Sindrom gawat napas atau respiratory distress syndrome (RDS) adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir, khususnya yang terlahir prematur.
Berdasarkan National Heart, Lung and Blood Institute, AS, kondisi RDS biasanya dialami bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai pekan ke-28.
Meski begitu, gangguan pernapasan ini dapat pula dialami bayi yang lahir cukup bulan pada minggu ke-37 atau ke-38 kehamilan.
Lantas, bagaimana RDS pada bayi terjadi? Yuk, cari tahu lewat ulasan berikut.
Penyebab RDS pada Bayi
Disampaikan dr. Atika, respiratory distress syndrome pada bayi terjadi karena paru-paru si kecil belum berkembang sempurna, sehingga produksi surfaktan di dalam parunya tidak mencukupi. Hal ini akibat persalinan lebih dini dari seharusnya.
Surfaktan adalah zat berbusa yang melapisi alveolus (kantung udara kecil di paru-paru).
“Surfaktan ini bermanfaat untuk mencegah jaringan paru mengempis dan menjaganya tetap mengembang,” papar dr. Atika.
Normalnya, zat surfaktan membantu bayi untuk menghirup udara saat baru dilahirkan. Zat ini membuat paru-paru berfungsi dengan baik dan mencegah gangguan pernapasan pada bayi.
Sebaliknya, kekurangan surfaktan menyebabkan paru-paru bayi bekerja keras untuk bernapas. Kondisi ini meningkatkan risiko paru-paru kolaps.
Karena itu, RDS disebut pula sebagai penyakit membran hialin atau penyakit kekurangan surfaktan.
Paru-paru bayi sendiri biasanya berkembang pada usia kehamilan ke-37. “Pada rentang waktu tersebut, paru bayi telah berkembang dan memungkinkannya bernapas dengan baik. Namun, ketika lahir terlalu cepat, terjadi risiko RDS ini,” jelas dr. Atika.
Artikel Lainnya: 7 Penyebab Bayi Lahir Prematur
Faktor Risiko
Menurut Nationwide Children's Hospital, AS, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko RDS pada bayi, di antaranya:
- Punya saudara kandung dengan riwayat sindrom gawat napas.
- Lahir kembar.
- Lahir melalui C-section alias operasi caesar.
- Punya ibu pengidap diabetes.
- Bayi mengalami infeksi.
- Bayi sakit ketika persalinan.
- Bayi mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh drastis).
Gejala RDS
Sebagian besar bayi dengan RDS mengalami gejala gangguan napas. Hal ini bisa terjadi dalam kurun 24 jam usai bayi dilahirkan.
Gejala gangguan napas yang dialami bayi dengan respiratory distress syndrome antara lain:
- Bayi memiliki laju napas cepat saat baru lahir.
- Terdapat suara dengusan berupa “uh” setiap napas.
- Lubang hidung bayi melebar tiap bernapas.
- Kulit bagian atas tulang rusuk si kecil tertarik ketika bernapas.
- Bibir, jari tangan, dan kaki bayi mengalami perubahan warna.
Artikel Lainnya: Tips Aman Tidur dengan Bayi Baru Lahir
Pengobatan RDS pada Bayi
Masalah pernapasan pada bayi pengidap RDS muncul karena tubuh si kecil kekurangan oksigen. Ini merupakan kondisi yang berbahaya.
Sebab, jika sindrom gawat napas tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka bisa memicu kerusakan otak maupun organ tubuh bayi lainnya.
Untungnya, asuhan keperawatan atau askep RDS pada bayi kian berkembang, sehingga meningkatkan peluang keselamatan.
Prosedur merawat bayi dengan RDS antara lain pemasangan alat bantu pernapasan dan mesin saluran udara, serta pemberian surfaktan buatan. Metode-metode tersebut bisa membantu si kecil bernapas lebih baik.
Jika Anda melahirkan bayi prematur ataupun bayi lahir cukup bulan namun punya gejala masalah pernapasan, jangan ragu meminta dokter melakukan pemeriksaan.
Dokter dapat melakukan beberapa prosedur skrining untuk mendiagnosis sindrom gawat napas pada bayi.
Metode pemeriksaan yang dimaksud antara lain tes darah untuk memeriksa risiko infeksi pada bayi, rontgen dada untuk mengecek kondisi paru-paru, dan pemeriksaan kadar oksigen darah menggunakan oksimeter.
Jika ingin tanya lebih lanjut seputar penyakit pada bayi baru lahir, konsultasi kepada dokter anak via Live Chat di aplikasi KlikDokter.
(FR/NM)
- Nationwide Children’s Hospital. Diakses 2022. Respiratory Distress Syndrome: Newborn.
- National Heart, Lung and Blood Institute. Diakses 2022. Respiratory Distress Syndrome.