Memasuki kehamilan trimester tiga, ibu harus benar-benar menjaga kandungannya dengan baik. Tak hanya itu, ibu juga harus menyiapkan fisik dan mental semaksimal mungkin agar persalinan berjalan lancar.
Bagi ibu hamil yang bekerja, trimester ketiga akhir merupakan waktu tepat untuk mengajukan permohonan cuti melahirkan. Cuti melahirkan ini sifatnya penting, lho.
Tapi bagaimana kalau ibu tidak mengambil cuti melahirkan? Adakah risiko kesehatan dan mental yang dapat terjadi?
Manfaat Cuti Hamil dan Melahirkan untuk Ibu yang Bekerja
Terdapat beberapa manfaat dari cuti melahirkan. Apalagi, cuti melahirkan ini sifatnya penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental ibu saat proses persalinan tinggal menghitung minggu.
Idealnya, ibu mulai cuti sejak kehamilan mencapai usia 35 atau 36 minggu. Ini sekitar 1,5 bulan sebelum hari H persalinan. Namun, tergantung masing-masing kondisi ibu.
Dokter bisa saja menyarankan agar ibu hamil mengajukan cuti lebih cepat guna menjaga kesehatan bayi dalam kandungan.
Beberapa alasan kenapa ibu harus cuti melahirkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk Menjaga Kesehatan Tubuh Ibu Hamil
Ibu hamil yang bekerja dituntut untuk tetap aktif dan menjaga kesehatan tubuhnya dengan baik.
Namun, di trimester ketiga, ibu juga harus mulai mengurangi kegiatan fisik yang berat, seperti naik tangga, jalan ke kantor, menyetir mobil, atau naik kendaraan umum.
Aktivitas tersebut perlu dibatasi guna mencegah ibu kelelahan dan komplikasi janin bisa dihindari.
Artikel Lainnya: Kondisi yang Mengharuskan Ibu Hamil Jalani Bed Rest
2. Memberikan Waktu untuk Istirahat
Cuti melahirkan bermanfaat untuk memberikan waktu istirahat bagi ibu hamil. Bukan hanya kesiapan fisik, kesiapan mental ibu juga perlu dimaksimalkan.
Karena menjelang persalinan ibu akan dilanda kecemasan, rasa panik, atau takut yang luar biasa. Jika tidak dikelola dengan baik, kecemasan ini bisa berdampak pada kesehatan fisik juga.
3. Menghindari Stres Berlebihan
Pekerjaan yang menumpuk bisa buat ibu hamil jadi semakin stres. Jadi, tidak hanya stres karena masa kehamilan dan perubahan hormonnya. Tapi, stres bisa bertambah akibat pekerjaan yang semakin menumpuk.
Pada akhirnya, stres yang dialami ibu bisa buat bayi jadi tidak sehat, begitu juga dengan sang ibu.
4. Proses Penyembuhan Pasca Melahirkan
Setelah melahirkan, ibu butuh banyak tenaga untuk bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Selain itu, ibu harus menyisihkan tenaga untuk menyusui buah hati.
Kurangnya waktu istirahat dapat menyebabkan produksi ASI ibu jadi berkurang. Akibatnya, bayi bisa kekurangan nutrisi dan ini tentu berbahaya bagi kesehatannya.
5. Beradaptasi dengan Lingkungan Baru
Cuti melahirkan berguna untuk membantu ibu beradaptasi dengan kondisi saat memiliki bayi. Pasalnya, adaptasi ini tentu bisa jadi salah satu stresor sendiri bagi ibu.
Kalau ditambah lagi dengan sambil bekerja, tentu menambah stresor, dan akhirnya pola asuh yang diberikan jadi berkurang.
Artikel Lainnya: Hindari Stres, Ini Tips Jaga Kesehatan Mental Ibu Hamil
Apa Bahayanya Bila Ibu Tidak Mengambil Cuti Melahirkan?
Padatnya aktivitas di kantor dan banyaknya mobilitas yang dilakukan di luar rumah, bisa menyebabkan ibu jadi kelelahan, kurang istirahat, stamina jadi menurun, dan mudah sakit.
Jika hal ini terus dibiarkan dan ibu tidak mendapatkan hak cutinya, bukan tidak mungkin ibu akan mengalami komplikasi kehamilan seperti perdarahan, preeklampsia, anemia, dan sebagainya.
Apabila ibu hanya memiliki waktu cuti melahirkan yang pendek, sebaiknya ibu memanfaatkan kesempatan itu dengan baik.
Ibu sebaiknya cermat dalam mengelola stres, menjaga kebugaran fisik, serta menghindari pekerjaan atau pergerakan yang terlalu berat.
Usai melahirkan, ibu juga diminta untuk istirahat dengan baik agar sesi menyusui dapat berjalan lancar dan proses penyembuhan pasca melahirkan berlangsung baik.
Pastikan ibu tidur cukup, berbagi tugas dengan suami, makan makanan yang sehat, menghindari stres, olahraga kecil, dan habiskan waktu bersama anak.
Menghabiskan waktu bersama anak dipercaya bisa meningkatkan mood dan rasa bahagia ibu pasca melahirkan.
Artikel Lainnya: Kenali Cara Mengatasi Cemas Menjelang Persalinan
Berapa Lama Cuti Melahirkan yang Ideal Menurut Medis?
World Health Organization (WHO) serta International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa durasi cuti melahirkan adalah minimal 18 minggu, berdasarkan Maternity Protection Recommendation, 2000 (No. 191).
Dari sisi medis, durasi ini terbilang relatif cukup untuk memastikan bahwa kesehatan ibu pasca melahirkan sudah mulai pulih, baik secara fisik maupun mental.
Secara fisik, ibu mulai fit untuk kembali bekerja. Lalu secara mental, ibu sudah melalui fase rentan mengalami baby blues ataupun postpartum depression.
Akan tetapi, perlu pertimbangkan juga durasi menyusui secara eksklusif, yaitu selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Tentunya, cuti untuk ibu melahirkan akan lebih optimal jika diperpanjang hingga 6 bulan.
Dengan demikian, ibu tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif sambil terus menciptakan bonding dengan buah hatinya.
Itu dia pentingnya cuti melahirkan bagi ibu. Selain memberikan waktu istirahat yang optimal, juga dapat membantu proses penyembuhan pasca melahirkan.
Apabila masih ada yang ingin ditanyakan, konsultasikan langsung dengan dokter. Untuk lebih mudahnya, gunakan fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter #JagaSehatmu selalu, ya!
[RS]