Kesuburan wanita umumnya akan berangsur menurun seiring bertambahnya usia. Setelah memasuki usia 40 tahun dan periode perimenopause (menjelang menopause) dimulai, kemungkinan wanita untuk hamil akan semakin kecil.
Pada masa perimenopause juga akan terjadi perubahan hormon. Hal ini menyebabkan menstruasi tidak teratur dan menimbulkan gejala lain yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Lantas, apakah wanita masih bisa hamil menjelang menopause? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Artikel lainnya: Perdarahan Saat Perimenopause, Apakah Normal?
Bisakah Hamil di Masa Perimenopause?
Kehamilan masih dapat terjadi walau wanita berada dalam masa perimenopause. Menurut dokter obgyn Amerika Serikat, Zanotti Salena, MD, kehamilan di periode menjelang menopause bisa tercapai jika hubungan seksual dilakukan tanpa kontrasepsi dan sepanjang wanita masih berovulasi.
Namun, ovulasi saat perimenopause mungkin tidak akan rutin, sehingga peluang kehamilan menurun.
Bahkan, jika wanita berovulasi secara teratur, kualitas telurnya cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Perubahan hormon yang terjadi juga dapat memengaruhi.
Perimenopause akan berakhir setelah 12 bulan tanpa menstruasi. Setelah itu, masa menopause dimulai dan wanita mungkin tidak lagi memiliki peluang hamil.
Persiapan Hamil Saat Perimenopause
Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil pada periode perimenopause adalah dengan memelihara kesehatan.
Jaga berat badan ideal dan hindari merokok. Obesitas dan kebiasaan merokok dapat mengurangi potensi pembuahan.
Jika Anda tidak memiliki siklus menstruasi teratur, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui kondisi kesuburan. Pemeriksaan kadar hormon dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang fungsi ovarium.
Artikel lainnya: 6 Gejala Anda Memasuki Masa Transisi Menopause
Risiko Kehamilan Selama Perimenopause
Bahaya kehamilan saat perimenopause dapat dialami ibu hamil dan janin yang dikandung.
Melansir Very Well Health, risiko keguguran meningkat pada ibu hamil yang berusia tua. Sebab, kualitas telurnya lebih rendah, serta telah terjadi perubahan pada hormon dan rahim.
Kualitas telur yang buruk juga akan meningkatkan kemungkinan cacat lahir, seperti down syndrome. Sindrom Down terjadi karena adanya kesalahan pembelahan sel yang menghasilkan kromosom ekstra.
Risiko hamil menjelang menopause lainnya adalah kemungkinan kelahiran prematur. Hal ini berkaitan dengan sejumlah komplikasi pada bayi, misalnya cerebral palsy ataupun ketidakmampuan belajar dan berkembang.
Risiko komplikasi juga mengancam kondisi ibu hamil yang telah berusia tua. Tekanan darah tinggi, stroke, kejang, diabetes gestasional, dan masalah jantung lebih rentan dialami ibu hamil berusia tua dibanding yang berusia muda.
Untuk meminimalisasi risiko kehamilan saat perimenopause, dr. Devia Irine Putri menyarankan pemeriksaan sesegera mungkin saat kehamilan telah diketahui.
“Jika hamil, segera lakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. Mengingat kehamilan pada usia di atas 35 tahun memiliki risiko yang tinggi. Pertimbangan pemeriksaan NIPT (Non-Invasive Prenatal Testing) juga dapat dilakukan,” ujar dr. Devia Irine.
“Selain itu, rutin mengonsumsi vitamin prenatal sesuai dengan rekomendasi dokter, seperti asam folat dan zat besi. Menerapkan gaya hidup sehat dengan makan makanan bergizi dan olahraga secara rutin,” lanjutnya.
Jika Anda memiliki pertanyaan perihal menopause ataupun kehamilan, gunakan fitur Tanya Dokter Klikdokter untuk berkonsultasi lebih mudah dengan dokter.
(FR/JKT)