Demi menjaga kondisi kehamilan, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh wanita hamil. Misalnya makan makanan mentah, sembarangan minum obat, dan masih banyak lagi. Lantas, bagaimana dengan tindik, bolehkah dilakukan saat hamil?
Bolehkah tindik saat hamil?
Menurut dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter, melakukan tindik ketika hamil sebenarnya boleh saja. Namun, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan dan dipatuhi oleh ibu hamil.
-
Boleh tindik asalkan tidak memiliki faktor risiko keguguran
Akrab disapa dr. Karin, ia menegaskan bahwa ibu yang sebelumnya sudah pernah mengalami perdarahan dan berisiko mengalami keguguran sebaiknya tidak melakukan tindik sampai bayinya lahir.
“Ibu hamil, terutama yang sudah hamil tua, lebih berisiko mengalami kontraksi. Ketika ibu merasakan sensasi kejut atau sakit sedikit, biasanya kontraksi akan muncul dan menyebabkan nyeri yang berlebihan. Bahkan, ada kemungkinan keguguran bisa terjadi,” jelasnya.
-
Pastikan ibu hamil tidak memiliki kulit yang sensitif
Saat hamil, biasanya kulit akan menjadi lebih sensitif. Jarum yang ditusukkan ke area tubuh yang ingin ditindik bisa menyebabkan ruam dan peradangan.
Tindik di bagian tubuh mana pun, meski dilakukan dengan sangat berhati-hati, memiliki risiko kecil terjadinya infeksi. Inilah kenapa banyak tempat tindik profesional memilih untuk tidak melakukannya pada ibu hamil.
Selain itu, ada pula kemungkinan bahwa tubuh ibu hamil akan ‘menolak’ tindikan sebagai objek asing dan menyebabkan lukanya tidak sembuh.
-
Berhati-hati dengan pemilihan area tubuh yang ingin ditindik
Dilansir dari laman American Pregnancy Association, wanita diimbau untuk tidak melakukan tindik di perut (pusar), puting, atau di alat kelamin (klitoris) saat hamil atau saat sedang program hamil. Alasannya adalah karena berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh.
Ketika payudara dan perut bertambah besar, lubang dari tindikan bisa tidak sembuh secara menyeluruh, dan bahkan ukuran lubangnya sering bertambah besar dan lebih rentan mengalami infeksi.
-
Ada risiko penularan penyakit
Apabila ibu hamil nekat masih ingin melakukan tindik, dr. Karin mengingatkan bahwa ada pula risiko penularan penyakit. Apalagi jika tindik dilakukan oleh profesional, atau di tempat yang tidak jelas keamanan dan kebersihannya.
“Apabila jarum yang digunakan tidak bersih dan tidak higienis, ada risiko penularan penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, bahkan HIV. Selain berdampak pada kesehatan ibu, kedua penyakit ini juga bisa berdampak pada calon bayi yang akan lahir,” kata dr. Karin mengingatkan.
Bagaimana dengan tindikan yang sudah ada?
Sudah memiliki tindikan sebelumnya (dilakukan jauh-jauh hari sebelum hamil) dan tidak ada keluhan apa-apa yang berkaitan dengan area tubuh yang ditindik tersebut? Kalau begitu, tidak ada anjuran medis yang membuat ibu hamil harus melepaskan perhiasan di tindikan tersebut.
Meski demikian, saat perut dan payudara membesar, biasanya perhiasan yang dipasang di tempat tindikan akan tersangkut di pakaian saat melepas atau memakainya, atau mungkin bisa menyebabkan gangguan pada kulit.
Bila ini terjadi, lebih baik lepaskan perhiasan tersebut, atau menggantinya dengan perhiasan yang terbuat dari polytetrafluoroethylene (plastik fleksibel yang sering dipakai untuk implan bedah).
Beberapa kondisi yang mengharuskan ibu hamil melepaskan perhiasan tindikan yang sudah ada antara lain:
- Bila tindikan yang dilakukan beberapa saat sebelum hamil belum sembuh total. Ingat, Anda selalu bisa tindik ulang setelah kehamilan.
- Lubang tindik terasa nyeri, mengalami peradangan, merah, atau terjadi iritasi.
- Bila tindikan ada di payudara dan ibu sedang menyusui; ini bisa meningkatkan risiko bayi tersedak dan infeksi pada puting.
Meski sebetulnya dibolehkan dengan memperhatikan banyak hal, tetapi sebaiknya ibu hamil tidak melakukan tindik saat hamil. Bersabarlah sampai setelah melahirkan. Meski tindik dilakukan dengan ekstra hati-hati, tetap ada risiko infeksi. Agar lebih amannya lagi, konsultasikan mengenai rencana tindik ini ke dokter Anda.
(RN/ RH)