Tidak setiap wanita dapat menjalani kehamilan yang berjalan dengan mulus. Ada kalanya, wanita hamil tersandung masalah kesehatan yang bahkan bisa mengancam keselamatan diri maupun janin dalam kandungannya.
Salah satu masalah kehamilan yang bisa berdampak demikian adalah sindrom HELLP. Meski terdengar asing, kondisi ini nyatanya sangat serius dan mesti diwaspadai sejak dini agar tidak berujung pada komplikasi.
Apa itu Sindrom HELLP?
Sindrom HELLP adalah kepanjangan dari Hemolysis, Elevated Liver enzyme levels, and Low Platelet levels syndrome. Menurut dr. Devia Irine Putri, sindrom ini merupakan masalah kesehatan yang biasanya terjadi pada ibu hamil dengan preeklampsia atau masalah tekanan darah tinggi.
"Sindrom HELLP adalah sekumpulan kondisi yang bisa mengancam jiwa. Ini merupakan komplikasi kehamilan yang mematikan, yang biasanya terjadi pada ibu hamil dengan preeklampsia atau eklampsia," ungkap dr. Devia.
Kondisi sindrom HELLP ditandai dengan beberapa gejala yang jelas. Mulai dari bengkak di bagian tubuh, lemah, mual, muntah, nyeri perut kanan, nyeri pada kepala, serta pandangan kabur.
Bukan cuma itu, ibu hamil dengan sindrom HELLP juga bisa mengalami kejang, mimisan, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Artikel Lainnya: Hipertensi Saat Hamil, Apa Bahayanya bagi Ibu dan Janin?
Bagaimana Cara Mengatasi Sindrom HELLP?
Setiap ibu hamil yang mengalami sindrom HELLP perlu mendapat pertolongan medis dengan segera. Salah satu cara yang mungkin akan dilakukan adalah melahirkan bayi sesegera mungkin. Terdengar mengejutkan, tapi hal ini memang perlu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa bayi dan sang ibu.
"Secara definitif, ibu hamil yang punya masalah sindrom HELLP harus melahirkan bayinya sesegera mungkin. Kemudian, kondisi sang ibu harus dievaluasi secara intensif. Pemberian obat kejang, tensi, dan transfusi darah juga mungkin dilakukan," tutur dr. Devia.
Bagaimana jika usia kehamilan masih sangat muda? Menjawab pertanyaan ini, dr. Devia mengatakan ibu hamil dengan usia kehamilan yang masih di bawah 34 minggu perlu pertimbangan lebih lanjut untuk melakukan proses melahirkan mendadak.
"Jika usia kehamilan masih di bawah 34 minggu, terkadang ada yang perlu dipertimbangkan selama beberapa waktu. Biasanya disuntik obat pematang paru terlebih dahulu, baru dicoba persalinan," jelas dr. Devia.
"Kalau sudah selesai diberikan pematangan paru, bisa dilakukan persalinan. Dalam kondisi ini lebih disarankan persalinan normal untuk mengurangi risiko perdarahan," sambungnya.
Lebih lanjut, dr. Devia juga menekankan, semua keputusan yang akan dilakukan pihak medis disesuaikan lagi dengan kondisi kehamilan. Jika memang harus diputuskan operasi, harus siap untuk persediaan darah, ruang ICU, sampai kesiapan untuk observasi ibu dan bayi.
"Semuanya tergantung dari kondisi ibu dan janin. Kalau butuh segera dan diputuskan harus operasi, berarti harus siap darah, ruang ICU dan NICU untuk observasi ibu maupun bayi," tegas dr. Devia.
Artikel Lainnya: Berat Badan Ideal Saat Hamil, Ini Cara Menghitungnya
Mencegah Sindrom HELLP pada Ibu Hamil
Sindrom HELLP sangat bisa dicegah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah selama kehamilan. Selain itu, terapkan juga gaya hidup sehat dan pola makan seimbang agar risiko sindrom mematikan tersebut dapat lebih diminimalkan lagi.
"Kalau memang ada masalah tekanan darah tinggi selama kehamilan, ibu hamil harus rajin konsumsi obat tensi dan kontrol ke dokter," saran dr. Devia.
"Lakukan juga gaya hidup dan pola makan sehat, misalnya konsumsi makanan yang rendah garam. Tujuannya untuk mengontrol kondisi ibu dan janin, serta mencegah komplikasi yang tidak diinginkan," pungkasnya
Lakukan tindakan pencegahan sejak dini, agar ibu hamil sepenuhnya terhindar dari sindrom HELLP. Namun, jika Anda merasa mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan sindrom tersebut, sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter.
Apabila Anda ingin tahu lebih lanjut mengenai sindrom HELLP pada ibu hamil, tak perlu ragu untuk mengajukan pertanyaan pada dokter melalui LiveChat 24 jam di aplikasi KlikDokter.
(NB)