Selebritas Luna Maya mengaku telah melakukan pembekuan sel telur alias egg freezing. Prosedur yang juga dikenal sebagai oocyte cryopreservation ini dilakukan dengan mengambil sel telur (ovum) terbaik dari dalam rahim wanita.
Ovum kemudian dibekukan dan disimpan di laboratorium hingga wanita merasa siap untuk hamil. Nantinya, sel telur dapat dicairkan, dimasukkan kembali ke dalam rahim, dan siap dibuahi.
Metode egg freezing bertujuan mendukung potensi kehamilan wanita di kemudian hari. Terutama, bagi wanita yang tidak ingin buru-buru memiliki momongan maupun memiliki kondisi medis yang dapat memengaruhi kesuburan.
Lantas, bagaimana proses pembekuan sel telur dilakukan? Yuk, cari tahu penjelasannya di bawah ini.
Sebelum Prosedur
Prosedur oocyte cryopreservation hanya bisa dilakukan oleh ahli endokrin reproduksi. Dokter spesialis ini merupakan ginekolog yang memiliki pelatihan tambahan dalam perawatan kesuburan dan infertilitas untuk wanita maupun pria.
Ahli endokrin reproduksi dapat mengelola, melaksanakan, dan meresepkan berbagai tes dan perawatan kesuburan, termasuk pembekuan sel telur.
Artikel Lainnya: Bagaimana Proses Terjadinya Kehamilan?
Sebelum prosedur dimulai, ahli endokrin reproduksi biasanya akan meminta pasien menjalani rangkaian pemeriksaan tes darah, di antaranya:
1. Pemeriksaan Cadangan Ovarium
Pemeriksaan cadangan ovarium berfungsi mengetahui kuantitas dan kualitas sel telur. Tes dilakukan dengan menguji konsentrasi hormon perangsang folikel dan estradiol yang ada di dalam darah pasien pada hari ketiga menstruasi.
Folikel merupakan kantung cairan berisi oosit (sel telur yang belum matang) dan siap berubah menjadi sel telur. Sementara estradiol adalah jenis hormon estrogen yang dihasilkan di ovarium, payudara, dan kelenjar adrenalin. Tugas estradiol membantu mengendalikan penyebaran lemak dalam tubuh wanita.
Disampaikan dr. Sara Elise Wijono, M.Res., pemeriksaan cadangan ovarium membantu dokter memprediksi respons ovarium (bagian sistem reproduksi yang menghasilkan sel telur) terhadap obat kesuburan.
Pasalnya, pasien akan mengonsumsi obat penyubur kandungan sebelum menjalani prosedur pembekuan sel telur. Konsumsi obat penyubur kandungan bertujuan merangsang proses ovulasi sehingga tubuh menghasilkan banyak sel telur.
“Pemeriksaan cadangan telur akan memengaruhi pemberian obat penyubur kandungan untuk stimulasi ovulasi,” kata dr. Sara.
Sehingga, dokter dapat merekomendasikan obat penyubur kandungan yang tepat bagi pasien.
2. Skrining Penyakit Menular
Jenis pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis adanya infeksi penyakit menular di dalam tubuh pasien, seperti HIV maupun Hepatitis B dan C.
Ovum yang berisiko terinfeksi akan disimpan terpisah dari sel telur lainnya.
Artikel Lainnya: Apa Perbedaan Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan?
Prosedur
Prosedur egg freezing terdiri dari stimulasi ovarium, pengambilan sel telur dan pembekuan sel telur, berikut penjelasannya:
1. Stimulasi Ovarium
Dokter akan meresepkan beberapa obat sebelum pasien menjalani oocyte cryopreservation. Jenis obat yang dimaksud yaitu obat untuk stimulasi ovarium dan obat pencegah ovulasi dini.
Obat-obatan ini mengandung hormon sintetis yang dapat merangsang ovarium (indung telur) untuk menghasilkan lebih banyak ovum, daripada jumlah sel telur normal yang mampu dihasilkan wanita setiap bulannya.
Selama menjalani stimulasi ovarium, dokter juga akan memantau kondisi pasien lewat prosedur ultrasonografi (USG). Tes pencitraan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi ini dapat membantu dokter memantau perkembangan folikel.
Ketika folikel siap untuk menampung oosit, umumnya setelah 10-14 hari setelah stimulasi indung telur dilakukan, dokter akan menyuntikkan hormon human chorionic gonadotropin. Hormon ini membantu mematangkan oosit hingga berubah menjadi sel telur.
Artikel Lainnya: Begini Cara Hitung HPL Kehamilan IVF atau Bayi Tabung
2. Pengambilan Sel Telur
Sebelum sel telur diambil, pasien akan dibius menggunakan obat penenang (anestesi).
Dokter kemudian akan mengidentifikasi keberadaan folikel menggunakan USG transvaginal. Hal ini dilakukan dengan memasukkan probe ultrasound ke dalam vagina pasien.
Selain itu, deteksi folikel juga dapat dilakukan menggunakan metode laparoskopi. Caranya, dengan membuat sayatan kecil di pusar pasien, kemudian memasukkan laparoskop (tabung dengan kamera khusus) guna mencari keberadaan folikel.
Setelah folikel ditemukan, dokter akan memasukkan jarum halus ke dalam vagina hingga mencapai folikel. Jarum halus ini terhubung dengan alat penghisap.
Selanjutnya, sel telur di dalam folikel dikeluarkan dengan perlahan dan hati-hati. Berdasarkan studi yang dihimpun Mayo Clinic, semakin banyak ovum yang diambil, semakin besar peluang kehamilan di kemudian hari.
Biasanya, terdapat sekitar 15 sel telur yang diambil selama prosedur berlangsung. Proses pengambilan sel telur ini memakan waktu sekitar 20-30 menit.
Setelah ovum diambil, pasien mungkin akan mengalami kram, maupun perasaan penuh dan tertekan di sekitar perut. Hal ini terjadi karena ovarium membesar. Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa pekan.
3. Pembekuan Sel Telur
Sel telur yang sudah diambil kemudian dibekukan dan diawetkan hingga suhu di bawah nol derajat. Hal ini agar ovum dapat digunakan di kemudian hari.
Umumnya, cara pembekuan sel telur dilakukan melalui metode vitrifikasi. Artinya, ovum dibekukan menggunakan zat krioprotektan berkonsentrasi tinggi yang membantu mempercepat proses pendinginan dan mencegah sel telur membentuk kristal selama vitrifikasi berlangsung.
Artikel Lainnya: Menunda Punya Anak Malah Bikin Susah Hamil, Benarkah?
Setelah Prosedur
Sepekan setelah melakukan egg freezing, pasien bisa kembali beraktivitas normal. Meski begitu, pasien dianjurkan melakukan hubungan seks menggunakan pengaman seperti kondom. Hal ini bertujuan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Pasien juga dianjurkan menghubungi dokter, jika mengalami efek samping berupa:
- Demam tinggi lebih dari 38,6 derajat Celsius.
- Sakit perut
- Kenaikan berat badan lebih dari 0,9 kilogram dalam 24 jam.
- Perdarahan vagina berat, ditandai dengan penggunaan dua pembalut per jam.
- Kesulitan buang air kecil.
Adapun sel telur yang dibekukan akan disimpan di laboratorium. Ovum dapat diambil ketika wanita siap untuk hamil.
Meski begitu, berdasarkan UCLA Health, sebaiknya sel telur dibekukan dan disimpan maksimal 4 tahun. Sebagian besar laboratorium juga menetapkan batas usia maksimal pasien wajib mengambil ovum miliknya.
Pasalnya, wanita yang hamil di usia tua berisiko tinggi mengalami komplikasi seperti hipertensi dan diabetes. Hamil di usia tua juga meningkatkan risiko persalinan caesar.
Itu dia serba-serbi proses pembekuan sel telur. Prosedur ini dapat meningkatkan peluang kehamilan wanita di kemudian hari.
Menurut Fortis Healthcare, pasien yang menjalani egg freezing berpeluang 30-40 persen hamil. Meski begitu, metode ini tidak dapat menjamin kesuksesan pasien untuk hamil dan melahirkan anak.
Selain itu, apabila Anda berminat melakukan oocyte cryopreservation, sangat disarankan untuk melakukannya di usia muda. Pasalnya, pembekuan sel telur di usia tua dapat mengurangi peluang hamil dan melahirkan di kemudian hari.
Ingin bertanya lebih lanjut seputar prosedur medis lainnya? konsultasikan kepada dokter via Live Chat.
(OVI/JKT)