Plasenta merupakan organ yang penting bagi janin di dalam kandungan. Plasenta terletak di dinding rahim dan berfungsi memasok oksigen serta nutrisi kepada janin di dalam kandungan.
Salah satu kondisi yang bisa mengganggu fungsi plasenta adalah kalsifikasi atau pengapuran plasenta. Ketahui tentang pengapuran plasenta lewat pembahasan berikut ini.
Apa Itu Pengapuran Plasenta?
Dokter Devia Irine Putri menjelaskan bahwa pengapuran plasenta terjadi karena adanya penumpukan kalsium di dalam plasenta.
“Akibatnya, jaringan plasenta berubah menjadi lebih keras secara bertahap. Kondisi ini biasanya terjadi saat trimester akhir atau ketika lewat dari perkiraan lahir,” kata dr. Devia.
Artikel Lainnya: Penyebab dan Bahaya Plasenta Tertinggal Pascamelahirkan
Pengapuran plasenta merupakan kondisi yang normal. Kondisi ini menjadi bagian dari proses penuaan alami yang terjadi ketika usia plasenta mendekati hari kelahiran.
Menurut dr. Devia Irine, efek pengapuran plasenta bisa mengganggu perkembangan janin. Sebab, penumpukan kalsium dapat menyumbat pembuluh darah di plasenta.
Pengapuran plasenta berisiko menyebabkan berat badan janin tak bertambah (stagnan) akibat pasokan nutrisi dan oksigen yang terhambat. Bayi Anda pun bisa lahir dengan berat badan yang rendah atau kecil.
Meski kondisi ini umum dialami oleh ibu hamil, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan terjadinya pengapuran plasenta, seperti:
- Kebiasaan merokok.
- Mengalami hipertensi selama kehamilan.
- Mengalami stres saat kehamilan.
- Ada infeksi bakteri pada plasenta.
- Solusio plasenta (kondisi plasenta terlepas dari dinding rahim).
- Terpapar radiasi.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan.
Tidak hanya itu, pengapuran plasenta juga terbagi menjadi beberapa tingkat, seperti:
- Tingkat 0 yang terjadi sebelum usia kehamilan 18 minggu.
- Tingkat I yang terjadi antara usia kehamilan 18 sampai 29 minggu.
- Tingkat II yang terjadi antara usia kehamilan 30 sampai 38 minggu.
- Tingkat III yang terjadi pada usia 39 minggu atau lebih.
Pengapuran plasenta tingkat ketiga sudah termasuk ke dalam kondisi kehamilan serius. Pada kondisi tersebut, akan muncul bintik-bintik pengapuran yang membentuk lingkaran dan mengelilingi plasenta.
Efek pengapuran plasenta bisa berbeda pada satu kehamilan dengan kehamilan lainnya. Pengapuran plasenta juga menyebabkan ibu mengalami kontraksi rahim, kram di bagian perut, dan perdarahan di vagina.
Kendati begitu, dampak pengapuran plasenta akan bergantung pada tingkat keparahan, kondisi kehamilan, dan seberapa cepat penanganan yang dilakukan oleh dokter kandungan.
Artikel Lainnya: Mengenal Insufisiensi Plasenta Pada Ibu Hamil dengan Diabetes
Bagaimana Cara Mencegah Pengapuran Plasenta?
Dokter Devia Irine Putri menganjurkan ibu untuk rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter.
“Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter, terutama jika ibu punya masalah kesehatan selama kehamilan. Misalnya hipertensi, masalah plasenta, dan sebagainya. Selain itu, lakukan juga pola hidup sehat dengan menghindari rokok atau alkohol.”
Adapun beberapa cara lainnya yang bisa dilakukan untuk mencegah pengapuran, seperti:
- Kelola stres selama kehamilan dengan istirahat atau tidur cukup setiap malamnya.
- Tetap lakukan aktivitas fisik dan olahraga ringan selama hamil.
- Mulailah pola hidup yang sehat dengan menghindari makanan manis atau makanan mengandung pengawet. Perbanyak makan makanan yang sehat seperti sayur dan biji-bijian.
- Rutin melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. Dokter akan melakukan pemeriksaan USG untuk melihat perkembangan bayi dan kondisi plasenta di dalam kandungan.
- Berhenti merokok karena kandungan nikotin di dalam rokok bisa menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan tubuh ibu hamil serta janin.
Itu dia informasi mengenai pengapuran plasenta. Untuk tahu informasi kehamilan lainnya, Anda bisa membaca artikel di aplikasi Klikdokter. Anda juga bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui fitur Live Chat.
(OVI/JKT)