Salah satu perubahan fisik yang dialami oleh ibu hamil adalah tumbuhnya rambut vagina yang semakin tebal dan lebat. Beberapa di antaranya lantas memutuskan untuk melakukan waxing vagina sebelum melahirkan agar terasa lebih nyaman saat persalinan nanti. Namun, bolehkah ibu hamil lakukan waxing vagina?
Meski menimbulkan rasa yang cukup sakit, metode waxing sendiri masih banyak diminati oleh wanita, termasuk ibu hamil. Selain harganya yang terjangkau, waxing juga memberikan hasil yang memuaskan.
Melihat fenomena ini, dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter mengatakan, baik ibu yang sedang hamil ataupun tidak, pada dasarnya boleh melakukan waxing.
“Tidak ada larangan ibu hamil tidak boleh waxing vagina. Jadi, ibu hamil boleh-boleh saja melakukan waxing, termasuk brazilian waxing. Namun, Anda juga perlu tahu risikonya ketika melakukan waxing vagina sebelum melahirkan,” ujar dr. Sepriani.
Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil diyakini mampu menimbulkan iritasi setelah melakukan waxing. Bahkan, kulit ibu hamil biasanya cenderung sensitif dan lebih mudah merasa sakit.
“Prosedur waxing vagina umumnya sama seperti waxing bagian tubuh lainnya. Pertama-tama, terapis akan memanaskan lilin dengan bahan alami yang nantinya akan dioleskan pada rambut vagina. Setelah panas, lilin akan dioleskan dan rambut vagina akan ditutup dengan kain dan akhirnya ditarik dengan cepat. Proses ini akan menimbulkan rasa sakit. Pada ibu hamil, hal ini bisa saja terasa lebih sakit,” ujar dr. Sepriani.
Jika tidak masalah dengan rasa sakit itu, ibu hamil diperbolehkan untuk melakukan proses waxing vagina. Dengan catatan, ibu hamil harus berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter kandungan. Jika dokter memperbolehkan, Anda baru boleh menjalani prosedur waxing vagina.
Risiko waxing terhadap ibu hamil
Meski tidak ada larangan yang bertuliskan “ibu hamil tidak boleh waxing”, risiko-risiko setelah waxing tetap bisa terjadi pada diri Anda. Menurut dr. Devia Irene Putri dari KlikDokter, selain kulit sensitif dan terasa nyeri, ada beberapa hal lain yang ditakutkan terjadi pada ibu hamil pasca waxing, yaitu:
1. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut. Penyebab terjadinya folikulitis bisa karena adanya infeksi dari bakteri, virus, jamur, hingga parasit. Namun, pada keadaan tertentu, folikulitis dapat terjadi akibat trauma, gesekan yang berlebihan, atau adanya sumbatan di sekitar folikel rambut.
“Biasanya, bintil-bintil merah akan muncul apabila kulit bergesekan dengan pakaian atau tersentuh. Bintil-bintil ini bentuknya hampir mirip dengan jerawat dan menyebabkan sensasi kurang nyaman pada vagina,” tutur dr. Devia.
2. Ingrown hair
Ingrown hair atau yang lebih sering disebut rambut tumbuh ke dalam merupakan risiko lain jika ibu hamil melakukan waxing vagina. Ingrown hair adalah kondisi di mana adanya kesalahan arah pada pertumbuhan rambut, dan menyebabkan rambut tumbuh ke dalam kulit. Kondisi ini bisa terjadi karena folikel rambut melengkung dan menyebabkan rambut masuk ke dalam kulit.
“Pada kondisi ini, biasanya akan tampak bintik-bintik kecil yang disertai dengan nanah atau mirip seperti jerawat. Jika diamati lebih dekat, tampak rambut tertanam di dalam kulit. Selain itu, ingrown hair terkadang disertai dengan rasa nyeri dan gatal,” dr. Devia menjelaskan.
3. Infeksi menular seksual
“Jika peralatan yang digunakan tidak steril dan bersih, waxing vagina juga bisa menyebabkan penyakit infeksi menular seksual,” ujar dr. Devia.
Beberapa contoh infeksi menular seksual yang dapat ditularkan, antara lain herpes genital hingga human papillomavirus (HPV). Apabila infeksi ini terjadi pada ibu hamil, kesehatan janin yang dikandung bisa menjadi bermasalah juga.
Boleh-boleh saja Anda menjalani waxing vagina sebelum melahirkan. Dengan catatan, Anda sudah diperbolehkan dokter kandungan. Kalau belum diizinkan, lebih baik tunggu selesai pemulihan pasca melahirkan. Selain itu, sangat penting untuk memilih tempat waxing serta terapis yang sudah profesional dan tersertifikasi untuk meminimalkan masalah yang bisa terjadi setelah waxing.
[HNS/ RVS]