Kehamilan merupakan momen bahagia yang dinanti pasangan yang mendambakan hadirnya anak. Melewati hari-hari bersama si Kecil di dalam rahim tentu memberikan memori indah tersendiri bagi ibu yang mengandung. Meski demikian, ada beberapa hal yang sebelumnya dianggap biasa, justru menimbulkan kekhawatiran saat hamil. Demam, misalnya. Kondisi demam pada ibu hamil memang tidak boleh disepelekan karena bisa berdampak terhadap kehamilan dan juga janin.
Mengapa Ibu Hamil Tak Boleh Meremehkan Demam?
Dalam berbagai penelitian pada mamalia selain manusia, demam pada kehamilan erat kaitannya dengan bahaya terhadap janin. Proses demam selama kehamilan dapat mengganggu sintesis berbagai protein akibat suhu yang terlalu tinggi, sehingga dapat menyebabkan kematian sel, gangguan pembuluh darah, hingga rusaknya plasenta. Berbagai proses ini dapat memicu terjadinya kelainan pada janin, hingga risiko kematian.
Artikel Lainnya: Tips Mengatasi Demam bagi Ibu Hamil
Pada manusia sendiri, perkembangan janin yang normal bergantung pada langkah-langkah sistematis yang memberikan kesempatan tiap-tiap organ dan pembuluh darah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan waktunya. Serupa dengan pada mamalia lainnya, urutan langkah ini sangat dipengaruhi oleh berbagai molekul protein di tubuh yang memicu terjadinya berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Saat suhu tubuh meningkat pada kondisi demam, lingkungan dalam sel dapat menjadi tidak mendukung untuk terjadinya kerja protein yang maksimal, sehingga dapat menyebabkan keguguran. Dalam kasus lain ketika keguguran tidak terjadi, risiko kelainan bawaan juga menjadi lebih besar.
Misalnya, dalam beberapa penelitian ditemukan hubungan antara demam pada trimester pertama dengan kenaikan risiko janin mengalami bibir sumbing, penyakit jantung bawaan, dan kelainan tuba saluran saraf. Meski belum ada penelitian yang lebih jauh mempelajari tentang penyakit spesifik apa yang mendasari demam sehingga bisa menyebabkan kelainan pada janin, demam pada ibu hamil tetap menjadi sesuatu yang perlu segera ditangani agar tidak memburuk dan menyebabkan komplikasi, baik pada ibu maupun janin.
Saat Ibu Hamil Demam, Ini yang Harus Dilakukan
Selama masa kehamilan, kesehatan ibu harus menjadi perhatian utama. Salah satu alat yang penting untuk dimiliki adalah termometer. Saat ibu hamil merasa mulai mengalami demam, segera ukur suhu tubuh dengan termometer. Gunakan termometer untuk mendapatkan suhu tubuh dari mulut, ketiak, atau telinga, yang tentunya masing-masing memiliki angka suhu normal yang berbeda.
Artikel Lainnya: Penyebab Demam saat Hamil yang Harus Diwaspadai
Jika pengukuran dilakukan lewat mulut, suhu tubuh normal manusia berkisar antara 36,6-37 derajat Celcius. Jika pengukuran dilakukan melalui melalui telinga, suhu normal bisa menjadi lebih tinggi, sedangkan suhu yang tertera di termometer bisa lebih rendah jika diukur lewat ketiak.
Orang dewasa dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai 38-39 derajat Celcius atau lebih. Saat tidak sedang hamil, Anda mungkin tidak berpikir dua kali untuk mengonsumsi obat penurun demam. Namun, ketika hamil Anda tak boleh sembarangan minum obat.
Selama hamil, obat yang dapat dikonsumsi menjadi terbatas karena pilihan obat haruslah aman bagi kehamilan dan janin. Salah satu jenis obat penurun demam yang aman untuk ibu hamil adalah golongan asetaminofen seperti parasetamol. Meski demikian, konsumsi obat ini harus di bawah pantauan dokter. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat jenis apa pun. Jika Anda mengalami demam tinggi atau demam yang tak kunjung mereda, segera periksakan diri ke dokter agar dapat segera ditangani sebelum memburuk atau menimbulkan komplikasi.
Menjaga dan memperhatikan kesehatan sangat penting bagi ibu hamil. Oleh karena itu, jaga selalu pola makan yang sehat, cukupi kebutuhan cairan, dan lakukan aktivitas sesuai kondisi tubuh dan kehamilan agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Segera temui dokter kandungan jika Anda mengalami demam, khususnya demam tinggi atau demam yang tak kunjung membaik, karena bisa jadi itu adalah gejala dari penyakit lain yang lebih serius.
[RN/ RVS]