Kehamilan dapat menyebabkan berat badan wanita bertambah. Untuk mencegah berat badan naik drastis, beberapa ibu ada yang melakukan puasa intermittent saat hamil.
Puasa intermittent adalah metode mengatur pola makan yang mengharuskan Anda berpuasa selama beberapa jam dalam sehari. Kendati begitu, Anda masih diperbolehkan untuk minum air.
Dokter Devia Irine Putri tidak menyarankan ibu hamil melakukan puasa intermittent karena terdapat risiko kesehatan yang mengintai.
“Dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu hamil seperti penurunan kadar gula darah, dehidrasi yang membuat ibu jadi lemas, dan berpotensi mengurangi gerakan pada janin,” kata dr. Devia.
Artikel Lainnya: Kiat Meredakan Nyeri Sakit Gigi Saat Hamil
Risiko Puasa Intermittent Saat Hamil
Berikut adalah uraian lengkap risiko puasa intermittent saat hamil.
1. Meningkatkan Risiko Defisiensi Vitamin atau Gizi
Ibu hamil membutuhkan nutrisi tinggi untuk menunjang kesehatan dirinya dan bayi di dalam kandungan.
Sementara itu, puasa intermittent mengharuskan Anda membatasi waktu makan. Hal ini membuat ibu kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Dampaknya, ibu hamil berisiko mengalami kekurangan nutrisi atau vitamin. Kekurangan nutrisi dapat memengaruhi perkembangan janin hingga meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.
Menurut Johns Hopkins Medicine, ibu harus menambahkan 300 kalori dalam sehari agar kehamilannya sehat.
2. Meningkatkan Risiko Kelahiran Prematur
Menurut penelitian yang dipublikasi oleh The Journal of Nutrition, ibu hamil yang berpuasa Ramadan saat trimester kedua berisiko 35 persen lebih tinggi melahirkan secara prematur.
Penelitian tersebut memang tidak mengamati efek samping puasa intermittent secara khusus. Namun, terdapat kemiripan antara puasa Ramadan dan intermittent fasting.
3. Gula Darah Rendah
Saat puasa intermittent, Anda tidak diperbolehkan makan selama beberapa waktu sehingga kadar gula darah dapat menurun.
Saat kadar gula darah rendah, maka ibu hamil berisiko mengalami pusing atau pingsan. Dampaknya, dapat terjadi penurunan gerakan janin dan ibu bisa mengalami cedera karena pusing atau pingsan secara tiba-tiba.
Artikel Lainnya: Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Sensitif saat Hamil
4. Menurunkan Kualitas dan Suplai ASI
Setelah melahirkan, ibu menyusui juga tidak disarankan untuk melakukan puasa intermittent.
Puasa dalam waktu lama akan membatasi kalori yang dibutuhkan tubuh dan berat badan menjadi turun secara signifikan. Kondisi ini akan memengaruhi suplai ASI dan memengaruhi kualitas ASI.
Bagaimana Mengontrol Kenaikan Berat Badan Saat Hamil?
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar berat badan bumil tidak naik terlalu banyak. Ibu perlu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan memperhatikan jumlah kalori harian.
Ibu hamil rata-rata membutuhkan tambahan 340 kalori sehari selama trimester kedua. Jumlah ini akan bertambah menjadi 450 kalori saat trimester ketiga.
Untuk mendapatkan kalori ekstra, ibu bisa mengonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi seperti buah-buahan dan sayuran.
Ibu juga dapat mengonsumsi makanan kaya protein, seperti telur, daging, keju, dan lainnya ke dalam menu makanan sehari-hari.
Batasi konsumsi gula, minyak, dan makanan kemasan. Ibu bisa menjaga berat badan selama kehamilan dengan aktif bergerak dan berolahraga ringan.
Konsultasikan masalah kehamilan Anda dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.
(OVI/AYU)
- Mom Junction. Diakses 2021. Intermittent Fasting During Pregnancy: Safety And Risks
- Women’s Health. Diakses 2021. Everything You Need To Know Before Doing intermittentFasting While Pregnant
- Cnet. Diakses 2021. 4 reasons intermittent fasting is not safe for pregnant people
- Johns Hopkins medicine. Diakses 2021. Nutrition During Pregnancy
- American Society of Nutrition. Diakses 2021. Fasting during the second trimester of pregnancy may be particularly harmful
- The Journal of Nutrition. Diakses 2021. Article Navigation Fasting during Ramadan Increases Risk of Very Preterm Birth among Arabic-Speaking Women