Hampir setiap wanita ingin melahirkan secara normal. Namun tidak semua kondisi ibu dan bayi mampu melalui persalinan normal. Ada indikasi atau alasan medis yang mendasari pemilihan operasi Caesar (sesar) dibandingkan persalinan normal.
Sayangnya, banyak stigma di masyarakat yang masih menganggap bahwa melahirkan melalui operasi Caesar tidak mencerminkan pengorbanan ibu yang sesungguhnya. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
Melahirkan caesar juga butuh pengorbanan dan penuh rasa sakit, dan pada kenyataannya banyak ibu hamil yang tidak dapat menjalani persalinan spontan atau normal karena adanya kondisi tertentu.
Setiap metode persalinan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode persalinan yang nantinya dipilih harus disesuaikan dengan kondisi ibu dan bayi.
Artikel Lainnya: Kebutuhan Nutrisi Saat Hamil yang Harus Dipenuhi
Prinsip untuk Melahirkan Secara Normal
Pada prinsipnya, untuk dapat melahirkan secara spontan atau normal, Anda harus memenuhi ketiga syarat yang dikenal dengan istilah 3P ini, yaitu:
1. Power
Power atau kekuatan yang dimaksud di sini adalah kekuatan ibu saat mengejan. Dengan power yang cukup, maka bayi dapat keluar. Berbagai kondisi ibu hamil juga memengaruhi prinsip power ini, misalnya pada ibu dengan preeklampsia atau penyakit jantung tidak diperbolehkan untuk mengejan.
2. Passenger
Passenger yang dimaksud di sini adalah bayi yang dikandung. Prinsip ini memperhatikan beberapa kondisi seperti posisi bayi, besar bayi, serta kondisi yang dialami bayi (misalnya apakah bayi mengalami infeksi atau tidak).
Berbagai kondisi tersebut dapat dilihat dari pemeriksaan USG sebelum persalinan, pemeriksaan CTG, dan DJJ selama persalinan, serta warna air ketuban. Ketika didapati adanya kendala, maka proses melahirkan secara normal dapat terganggu.
3. Passage
Passage adalah jalan lahir. Satu hal yang diketahui sering menjadi penghambat ibu hamil untuk melahirkan normal adalah ukuran serta bentuk panggul yang tidak mampu dilewati bayi.
Selain bentuk panggul, letak plasenta yang menghalangi jalan lahir pun bisa menjadi kendala. Tak hanya itu, kondisi jalan lahir ibu yang memungkinkan terjadinya penularan infeksi pada bayi juga menjadi alasan untuk dokter tidak melakukan persalinan normal.
Artikel Lainnya: Sudah Pembukaan Tapi Bayi Tidak Keluar, Apa Penyebabnya?
Apabila salah satu dari tiga prinsip di atas tidak terpenuhi, maka ibu hamil dianjurkan untuk menjalani operasi Caesar. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan ibu serta bayi yang dilahirkan
Melahirkan Normal Pasca Caesar.
Jika Anda bertanya bisakah melahirkan normal setelah sesar, jawabannya ya. Ibu yang pernah melahirkan sesar dapat melahirkan normal. Cara melahirkan normal setelah caesar dinamakan dengan Vaginal Birth After Cesarean (VBAC).
Berikut ini adalah syarat-syarat untuk VBAC:
- Tidak lebih dari dua kelahiran Caesar yang menggunakan sayatan transversal rendah.
- Tidak ada bekas luka rahim, kelainan, atau riwayat rahim robek sebelumnya.
- Petugas kesehatan harus siap untuk memantau, melaksanakan persalinan, atau memberikan rujukan untuk melakukan bedah Caesar jika dirasa perlu.
- Lokasi kelahiran harus memiliki petugas yang tersedia pada akhir pekan dan malam hari jika kasus bedah Caesar diperlukan.
- Alasan pada kelahiran Caesar sebelumnya tidak berulang kembali pada kehamilan saat ini.
- Tidak memiliki masalah kesehatan utama.
- Bayi dalam ukuran normal.
- Kepala bayi di bawah.
Artikel Lainnya: Kondisi Kehamilan yang Memerlukan Operasi Caesar
Jika memenuhi syarat-syarat di atas, maka kemungkinan Anda dapat melahirkan normal walaupun memiliki riwayat operasi Caesar. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat VBAC tidak dianjurkan, di antaranya:
- Hamil anak kembar.
- Memiliki diabetes.
- Memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Risiko Melakukan Vaginal Birth After Cesarean (VBAC)
Risiko melakukan VBAC yang paling utama adalah ruptur uteri. Apabila terjadi ruptur uteri, maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi akan keluar dari robekan rahim dan masuk ke dalam rongga abdomen. Kondisi ini akan menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin, dan kematian janin bahkan ibu.
Kasus ruptur uteri lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik (5-12 persen) dibandingkan dengan seksio sesarea pada segmen bawah Rahim (0,5-1 persen).
Hal yang perlu diingat, melahirkan normal ataupun Caesar sama-sama memiliki risiko bagi ibu dan bayi yang dilahirkan. Pemilihan metode melahirkan yang terbaik harus menjadi perhatian utama.
Jika Anda ingin melakukan VBAC, diskusikan dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Alasannya, prosesnya butuh penanganan khusus sewaktu antenatal care maupun pada waktu persalinan.
Selain itu, tanyakan dan pelajari keuntungan dan kerugian melakukan VBAC. Dengan begitu, Anda akan tahu mana pilihan yang tepat untuk membantu mengurangi risiko yang tidak diinginkan pada ibu dan bayi.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai hal ini? Jangan sungkan untuk bertanya kepada dokter kami melalui Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter. Gratis!
[WA/ RS]