Anemia atau kurang darah merupakan kondisi yang tergolong umum dijumpai dan bisa dialami siapa pun, termasuk ibu hamil. Ini adalah suatu kondisi ketika nilai darah merah atau hemoglobin kurang dari normal.
Nilai normal pada setiap orang dan kondisi memang berbeda-beda. Misalnya, kadar hemoglobin pada orang dewasa akan berbeda dengan ibu hamil dan anak-anak. Pada ibu hamil, disebut anemia bila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 11 gr%/dl.
Anemia dan Ibu Hamil
Pada ibu hamil, anemia biasanya terjadi karena kurangnya asupan zat besi selama masa kehamilan. Badan kesehatan dunia WHO mencatat setidaknya 61 persen ibu hamil di negara berkembang berisiko mengalami anemia.
Di Indonesia sendiri, catatan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 mencatat terdapat 31,7 persen ibu hamil yang menderita anemia. Tentu saja ini tak bisa disepelekan.
Sebelum melangkah lebih jauh, sebenarnya bagaimana gambaran anemia itu sendiri? Kondisi anemia, merujuk pada Kementerian Kesehatan, dapat dibagi menjadi beberapa kriteria sebagai berikut:
- Ringan sekali : Hb 10 gr%/dl – Batas normal
- Ringan : Hb 8 gr%/dl – 9,9 gr%/dl
- Sedang : Hb 6 gr%/dl – 7,9 gr%/dl
- Berat : Hb < 6 gr%/dl
Anemia pada ibu hamil bisa diketahui lewat pemeriksaan darah. Pada ibu hamil, kondisi anemia perlu ditangani serius agar tidak mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janinnya. Biasanya pemeriksaan rutin akan dilakukan oleh dokter pada saat pemeriksaan antenatal care (pemeriksaan rutin kehamilan).
Bahaya Anemia Selama Masa Kehamilan
Serangan anemia selama masa kehamilan sebaiknya tidak dianggap remeh. Mengapa demikian? Berikut beberapa bahaya anemia selama masa kehamilan:
• Daya tahan tubuh rendah
Ibu hamil dengan anemia cenderung rentan terhadap infeksi. Dan saat hal ini terjadi, umumnya kondisinya akan lebih berat dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia. Kondisi ini juga dapat memengaruhi proses penyembuhan.
• Gangguan pada janin
Anemia yang dialami ibu hamil juga dapat menimbulkan gangguan pada janin dalam kandungan. Risikonya janin dapat terlahir dengan berat badan rendah atau memiliki cacat bawaan. Selain hal-hal tersebut, anemia pada ibu hamil juga bisa menyebabkan kelahiran prematur atau bahkan kematian pada janin.
Timbulnya gangguan pada janin ini terjadi karena kurangnya kadar haemoglobin yang seharusnya bekerja untuk membantu tumbuh kembang janin.
• Keguguran
Anemia akan membuat kondisi kesehatan sang ibu yang tidak prima. Akibatnya, pertumbuhan janin akan terganggu dan risiko terjadinya keguguran pun meningkat. Keguguran biasanya terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
• Gangguan persalinan dan kematian ibu
Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah anemia. Kondisi kesehatan ibu hamil, baik selama masa kehamilan maupun saat menjalani proses persalinan dapat terganggu jika sang ibu mengalami kurang darah.
Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko persalinan yang menjadi lebih lama. Tak hanya itu, kondisi kurang darah ini juga bisa menyebabkan gangguan pada otot uterus/ rahim.
• Produksi ASI terganggu
Para ahli yakin bahwa ibu hamil yang menderita anemia cenderung mengalami gangguan pada produksi ASI. Padahal, ASI merupakan sumber nutrisi penting bagi bayi dan tumbuh kembang anak. Itulah sebabnya, anemia dapat menjadi kendala dalam pemberian ASI eksklusif.
Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Tanda-tanda anemia selama masa kehamilan dapat dikenali dengan mudah. Kondisi anemia pada ibu hamil patut dicurigai terjadi jika terdapat beberapa gejala berikut ini:
- kelopak mata yang pucat
- ujung-ujung jari yang pucat
- mudah lelah
- sakit kepala
- perasaan mual
- jantung berdebar tidak teratur
- dan biasanya disertai dengan kondisi ibu hamil mudah terkena infeksi
Bila gejala-gejala tersebut ditemukan, dokter akan melakukan pemeriksaan yang diperlukan. Pemeriksaan biasanya meliputi cek fisik dan cek penunjang (pemeriksaan darah) agar kondisi anemia pada ibu hamil dapat segera tertangani dengan baik.
Ibu Hamil dengan Anemia, Perlukah Dirawat di Rumah Sakit?
Menurut dr, Dina Kusumawardhani, meskipun merupakan gangguan kesehatan darurat, anemia pada ibu hamil tidak selalu memerlukan tindakan rawat inap di rumah sakit. Anemia ringan pada ibu hamil biasanya hanya perlu dirawat dengan pemberian obat-obatan penambah darah.
Masih menurut anjuran dr. Dina, ibu hamil dengan anemia juga harus menerapkan pola makan yang sehat seimbang. Dan hal penting lainnya yang juga harus diperhatikan adalah melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Namun, bila ibu hamil dengan anemia memiliki keluhan yang berat bahkan dikhawatirkan bisa mengganggu kehamilan, maka perawatan di rumah sakit bisa jadi diperlukan. Dalam kondisi berat, kadang kala diperlukan tindakan transfusi darah untuk menambah sel darah merah atau hemoglobin pada ibu hamil.
Begitu pula jika terjadi infeksi pada ibu hamil akibat anemia yang dialaminya. Pada kondisi seperti ini, biasanya ibu hamil juga membutuhkan rawat inap hingga kondisi sang ibu sehat kembali. Pada masa perawatan di rumah sakit ini dokter pun bisa memantau kondisi janin pada ibu hamil yang tengah mengalami anemia.
Pemeriksaan denyut jantung janin atau pemeriksaan lainnya seperti ultrasonografi (USG) memang diperlukan untuk memastikan segalanya baik-baik saja. Ada kalanya kondisi janin ikut menurun karena kondisi ibunya.
Bila segala gangguan macam ini bisa terdeteksi lebih cepat, tentu dokter bisa segera mengambil langkah perawatan yang diperlukan untuk menghindari masalah yang lebih serius.
Karena itu, jangan remehkan kondisi lemah, lesu, dan pucat pada ibu hamil. Cegah anemia dan segala komplikasinya dengan pola makan sehat disertai pemeriksaan kehamilan secara teratur.
(RH)