sembelit, mencegah kenaikan berat badan berlebih, hingga memperbaiki suasana hati! Apa sajakah olahraga yang dimaksud, berikut pemaparannya.
-
Yoga dan Pilates
Dua olahraga ini dapat dinikmati ibu hamil. Sudah banyak fasilitas kesehatan dan pusat kebugaran yang menyediakan kelas yoga atau pilates dengan didampingi instruktur berpengalaman.
Yoga dan pilates merupakan aktivitas bersifat low impact yang membantu bumil untuk belajar mengatur napas, memperbaiki postur tubuh, menguatkan panggul, mengurangi sakit pinggang, hingga mengurangi kecemasan.
-
Berenang
Selain yoga dan pilates, berenang juga termasuk olahraga untuk ibu hamil. Saat berenang, seluruh otot ikut bergerak aktif, sehingga keluhan pegal atau kaku di bagian tubuh dapat berkurang.
Aktivitas di air pada dasarnya mengurangi risiko cedera dan bersifat menenangkan. Jika belum terbiasa berenang, mulailah perlahan-lahan dan tingkatkan waktunya setiap kali berolahraga. Anda bisa berenang selama 30 menit, kemudian pada hari lain, Anda bisa meningkatkannya menjadi 45 menit.
-
Sepeda Statis
Menurut The American Pregnancy Association, olahraga dengan menggunakan sepeda statis pada saat hamil sangatlah aman. Sepeda statis membantu menopang berat badan dan menurunkan risiko terjatuh.
Jadi, olahraga lari tetap menjadi pantangan aktivitas yang tidak boleh dilanggar ibu hamil, ya. Ketimbang lari, lebih baik lakukan olahraga untuk ibu hamil yang telah dijelaskan di atas. Ini semua demi keamanan janin dan ibu sendiri. Jika masih memiliki pertanyaan seputar kandungan, Anda bisa bertanya langsung pada ahlinya melalui fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.
(OVI/RPA)