Kehamilan adalah sebuah anugerah yang harus dijaga perkembangannya. Tapi, pada beberapa kasus, ada jenis kehamilan yang justru dianjurkan untuk digugurkan. Jika tidak, kondisi tersebut dapat berbahaya, baik untuk ibu maupun janin. Satu di antaranya adalah kehamilan ektopik.
Apa Itu Kehamilan Ektopik?
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Kalau kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui saluran tuba falopi yang menghubungkan indung telur dengan rahim menuju ke rahim. Telur tersebut akan melekat pada rahim dan bertumbuh menjadi janin.
Adapun pada kehamilan ektopik, saat sel telur yang telah dibuahi menempelkan diri di luar dinding rahim, di tempat yang tidak seharusnya. Itu sebabnya, kondisi ini disebut juga kehamilan di luar kandungan.
Kondisi ini paling sering terjadi di bagian tuba falopi. Itu karena biasanya hasil pembuahan dapat terhambat dalam perjalanan menuju ke rahim. Namun demikian, kehamilan ektopik juga dapat terjadi di indung telur, rongga perut, atau leher rahim.
Artikel lainnya: Hamil Anggur, Penyebab dan Cara Menanganinya
Kehamilan di luar rahim terjadi pada 1-2% dari seluruh jumlah kehamilan. Sekitar 85-90% di antaranya terjadi pada wanita yang sudah pernah hamil sebelumnya.
Faktor Risiko dan Gejala Kehamilan EktopikĀ
Penyebab kehamilan ektopik sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar kehamilan ektopik berkaitan dengan kerusakan tuba falopi, yaitu saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim.
Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko kehamilan ektopik pada wanita, yaitu:
- Riwayat mengalami reaksi peradangan di area tuba falopi maupun organ di sekitarnya akibat infeksi menular seksual. Beberapa jenis penyakit menular seksual di antaranya gonore dan chlamydia.
- Riwayat melakukan prosedur bayi tabung.
- Memiliki gangguan infertilitas.
- Riwayat operasi atau pengikatan (sterilisasi) tidak sempurna di area tuba falopi sebelumnya.
- Menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD atau spiral), meskipun kemungkinan terjadi kehamilan kecil.
- Kebiasaan merokok.
Artikel lainnya: Tanda-Tanda Kehamilan Normal dan Tidak Normal
Selain faktor risiko tersebut, agar lebih mengenal apa itu kehamilan ektopik, Anda perlu mengenal apa saja gejala kehamilan ektopik, yaitu:
Penanganan Kehamilan Ektopik
Untuk memastikan kehamilan ektopik, diperlukan beberapa pemeriksaan dokter. Yang meliputi, wawancara medis, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan perut dan panggul, pemeriksaan vagina, serta pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan antara lain ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dalam darah.
Artikel lainnya: Kiat Atasi Batuk yang Tak Kunjung Sembuh Saat Hamil
Pada kehamilan ektopik, kadar hormon hCG menjadi lebih rendah dari batas normal. Selain itu, pemeriksaan darah lengkap juga dibutuhkan untuk memantau kemungkinan adanya kondisi anemia akibat perdarahan yang terjadi.
Bisakah Kembali Mengandung setelah Kehamilan Ektopik?
Anda pernah mengalami kehamilan di luar rahim dan ingin hamil lagi? Tenang, kemungkinan hamil lagi setelah kehamilan ektopik tetap ada, kok!
Namun, untuk mencegah kehamilan ektopik berulang, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
- Melakukan pemeriksaan organ reproduksi saat ingin program kehamilan kembali ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
- Hindari perilaku seks yang berisiko, seperti sering berganti pasangan seksual tanpa menggunakan alat pelindung seksual, seperti kondom.
- Menghindari kebiasaan merokok.
Meskipun kehamilan ektopik tidak bisa dicegah 100%, mempersiapkan kehamilan sebaik mungkin dapat meminimalkan risiko. Misalnya, dengan kontrol ke dokter kebidanan dan kandungan dan menerapkan pola hidup yang sehat.
Masih ada pertanyaan seputar hamil di luar rahim? Bisa ditanyakan kepada dokter via LiveChat, ya.
[HNS/RPA]