Pernahkah Anda mendengar soal amniotic band syndrome? Kondisi ini adalah salah satu penyebab bayi terlahir dalam kondisi cacat.
Amniotic band syndrome atau sindrom pita ketuban merupakan kondisi langka. Penyebabnya adalah rangkaian kantung ketuban yang memisahkan dan membelit jari, anggota badan, atau bagian lain dari janin.
Amniotic Band Syndrome dan Penyebabnya
Selama di kandungan, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan tersebut terbungkus oleh kantung yang terdiri dari dua lapisan: lapisan luar (korion) dan lapisan dalam yang dekat dengan janin (amnion).
Ketika amnion robek tetapi tak sampai mengganggu korion, lapisan dalam yang berdekatan dengan janin tersebut akhirnya ikut mengambang —seperti pita atau tali— dan membelit janin.
Dalam beberapa kasus, pita atau tali tersebut bisa “kusut”, membelit terlalu kencang, dan akhirnya mengganggu peredaran darah janin dalam kandungan. Alhasil, bagian yang terlilit tidak berkembang. Kalaupun berkembang, bentuknya menjadi tidak normal (cacat).
Mengutip dari laman resmi UCSF Benioff Children’s Hospital: Fetal Treatment Center, Amerika Serikat, amniotic band syndrome menyerang 1 dari 1.200 hingga 1 dari 15.000 kelahiran hidup.
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab lapisan kantung ketuban robek dan akhirnya membelit bagian tertentu pada janin. Para ahli mengatakan, penyebab amniotic band syndrome bukanlah karena faktor genetik.
Artikel Lainnya: Waspada, Ini Penyebab Gerakan Janin Berkurang pada Ibu Hamil
Apa Dampak dari Amniotic Band Syndrome?
Amniotic band syndrome dapat menimbulkan kecacatan, meskipun bayi lahir dengan selamat. Kecacatan yang dimaksud, yaitu:
- Bibir sumbing
- Wajah asimetris
- Constriction ring syndrome (CSR), yaitu lengan dan kaki seperti hampir terputus
- Deformitas tulang belakang
- Jari, lengan, atau kaki yang teramputasi (putus)
- Clubfoot dan clubhand, yauty kaki dan tangan bengkok
- Anensefali, yaitu lahir tanpa tulang tengkorak dan beberapa bagian otak
- Encephalocele, yaitu tengkorak bayi tidak menutup sempurna sehingga otak muncul lewat celah di tengkorak
- Limfedema atau pembengkakan di kaki atau lengan akibat sumbatan
Kondisi di atas tentunya tidak diinginkan oleh orang tua mana pun. Sayangnya, cukup sulit untuk mendeteksi amniotic band syndrome ini. Kondisi tersebut paling sering terdeteksi saat bayi sudah dilahirkan.
Artikel Lainnya: Bolehkah Penderita Diabetes Jalani Program Bayi Tabung?
Adakah Solusi dari Kecacatan Akibat Amniotic Band Syndrome?
Cacat akibat amniotic band syndrome ada yang tergolong ringan dan berat. Kecacatan dikategorikan ringan bila kondisi fisik tidak sampai mengganggu aktivitas, sedangkan bila aktivitas terhambat akan masuk kategori berat.
Menurut dr. Reza Fahlevi, Sp. A., apabila dampak amniotic band syndrome tidak sampai mengganggu penampilan atau fungsi tubuh, maka tindakan operasi dari dokter bedah plastik dan rekonstruksi tidak perlu dilakukan.
“Beda halnya jika mengganggu penampilan dan mengganggu fungsi (tubuh), operasi bisa dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut,” saran dr. Reza.
Setelah dioperasi, anak biasanya juga akan mendapatkan terapi fisik dan okupasi sesuai dengan jenis kecacatan yang sebelumnya dialami.
Selain itu, dilansir dari Hopkins Medicine, operasi janin juga bisa dilakukan. Tujuan dari operasi ini adalah melepaskan lilitan dan penyempitan janin oleh pita ketuban sebelum menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Hal ini dilakukan dengan fetoskopi operatif yang memungkinkan visualisasi langsung dengan lapisan amnion.
Kendati begitu, tindakan operasi janin cukup jarang dilakukan karena dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan berpotensi menyebabkan kematian pada janin. Sementara, amniotic band syndrome itu sendiri tidak menyebabkan kematian.
Artikel Lainnya: Ibu Hamil Hobi Makanan Berlemak, Ini Akibatnya pada Janin
Cara Mencegah Bayi Lahir Cacat secara Umum
Karena penyebab amniotic band syndrome belum diketahui pasti, maka tidak ada cara pencegahan spesifik yang bisa dilakukan. Namun, untuk menurunkan risiko bayi terlahir cacat karena faktor lain, ada cara yang bisa Anda lakukan:
- Tidak sembarangan minum obat tanpa resep dan rekomendasi dokter
- Tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
- Memenuhi kebutuhan asam folat, zat besi, serta berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan selama kehamilan
- Tidak berada di lingkungan yang beracun dan tercemar
- Mendapat imunisasi khusus ibu hamil
- Menjaga kondisi tubuh agar terhindar dari demam tinggi
- Rutin periksa ke dokter, serta melakukan skrining TORCH dan infeksi menular seksual
Waspadai amniotic band syndrome dengan melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin dan teratur. Jika butuh saran atau punya pertanyaan terkait kehamilan, Anda dapat berkonsultasi kepada dokter melalui Tanya Dokter atau di aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)