Berdasarkan data survei di Indonesia pada tahun 2002-2003, sebanyak 16% wanita mulai hamil pada usia 18 tahun, 11% wanita mulai hamil pada usia 15-19 tahun, dan 1% wanita mulai hamil pada usia 15 tahun.
Sehubungan dengan itu, ibu hamil usia muda berisiko mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan yang lebih besar sehingga akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bagi ibu dan bayi. Kehamilan pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun akan memberi risiko kematian bagi ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan pada wanita yang berusia 20-35 tahun.
Masalah kesehatan reproduksi wanita usia muda (remaja), selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap wanita usia muda itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada wanita usia muda dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Kehamilan tak dikehendaki, yang sering kali menjurus pada aborsi yang tidak aman dengan segala komplikasinya, ?atau perawatan prenatal yang tidak adekuat.
- Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian bagi ibu dan bayi, ?
Keadaan di atas diperburuk oleh kenyataan bahwa derajat kesehatan fisik wanita usia muda (remaja) yang belum sepenuhnya optimal. Sekitar 35% wanita usia muda menderita anemia dan sebagian di antaranya juga menderita kurang energi kronis (KEK). Hal ini menunjukan ketidaksiapan mereka secara fisik untuk menghadapi kehamilan di kemudian hari.
Penapisan prenatal untuk masalah medis pada ibu dan bayi, pemantau pertumbuhan janin, pengenalan dini dan penanganan komplikasi kehamilan sangat penting untuk dilakukan pada kehamilan usia muda.
Beberapa komplikasi kehamilan yang sering terjadi pada kehamilan usia muda, antara lain:
1. Tekanan darah tinggi.
Kehamilan usia muda memiliki risiko lebih tinggi mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Risiko pre-eklampsia juga jauh lebih tinggi. Pre-eklampsia adalah kondisi medis berbahaya, di mana wanita mengalami tekanan darah tinggi dengan kebocoran protein di ginjal, pembengkakan di tungkai atas dan bawah, serta kerusakan organ. Kondisi ini juga dapat mengganggu pertumbuhan janin sehingga menyebabkan adanya komplikasi selanjutnya berupa persalinan prematur.
2. Persalinan prematur dan berat badan lahir rendah
Kehamilan cukup bulan berlangsung hingga 40 minggu kehamilan. Bayi yang lahir pada usia kehamilan sebelum 37 minggu disebut dengan bayi prematur. Pada beberapa kasus, tanda persalinan prematur terjadi terlalu dini dan masih dapat dihentikan dengan obat dan istirahat. Namun pada beberapa kasus lain, bila persalinan prematur tidak dapat dihentikan, bayi akan lahir secara prematur. Bayi yang lahir secara prematur berisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pernapasan, penglihatan, kognitif dan berbagai gangguan lainnya.
3. Infeksi menular seksual
Kehamilan usia muda sering kali diikuti dengan infeksi menular seksual, seperti infeksi Chlamydia dan HIV. Penapisan dini pada awal kehamilan dan penggunaan kondom selama berhubungan dapat menurunkan risiko tersebut.
4. Depresi setelah melahirkan
Wanita usia muda yang hamil berisiko lebih tinggi mengalami depresi. Wanita yang merasa tertekan dan sedih selama kehamilan atau setelah melahirkan sebaiknya menjalani konseling dengan dokter atau tenaga medis lain. Depresi ini dapat mengganggu perawatan bayi, namun kondisi ini dapat diobati.
Bila Anda masih berusia muda dan sedang hamil, berikut adalah hal penting yang sebaiknya Anda lakukan:
- Lakukan kontrol kehamilan secara teratur.
- Jauhi alkohol, obat-obatan, dan rokok.
- Konsumsi vitamin kehamilan untuk mencegah kelainan janin dan mencukupi kebutuhan nutrisi kehamilan.
- Dukungan emosional dari keluarga dan teman.