Ibu hamil atau menyusui kerap khawatir jika terpapar COVID-19. Terlebih lagi, saat ini sebagian besar rumah sakit sudah terisi penuh oleh pasien coronavirus gejala sedang hingga berat.
Jika ibu terpapar virus corona dengan gejala ringan atau tidak bergejala, disarankan isolasi mandiri di rumah. Berikut ini panduan atau cara isolasi mandiri untuk ibu hamil dan menyusui:
1. Berkonsultasi Terlebih Dahulu dengan Dokter
Jika ibu hamil atau menyusui terpapar COVID-19 ataupun tes PCR menunjukkan hasil positif, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi dengan rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Konsultasi bisa dilakukan via telepon atau chat. Nantinya, dokter atau petugas kesehatan akan memonitor keadaan ibu untuk memastikan apakah diperbolehkan isolasi mandiri atau harus di rumah sakit.
Artikel Lainnya: Hal-Hal yang Harus Dilakukan Usai Isolasi Mandiri
Biasanya, dokter akan menanyakan riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, jantung, atau penyakit paru-paru.
Dokter juga akan menanyakan gejala atau kondisi ibu setelah terpapar COVID-19, meliputi suhu tubuh dan kadar saturasi oksigen.
Dijelaskan oleh dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, khusus untuk ibu hamil ada pertimbangan lain selain gejala jika ingin isolasi mandiri, yaitu usia kandungan.
“Jika ibu hamil OTG, bisa isoman. Namun, jika memang sudah memasuki usia kandungan 39-40 minggu, maka disarankan tetap ke rumah sakit karena sudah mendekati waktu persalinan,” ucap dr. Astrid.
2. Menerapkan Protokol Kesehatan Ketat
Selama isolasi mandiri, ibu hamil perlu menerapkan protokol kesehatan ketat. Hindari menggunakan alat pribadi yang sama dengan anggota keluarga lain, seperti alat makan, peralatan mandi, dan lainnya.
Pastikan ibu menempati ruangan isolasi dengan ventilasi udara yang baik dan cukup terkena matahari. Jadi, ibu bisa mendapatkan sinar matahari pagi yang cukup.
Untuk ibu menyusui, sebaiknya tidak merawat bayi secara langsung meski diperbolehkan isolasi mandiri di rumah. Karena, ibu bisa saja menularkan virus corona kepada bayi melalui droplet.
Selama isolasi, area ibu perlu dipisah dari anak sampai masa isolasi selesai. Selain itu, tetap menggunakan masker di ruangan isolasi.
Pastikan juga selalu membersihkan benda-benda di sekitar yang sering disentuh dengan disinfektan.
3. Konsumsi Vitamin dan Obat Sesuai Anjuran Dokter
Ibu perlu mengonsumsi obat atau vitamin tambahan. Namun, obat yang dikonsumsi harus sesuai anjuran dokter. Ibu tidak boleh mengonsumsi obat lain yang tidak dianjurkan dokter.
Jangan menggunakan resep orang lain selama penyembuhan COVID-19. Tidak semua obat dapat memberikan efek yang sama pada semua orang.
Hal ini penting terutama bagi ibu hamil. Karena, konsumsi obat dan vitamin selama kehamilan dapat berpengaruh pada janin.
Artikel Lainnya: Menginap di Tempat Isoman, Ini yang Harus Diperhatikan
4. Hindari Pemicu Stres
Stres dapat memperburuk gejala virus corona. Sebaiknya, usahakan tetap berpikir positif dan hindari hal-hal yang dapat memicu stres.
Misalnya, kurangi membaca berita mengenai COVID-19. Hindari pula memusingkan hal-hal yang tidak perlu.
Usahakan untuk selalu merasa tenang dan nyaman. Karena, kondisi mental juga akan berpengaruh pada janin di kandungan atau produksi ASI.
Ibu hamil dan menyusui bisa bergabung di support group atau berkomunikasi dengan teman dan keluarga terdekat.
5. Coba Yoga atau Meditasi Selama Isoman
Selama hamil, dokter biasanya menyarankan ibu untuk melakukan olahraga ringan seperti yoga atau meditasi. Aktivitas ini baik untuk membantu persalinan berjalan lancar.
Ibu hamil disarankan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika ingin yoga atau meditasi selama isoman. Pasalnya, virus corona menyerang sistem imun tubuh dan bisa membuat tubuh lemas.
Bila memaksakan jenis olahraga tertentu saat isolasi, mungkin keadaan ibu bisa memburuk. Hal yang sama juga berlaku bagi ibu menyusui.
6. Perhatikan Kebersihan Saat Memberikan ASI
Dokter Astrid menjelaskan, jika ingin menyusui anak secara langsung, maka ibu perlu menggunakan APD lengkap dengan masker dan sarung tangan, atau mencuci tangan sebelum menggendong bayi.
Kemudian, pemberian ASI dilakukan di ruangan terbuka atau ruangan dengan ventilasi baik jika memungkinkan.
Menurut CDC, jika ibu tidak memungkinkan untuk memberikan ASI langsung, maka bisa memberikan ASI perah. Cara ini bertujuan mengurangi kontak antara ibu dengan bayi untuk mencegah penularan.
“Pakai masker saat memerah ASI, cuci tangan sebelum dan sesudah, simpan ASI di kemasan dan langsung tutup rapat. Semua kemasan dan botol untuk menyimpan dan memberikan ASI harus dalam keadaan bersih dan steril,” jelas dr. Astrid.
Artikel Lainnya: Pentingnya Jaga Kebersihan Rumah Saat Isolasi Mandiri
7. Rutin Berkonsultasi dengan Dokter
Ibu tetap perlu memberitahu kondisi setiap hari kepada dokter atau petugas kesehatan selama isolasi.
Beritahu jika obat yang dikonsumsi telah habis, atau gejala membaik ataupun memburuk
Isolasi mandiri dilakukan 10-14 hari, atau sampai kondisi ibu benar-benar membaik. Sebelum memutuskan untuk menyudahi isolasi, ibu perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi dan mengetahui apa yang perlu dilakukan setelah isolasi.
Bagi ibu hamil, mungkin dokter akan menyarankan berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk dilakukan pemeriksaan USG dan lainnya.
Jika Anda memiliki pertanyaan seputar virus corona atau isolasi mandiri, gunakan layanan Tanya Dokter dengan dokter umum dan kandungan.
(FR/AYU)