Saat hamil, tak sedikit yang kerap mengeluhkan bau tak sedap pada vagina serta keputihan. Karena kondisi itu tak sedikit wanita yang mencoba mengatasinya dengan sabun pembersih vagina. Jika pembersih tersebut sering dipakai, apakah ada efek tertentu pada janin?
Keluhan seputar vagina pada wanita hamil sering kali muncul akibat perubahan hormon estrogen. Kondisi tersebut berpengaruh pada pH dan jumlah flora (bakteri baik) pada vagina. Inilah kenapa wanita hamil lebih rentan mengalami infeksi. Tak heran, produk pembersih vagina pun banyak diminati.
Artikel Lainnya: Ibu Hamil Keputihan, Apakah Berbahaya bagi Janin?
Keputihan pada Ibu Hamil, Mana yang Normal dan Tidak
Salah satu keluhan seputar vagina akibat perubahan hormon ibu hamil yang sering dialami adalah keputihan. Meski demikian, keputihan tak perlu dikhawatirkan jika berwarna bening atau putih, tidak berbau, dengan konsistensi seperti lendir. Namun, jika keputihan sudah berubah warna, berbau, mengental, bahkan konsistensinya mirip keju, maka Anda harus waspada akan adanya infeksi.
Infeksi pada vagina dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, ataupun parasit. Jika penyebabnya adalah jamur, maka infeksi bisa naik hingga ke rahim dan memengaruhi kondisi janin. Pada infeksi akibat bakteri (atau dikenal sebagai vaginosis bakterialis), dapat memicu kelahiran prematur atau adanya risiko keguguran.
Kadar pH normal vagina berkisar antara 3,8-4,5, yang termasuk dalam pH asam. Perubahaan pH yang terjadi akibat hormon estrogen pada wanita hamil membuat lingkungan tempat tinggal bakteri baik tak lagi memadai. Kondisi ini tentu saja dapat menjadikan vagina rentan mengalami infeksi.
Bolehkah Sering Pakai Pembersih Vagina saat Hamil?
Vagina yang bersih tentu mencerminkan kesehatan organ reproduksi wanita. Namun, ternyata terlalu bersih juga tidak baik, lo! Terlalu sering membersihkan vagina dengan cairan pembersih vagina dari luar, atau dengan melakukan vaginal douche, justru dapat merusak keseimbangan bakteri baik dan pH di vagina.
Terdapat banyak bakteri baik yang melindungi vagina dari bakteri jahat penyebab infeksi. Penggunaan pembersih vagina yang bersifat sebagai antiseptik justru dapat membasmi bakteri baik tersebut. Akibatnya, tidak ada lagi yang melindungi vagina, sehingga bakteri jahat bisa dengan leluasa berkembang biak di sana. Perubahan pH ke arah basa pun dapat memicu terjadinya infeksi lebih mudah pada mereka yang sering membersihkan vagina dengan cara yang kurang tepat.
Selain itu, bahan kimia yang terkandung dalam sabun kewanitaan dapat menyebabkan iritasi pada area di sekitar vagina. Jika terjadi iritasi, vagina bisa mengalami gatal yang hebat. Bagi ibu hamil, keadaan tersebut pastinya sangat tidak nyaman.
Artikel Lainnya: 9 Cara Mengatasi Keputihan Saat Hamil yang Efektif
Tips Membersihkan Vagina saat Hamil
Agar terhindar dari kondisi di atas, selama masa kehamilan pintar-pintarlah dalam memilih pembersih vagina, serta ketahui cara membersihkan organ intim tersebut dengan benar.
Begini cara membersihkan vagina saat hamil yang benar.
- Hindari vaginal douche atau menyemprotkan pembersih vagina ke dalam liang vagina.
- Gunakan air bersih saat membilas vagina.
- Lakukan pembilasan vagina dari arah depan ke belakang (arah vagina ke anus, bukan sebaliknya dari arah anus ke vagina).
- Keringkan vagina setelah dibersihkan, usahakan tidak membiarkan vagina dalam kondisi lembap.
- Pilihlah cairan pembersih vagina yang tidak mengandung bahan kimia, pengawet, serta memiliki pH asam yang sesuai dengan kondisi vagina. Lakukan langkah pembersihan ini dua kali sehari saja.
- Hindari mandi berendam atau bathing.
- Gunakan celana dalam berbahan katun, sehingga dapat menyerap keringat dan membuat sirkulasi udara di vagina lancar.
Menjaga kebersihan area kewanitaan saat hamil memang penting. Namun, jangan sampai terlalu sering pakai pembersih vagina, karena ada efeknya pada janin. Jika Anda masih ragu dalam memilih produk pembersih vagina yang aman selama kehamilan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan Anda.
(RN/ RVS)